"Ceraikan Shania On! Ceraikan!" tegas Mala, melihat putranya benar-benar terluka oleh ulah menantunya sendiri itu.
Oon meringkuk dikaki Mala, bersujud memohon agar tidak mengambil keputusan secepat kilat seperti saat ini, sambil berkata ... "Jangan Bu! Oon mohon, dari kecil Oon sangat menyayangi Shania, Bu. Oon rela dia melakukan apapun, yang penting kali ini Oon harus mempertahankan rumah tangga kami."
Mala mendengus dingin, dia tidak ingin melihat putra kesayangannya menjadi budak, seperti ini.
"Kamu lihat, apa yang Widya lakukan sama kamu hmm? Bahkan mereka sama sekali tidak menghargai kamu sebagai keluarga, Oon! Kenapa kamu masih membela keluarga yang tidak tahu diri ini. Ibu akan menuntut mereka, karena mereka tidak pernah membalas semua kebaikan kita! Jika tidak ada kamu, mungkin anak si Ahmad tidak pernah selamat! Bahkan sudah mati sejak kecil! Ini pernikahan yang di janjikan Ahmad sama kita hmm, jangankan kebahagiaan, anaknya saja tidak memiliki etika, dan tidak ada baik-baiknya semenjak jadi artis! Aaagh!!!"
Mala beranjak dari kediaman Ahmad Cirendeu, tanpa membawa Oon kembali ke kediamannya, meninggalkan putra kesayangannya yang masih menangis di ruang tamu.
Bayangkan saja, sejak ayam jantan berkokok, Oon belum membasahi tenggorokannya dengan seteguk air, ataupun mengisi perut untuk sarapan pagi. Ia harus menutupi semua aib Shania yang sudah berangkat sejak pukul 04.00 dini hari, dengan alasan shooting.
Entahlah, Oon tidak bisa berbuat apa-apa, karena mertuanya juga seolah-olah tidak peduli dengan putri kesayangannya serta menantu yang mereka anggap sebagai pria tidak normal. Ditambah kabar yang beredar, membuat Widya dan Ahmad seperti tengah menyembunyikan diri mereka dari para wartawan yang selalu lalu lalang dikediaman Shania yang mewah.
Oon mencari keberadaan nomor telepon sahabatnya Beny, agar mau menjemputnya dikediaman Keluarga Ahmad untuk membawanya kembali ke apartemen yang tidak begitu jauh dari kediaman itu.
Apartemen yang merupakan tempat Oon menyendiri, untuk saling bercerita pada Beny tentang pekerjaannya sebagai produser FTV.
[Di-di-dimana bro]
[Hmm aku sedang di studio! Kenapa Oon? Kamu dimana? Sudah selesai masa pingitan nya? Aku mau ngobrol masalah film layar lebar. Dan rencananya aku ingin mengundang beberapa artis baru termasuk istri mu]
Beny sedikit berbisik, karena tidak ingin ada satu orangpun yang mengetahui pernikahan Oon dan Shania, sesuai permintaan Oon.
[Emang kelar jam berapa? Kalau su-sudah kelar, tolong jemput aku, yah. Ada hal yang ingin aku bicarakan ...]
[Kamu siap-siap saja dulu, nanti aku jemput setelah dua season lagi ...]
Benar saja, Oon beranjak dari ruang tamu, menuju kamar Shania yang berada dilantai atas. Namun betapa terkejutnya dia melihat kamar berserakan bahkan abu rokok tampak seperti berterbangan dilantai kamar.
Oon menautkan kedua alisnya, walau kepala masih terasa sangat pening, namun ia berusaha untuk membersihkan abu rokok, dan pakaian yang berserakan dilantai kamar tersebut.
"Kemana Shania? Apakah dia bertemu dengan pria yang bernama Rizal itu. Kenapa Shania sudah menikah justru menjalin hubungan terlarang dengan pria lain? Apakah dia tidak menyadari bahwa dunia keartisan ini seperti rollercoaster? Yang terkadang diatas, terkadang ditengah, dan tiba masanya berada di bawah saat masalah muncul ..." gerutunya sambil membersihkan kamar seluas delapan kali sepuluh itu.
Oon membersihkan kamar, membereskan semua kain yang berantakan, selayaknya suami rumah tangga yang siaga. Kali ini ia hanya ingin melupakan kejadian kemarin, walau luka masih membekas di keningnya.
Tak selang berapa lama Oon membersihkan kamar, ia beranjak ke kamar mandi, untuk melakukan ritualnya membersihkan diri. Tentu saja, hanya untuk kembali ke apartemennya untuk beberapa waktu seperti keinginan Shania.
"Jika memang Shania tidak ingin melanjutkan pernikahan ini, lebih baik aku menghindar untuk beberapa waktu. Karena aku tidak ingin istriku selalu marah-marah, sekaligus melanjutkan pekerjaan ku. Mana tahu projects film layar lebar, sangat menguntungkan bagi ku ..." gumamnya dalam hati.
Oon merupakan pria lugu. Tidak memiliki banyak teman, karena memiliki tubuh yang tidak disukai wanita jaman sekarang. Tubuh tinggi, perut buncitnya, dan memiliki kulit gelap membuat dia terlihat seperti pria berdarah Ambon, hitam tapi sangat manis, walau buncit ...
Sebenarnya Oon memiliki darah blesteran Betawi dan Belanda. Namun, mungkin gen Mala lebih banyak dibandingkan almarhum Putra ayah Oon.
Tak lama Oon telah menyelesaikan ritualnya, dan mengganti plaster di kepala, terdengar dari arah luar, dua klakson mobil Beny sahabatnya.
Bergegas Oon melangkah keluar kamar, bergerak cepat agar tidak terlihat oleh orang-orang penampilannya yang sedikit berbeda dari biasa, dengan membawa satu tas ransel.
Akan tetapi, asisten rumah tangga keluarga itu dapat melihat Oon yang berlalu meninggalkan kediaman Ahmad Cirendeu.
Entahlah ... Mungkin keluarga Ahmad bukanlah keluarga yang menjunjung tinggi keluarga itu sendiri. Tiga hari Oon berada disana, semua terlihat seperti sibuk dengan dunia mereka, bahkan tidak bisa bertemu karena memiliki kesibukan melebihi seorang pejabat negara.
Tentu ini menjadi pertanyaan bagi Oon, karena ibunya sendiri, sangat menyayangi dirinya, namun tidak untuk Ahmad Cirendeu.
"Apakah mereka keluarga yang aneh? Atau memang tidak memiliki waktu untuk menanyakan pada putri kesayangan mereka, apa yang dilakukannya diluar sana, atau ... Aagh biarkan saja. Yang penting saat ini Oon harus mengurus pekerjaan, dan mungkin akan tinggal di apartemen agar Ibu tidak datang ke kediaman Shania karena perasaan khawatirnya pada ku ..."
Oon memasuki mobil milik Beny, untuk bergegas menuju apartemennya.
Beny menautkan kedua alisnya, melihat beberapa kali kepala sahabatnya yang benjol dan terluka ditambah memar, membuat ia sedikit penasaran ...
"Kamu kenapa? Apakah gadis itu melakukan kekerasan dalam rumah tangga kalian? On, jangan siksa dirimu hanya untuk sekedar menjalankan permintaan orang tua!"
Oon tak mengacuhkan ucapan Beny. Karena yang akan menjalani rumah tangga ini hanyalah dirinya, bukan orang lain, hanya bisa berkata ...
"Sudahlah, tidak usah mengurusi urusan ku. Kita harus mengurus projects baru yang kamu katakan. Bagaimana kantor? Apakah masih ada casting penerimaan calon figuran dan model iklan lagi?"
Beny yang mengerti siapa sahabatnya, hanya tersenyum tipis, karena keputusan Oon yang ingin menerima pernikahan. Walau menurutnya, pria keras kepala itu tidak perlu menikah dengan seorang artis papan atas sesombong Shania Junianatha.
Beny menceritakan satu projects yang telah ia dapat dari team management perusahaan rumah produksi FTV mereka, untuk menggarap satu film layar lebar dengan keuntungan yang sangat besar.
Ditambah pihak menajemen mereka belum mengetahuinya aktris mana yang akan mereka undang untuk menjadi pemeran utama, dan pemeran pembantu. Karena ini merupakan film pertama setelah tujuh tahun Papa Oon meninggal dunia.
"Bagaimana On? Apa kamu sudah dapat membayangkan? Aktor dan aktris mana yang ingin kita undang untuk audisi?"
Oon terdiam, berpikir sejenak, "Bagaimana jika kita mengundang 20 orang untuk audisi? Atur saja sama kamu, aku hanya menandatangani kontrak saja dengan pihak terkait ..."
"Bagaimana jika pemeran utama kita undang Shania?"
"Tidak usah, selama ini gadis itu tidak pernah tahu apa pekerjaan ku ... "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Tari Gan
oon ko kamu seperti nama mu yah...
2022-12-24
2
Danie a
waduhh.. kok bawa2 suku ini😱😱😱
2022-10-25
2
G-Dragon
kok aku jadi kasihan sama MC nya yah ...🤕🤧🤔
gendut, Enggak ada cakep-cakep nya ... 😏🤔😤
2022-10-25
2