"Maaf nak Beni, berkas persyaratan kerja sama kami ada di kantor. Boleh besok pagi kita bahas rencana kerja samanya?" Sahut Bunda Lusi.
"Baik kalau begitu, saya pamit pulang dulu." Kata Beni permisi.
"Iya, Terimakasih Nak Beni sudah menghantarkan Ica." Kata Bunda Lusi.
"Sama-sama Tante." Beni menyalami Bunda Lusi, Marvin, Dan Ica.
Beni diantar Marvin dan Bunda Lusi ke halaman rumah. Besok rencana nya perwakilan dari keluarga Wiraarga akan berkunjung ke kantor keluarga Adikara untuk membicarakan kerja sama.
***********
Bunda Lusi mengajak Marvin kembali ke ruang tamu. Karena sepertinya ada masalah antara Marvin dan Ica. Bunda Lusi duduk di hadapan Marvin dan Ica.
"Ica, Marvin... Sekarang Bunda mau tanya, Apa ada masalah antara kalian berdua?" Selidik Bunda Lusi.
Ica hanya berdiam diri, ia segan harus mengatakan yang sejujurnya tentang Marvin yang sudah bertemu dan bermesraan dengan kekasih nya dulu.
"Hem... Begini Bun, sebelumnya Marvin minta maaf dan mengaku salah." Ujar Marvin.
"Sebenarnya Sean sudah kembali ke negara ini Bunda. Sebelumnya Ica sudah bertemu dengan Sean setelah hari pertunangan kami. Saat kami makan di kafe." Lanjut Marvin.
"Bagaimana Marvin? Bunda sulit mengerti." Sahut Bunda Lusi.
"Beberapa hari kemudian ada telpon dari nomor tidak di kenal. Setelah Marvin angkat, ternyata Sean sedang menangis di ujung telpon. Takut terjadi apa-apa Marvin segera mengajaknya bertemu." Kata Marvin merasa bersalah.
"Nah, sekarang kamu Ca. Mengapa kamu sampai tersesat di jalan dan di antar oleh Nak Beni? Tanya Bunda Lusi.
Ica yang sedari tadi menunduk, ia mengangkat kepalanya. Ica menatap Bunda Lusi.
"Pagi itu Ica mengantar segelas susu kepada Bang marvin. Setelah itu Ica membantu bibi di dapur. Tidak lama kemudian Ica melihat Bang Marvin mengangkat telpon dari seseorang, lalu buru-buru pergi." Jelas Ica.
"Bunda, Ica pikir ada terjadi sesuatu dengan keluarga ini. Seperti kecelakaan atau ada yang sakit darurat. Ica berniat menyusul mobil Bang Marvin, karena Bang Marvin tidak sempat pamit kepada Ica." Kata Ica kembali menunduk.
"Setelah Ica mengikuti Bang Marvin. Trnyata Bang Marvin bertemu dan bermesraan dengan seorang gadis. Ica pergi dari kafe tersebut dan hampir di serempet mobil Kak Beni." Ujar Ica.
"Marvin... Sudah cukup keluarga kita di permainkan gadis itu. Apa kamu belum merasa juga hah?" Bunda Lusi terbawa emosi.
"Kemarin membuat kamu sakit, bisa jadi nanti keluarga kita di buat melarat sama dia. Cukup Marvin, Bunda sangat kecewa dengan tingkah mu." Jelas Bunda Lusi.
"Iya, Bunda Marvin minta maaf sama Bunda dan juga sama Ica." Kata Marvin sambil memeluk Ica.
"Ya sudah. Biarkan Ica istirahat dahulu. Vin temani dulu Ica makan." Kata Bunda Lusi.
"Yok... Sayang." Ajak Marvin memegang tangan Ica.
Tanpa menjawab Ica pun mengikuti ajakan Marvin. Di meja makan hanya ada mereka berdua. Marvin mengisikan makanan ke piring Ica.
"Ciee... Sepertinya sudah ada peningkatan nih? Sudah bisa ngadu ke mama mertua." Goda Marvin kepada Ica.
Ica enggan menjawab, soalnya ia belum mengerti mengapa Marvin begitu tega bermesraan dengan wanita lain di belakangnya.
Setelah selesai makan tanpa mengeluarkan satu kata pun. Ica naik ke atas kembali ke kamarnya untuk beristirahat.
*********
Hari ini Marvin akan ke kantor Adikara Group untuk mengajukan kerja sama. Karena di bandingkan perusahaan Wiraarga, Adikara group lebih berpengaruh di negara itu maupun di luar negeri.
Sebelum itu Marvin ke kantor ayahnya terlebih dahulu. Ia akan mengambil berkas yang di perlukan dan meminta Aldi menemaninya. Aldi adalah orang kepercayaan keluarga Wiraarga.
Marvin yang belum banyak berpengalaman di bidang bisnis. Jadi ia akan mempercayakannya kepada Aldi.
"Selamat pagi Pak." Kata Aldi menyambangi Marvin di halaman kantor.
"Berkasnya sudah lengkap semua?" Tanya Marvin.
"Iya Pak, sudah." Jawab Aldi.
"Saya keruangan sebentar." Jawab Marvin.
Aldi mengikuti Marvin dari belakang. Marvin mengambil pena dan sebuah buku kecil.
"Ayok... Kita berangkat." Kata Marvin.
"Kamu yang nyetir atau kita pakai sopir saja?" Tanya Marvin.
"Saya aja yang nyetir Pak." Jawab Aldi tidak enak menolak.
Mereka segera menuju kantor milik Adikara Group. Setelah hampir setengah jam, akhirnya mereka sampai di perusahaan tersebut.
"Selamat siang, ada yang bisa saya bantu." Tanya resepsionis yang ada di ruang depan.
"Saya dari Wiraarga Group, ingin bertemu dengan direktur perusahaan." Kata Marvin.
"Iya Pak, silahkan masuk. Sudah di tunggu di ruang rapat." Jawa petugas itu.
Marvin memasuki ruang rapat perusahaan itu, dengan diantar oleh seorang karyawan. Aldi mengikuti di belakang.
"Selamat siang Tuan Marvin." Sapa Arbeni Adikara.
"Selamat siang, Senang berjumpa lagi dengan anda." Jawab Marvin.
"Silahkan duduk." Kata Beni kembali.
Marvin dan Aldi duduk bersebelahan. Sedangkan Beni duduk di kursi pimpinan rapat. Dihadapan Marvin ada sekretaris Leni. Sekretaris kepercayaan Pak Hendro ayahnya Beni.
"Langsung saja Tuan Marvin, silahkan dibacakan proposal pengajuan kerja sama ini." Kata Beni.
"Saya akan mewakilkan kepada Aldi untuk membacakan dan menjelaskan proposal dari kami." Kata Marvin.
"Silahkan." Kata Beni.
Aldi membacakan dan menjelaskan tentang proposal yang mereka buat. Mereka berharap Adikara Group berkenan menanamkan sahamnya kepada mereka. Aldi juga membacakan keuntungan masing-masing di dalamnya.
Mereka sepakat lima belas persen keuntungan akan didapat oleh pihak Adikara group. Dengan syarat dan ketentuan berlaku.
Setelah Beni Adikara menerima kerja sama tersebut dan menanda tangani surat perjanjian. Marvin dan Aldi nampak berpamitan. Tidak lupa mereka berjabat tangan. Antara Marvin dan Aldi kepada Beni dan sekretaris Leni.
Lebih kurang Satu jam setengah, akhirnya Marvin dan Aldi terlihat keluar ruangan. Marvin dan Aldi segera meninggalkan, perusahaan keluarga Adikara tersebut.
"Tuan Marvin ke kantor dulu atau saya anta ke rumah?" Tanya Aldi.
"Ke kantor." Jawab Marvin singkat.
"Oh, iya... Ayah kapan selesai di kantor cabang?" Tanya Marvin kepada Aldi.
"Kalau tidak salah, dua hari lagi Tuan. Tuan David menelpon saya sore kemarin." Jawab Aldi.
"Apa benar isu, soal saya akan di letakkan di kantor cabang setelah menikah Di?" Selidik Marvin.
"Sepertinya begitu Tuan. Soalnya Tuan David sudah menyiapkan rumah di sana. Menurut kata beliau itu rumah di persiapkan untuk Tuan." Jelas Aldi.
"Ayah, kok gitu?" Gumam Marvin.
"Kenapa Tuan?" Tanya Aldi sedikit mendengar keluhan Marvin.
"Tidak apa-apa Di." Jawab Marvin.
Tiba-tiba Marvin teringat kepada Ica. Sekalian dia sudah tau kemarin bahwa ia akan ke kantor hari ini, tetapi Marvin belum berpamitan tadi pagi.
"Di, antar saya ke rumah saja. Soalnya masih ada urusan." Kata Marvin.
"Baik Tuan." Jawab Aldi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments