Bisa beli rokok ...

Mendengar pertanyaan Shania, Oon mendelik tajam, berkali-kali ia meyakinkan bahwa keluarga wanita yang baru saja menyerahkan seluruh hidupnya kepada pria yang sudah berstatus suami itu, kembali bertanya untuk meyakinkan ucapan Shania barusan ...

"Ma-ma-maksud kamu? Apakah kamu mengetahui tentang kematian Ayah Oon, Shan? Bukankah keluarga kita berteman dan saling mengenal sejak dulu? Bahkan kamu dengar sendiri dari Ibu, bahwa Oon yang telah merelakan hmm eee ..."

Oon menghentikan ucapannya, tidak ingin membahas tentang apapun. Semua ia lakukan karena sejak kecil memang mengagumi sosok Shania Junianatha.

Shania menggelengkan kepalanya, mencoba menguraikan satu-persatu yang ia ketahui saat mendengar perdebatan kedua orangtuanya kala itu.

"Hmm aku tidak tahu persis, Mas ... Tapi Mama dan Papa pernah berdebat waktu itu, setelah pemakaman Ayah kamu. Tapi entahlah, karena aku tidak begitu mengenal keluarga kamu, dan menyangka pernikahan ini hanya akal-akalan Papa sama Mama saja. Sejujurnya hingga saat ini, aku ingin tahu apa sebenarnya yang terjadi ..." ucapnya sambil mengulas senyuman dibibir tipis itu.

Oon terdiam, jika ia teringat akan sosok Putra, yang telah berjanji akan membawakan makanan kesukaannya kala itu, namun satu kecelakaan tragis membuat ia harus kehilangan sosok seorang Ayah.

Perlahan Oon meraih tubuh Shania, mengecup punggung telanjang istrinya, sambil berkata ... "Jangan pikirkan apapun saat ini. Oon akan mencari cara untuk melakukan sesuatu jika Ibu terus menerus datang ke sini. Mungkin kita harus menghindar dan pindah untuk sementara waktu ke Bogor. Kebetulan Mas ada rumah kecil di sana. Jadi kita bisa memulai hidup bersama, Shan ..."

Shania mengangguk pasrah. Tidak ada pilihan, kini ia harus mengikuti semua keinginan Oon, demi menyelamatkan rumah tangga mereka berdua, tanpa campur tangan orang tua.

.

Benar saja, setelah kejadian itu, dua hari kemudian Oon membawa Shania untuk tinggal di kediaman yang jauh dari kata mewah. Rumah sederhana yang memiliki dua kamar tidur, dan tidak sama seperti apartemen pria itu, membuat Shania sedikit mengeluh kesal.

Rumah berlantai satu, dikawasan perumahan unit terbatas, yang Oon beli beberapa waktu lalu dari salah satu rekan setimnya.

Awalnya Oon membeli rumah itu hanya untuk investasi, namun setelah ia mengunjungi perumahan yang tampak asri dan nyaman itu, menyulutkan niatnya. Memilih tinggal di sana bersama Shania, agar jauh dari Mala dan lainnya.

Shania kembali merengek pada Oon, saat harus melakukan apapun tanpa pembantu, dan mulai mengerjakan semua sendiri.

Berkali-kali Shania menjerit kecil saat kan menyalakan kompor gas ketika Oon meminta segelas kopi.

"Mas, bisa enggak kita pindah ke apartemen saja? Kalau kita tinggal di sini, sama saja akan menyusahkan aku! Aku tidak biasa dengan semua ini sendiri. Apa Mas lupa, aku tidak boleh bekerja berat-berat," sungutnya saat menyeduh kopi saset yang ada di meja dapur.

Oon menghela nafas berat, ia menghampiri Shania yang masih berdiri didepan kompor, "Kamu tinggal ambil gunting, masukin kopi ini ke gelas, dan seduh dengan air panas sayang ..." jelasnya pelan, memperagakan bagaimana cara menyeduh kopi.

Shania terdiam, wajahnya menekuk kaku, menyiratkan bahwa kali ini ia benar-benar tidak menyukai sikap Oon yang membawanya ke rumah kecil tersebut.

Rumah yang jauh dari hiruk pikuk kota, memberikan kenyamanan yang berbeda bagi Oon namun tidak untuk istrinya.

Shania lagi-lagi mengeluh pada Oon, saat melihat kamar mandi yang berada di luar kamar. Hanya terletak di tengah-tengah sisi ruangan tersebut, membuat pria bertubuh besar itu hanya mengurut dada.

Sudah lebih dari tiga hari Oon sibuk menemani Shania di rumah kecil itu, hanya untuk mengajarkan istrinya melakukan apapun sendiri.

Berkali-kali juga Oon hanya bisa menahan amarahnya, demi mengajarkan Shania untuk menjadi seorang istri yang baik dan bertanggung jawab.

"Shan ... Kamu pergi beli sayuran, yah? Ini uangnya, Mas ada kerjaan sedikit yang harus diselesaikan," pinta Oon lembut, sambil menyalakan laptop dan duduk bersila di lantai ruang tamu.

Shania membulatkan kedua bola matanya, sambil berkata, "A-a-a-apa Mas? A-a-aku harus pergi beli sayuran? Kita bisa ke supermarket, Mas! Jangan gini dong. Jika tetangga melihat wajah aku, bagaimana? Malu Mas. Aku malu banget, masak Shania Junianatha harus belanja sama mamang-mamang sayur! Mas sengaja mau menyiksa aku!?"

Oon mengalihkan pandangannya kearah lain, seketika wajahnya berubah kesal, hanya bisa berkata dengan nada lembut, "Shania Junianatha, mamang sayurnya ada didepan rumah kita. Kamu bisa pakai masker, dan pilih sayuran dan lauk pauk yang bisa kamu beli. Tolonglah ... Oon harus mengirimkan beberapa email yang terpending sejak tiga hari lalu. Ini kerjaan Oon, Shan. Dan pihak iklan menunggu kelanjutan kontrak kami! Please ..."

Shania menghentakkan kakinya, mengambil masker untuk menutupi wajah cantiknya, sambil menggerutu sepanjang jalan, mencari keberadaan mamang sayur yang tengah berdiri persis di dua rumah sebelah kirinya.

Shania melirik kearah tangan kanannya, melihat uang pecahan seratus ribuan sebanyak dua lembar. Tentu saja pikirannya semakin traveling untuk membeli sebungkus rokok, jika selesai membeli beberapa bahan-bahan yang akan dimasak nanti.

Shania hanya membeli telor, kecap dan tahu. Dia tidak membeli beberapa bahan lainnya, karena memang tidak mengetahui tentang semua pekerjaan dapur.

Setelah membayar semua belanjaannya, Shania melangkahkan kaki menuju warung yang berada di depan pintu gerbang masuk perumahan sederhana itu. Tentu sambil menyesiasati sekelilingnya, untuk berjaga-jaga dari segala paparazi yang akan mengikuti langkahnya selama ini.

Setelah mendapatkan apa yang Shania inginkan, dia berlalu meninggalkan warung kelontong tersebut.

Shania tidak ingin diketahui tinggal dirumah kecil, walau tercukupi, namun jauh dari kata mewah dan glamor. Semua berbanding terbalik dari apartemen dan kediaman orangtuanya.

Saat Shania akan membalikkan tubuhnya ke belakang, tanpa sengaja matanya tertuju pada seorang sosok pria yang sangat ia kenali tengah menggunakan motor matic yang dibalut jaket ojek online.

"Riz ..."

Shania menundukkan kepalanya, agar tidak terlihat oleh pria yang telah menjebaknya beberapa waktu lalu, seketika langkahnya tergopoh-gopoh, sehingga tanpa disadari dirinya menubruk tubuh pria yang mencemaskan dirinya sebagai istri.

BHUUG ...!

Shania mendongakkan kepalanya, menatap mata Oon yang tersenyum lebar kepadanya.

"Mas ... Hmm lama yah?" tanyanya sedikit gugup, dan melirik kearah motor Rizal, yang tengah menurunkan penumpang tidak jauh dari tempat dirinya berdiri.

Oon menggelengkan kepalanya, merangkul bahu Shania berjalan kecil menuju kediaman mereka, sambil bertanya, "Mas hanya khawatir sama kamu. Sudah belanjanya? Kamu beli apa saja?"

Shania mengangkat satu tangannya, yang menggenggam satu kantong plastik, namun tidak menunjukkan bahwa ia membeli minyak, garam, dan bumbu lainnya.

"Kamu mau rebus tahu atau goreng, Shan?"

"Goreng dong Mas!"

"Terus minyaknya mana?"

Shania terdiam, wajahnya kembali tersenyum lebar, dan bergegas melangkah masuk kedalam rumah lebih dulu, tanpa mau mendengar penjelasan Oon yang mulai mengomelinya selayak seorang majikan pada pembantu ...

"Kan sudah aku bilang, Mas! Lebih baik kita ke supermarket saja! Jangan belanja di warung gini. Aku enggak biasa!" sesalnya menggeram lantang.

Oon menunjukkan satu bungkus rokok, yang ia dapat dari dalam bungkusan plastik tersebut ...

"I-i-ini apa? Kenapa bisa beli rokok, tapi enggak bisa beli minyak?"

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

oh my God Shaniaaa kalo aku yg jadi oon di hadap kan dengan sosok Shania yg astaghfirullah,,dah pecah deh kepala ku

2022-12-26

1

G-Dragon

G-Dragon

beli rokok bisa, beli minyak goreng, bawang, dan cabai enggak bisa ... jangan salahkan ibu mengandung ...😤😬😬😤

2022-10-31

3

Chay-in27

Chay-in27

ampuuun Shania, Dedek banget gue 😤😡

2022-10-31

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!