Shania berlalu meninggalkan Oon, menuju kamar mandi, mengambil kain pel, kemudian melemparkan pada pria yang masih meringkuk dilantai kamar, dengan darah masih mengucur deras ...
PRAAAAK ...!
Tangan halus Shania melempar dengan keras kain pel, berikut pembersih lantai ke wajah suaminya, "Bersihkan kamar ini! Karena kau tak lebih dari seorang babu!" sesalnya kemudian berlalu.
Oon hanya bisa menangis terisak, bergumam dalam hati, "Oon akan memperjuangkan rumah tangga ini. Oon tidak peduli dengan pemberitaan di luar sana, perlakuan kasar Shania, kata-kata kasarnya ... Suatu hari nanti kamu akan mengakui bahwa Oon merupakan suami terhebat mu Shania Junianatha!"
Sementara Shania berteriak keras, saat berdiri didepan lemari pakaian. Mengenakan pakaian yang tampak minim dan terbuka lebar, sambil berkata ...
"Ooogh Tuhan, mengapa aku harus menikah dengan pria seperti ini! Aku mencintai Rizal, bukan pria gendut itu ...!" geramnya, membanting pintu kamar mandi.
Oon terhenyak. Bukan sekali dua kali, ia harus menerima perlakuan kasar serta mendengar ucapan kasar seperti itu.
Bahkan dua hari selama pernikahan mereka, walau Oon sudah memperlakukan Shania dengan sangat baik, gadis itu masih saja bersikap kasar. Membuat hati pria selembut Oon semakin tertekan bahkan terus menerus menangis di dalam hati.
'Keterbelakangan mental' ... Lagi-lagi kalimat itu di dengar oleh Oon saat menolehkan wajahnya di layar televisi.
Membuat Oon hanya bisa menyandarkan tubuhnya disofa kamar.
Tak selang berapa lama Shania keluar dari kamar mandi, dengan balutan busana kasual lebih seksi dengan mempertontonkan lekuk tubuh, dada menonjol dan terbuka lebar, hanya menutup bagian intinya saja.
"Shania, apa yang kamu lakukan? Kamu mau kemana? Jangan tinggalkan Oon, Shan! Kita baru saja menikah, dan ini tidak baik jika dilihat oleh orang tua juga tetangga!"
Oon mendekati Shania, agar tidak melakukan hal yang sangat memalukan bagi keluarga.
Akan tetapi gadis cantik itu, justru mendorong tubuh gendut yang sudah berdiri di hadapannya, membuat Oon terjatuh, kembali mendengar kalimat kasar yang semakin memilukan ...
"Bersetan dengan omongan orang lain! Kamu itu keterbelakangan mental, jelek, bodoh! Mana bisa melakukan hal yang sangat menyenangkan di luar sana. Lebih baik, kamu pulang ke rumah minta susu sama Ibu kamu! Atau kamu bersihkan kamar ini. Awas saja jika masih ada debu! Akan aku usir kamu! Sana pergi, ambil kain pel dan sapu. Daripada kamu menjadi suami lebih baik kamu, ku jadikan pembantu!"
Shania kembali berteriak didepan wajah Oon yang masih menahan rasa sakit, kemudian berkata ...
"Jika saja Ayah ku tidak berhutang kepada keluarga mu! Jika saja Ibu mu bisa mengaminkan saja hutang-hutang yang tidak jelas itu! Pernikahan ini tidak akan terjadi!! Kenapa pula Ayah mempercayakan si cacat mental ini bisa memperbaiki sikapku!!?? AKU BENCI DIRIMU!!!"
Oon menatap Shania, sedikit hoyong karena lemparan asbak oleh istri sendiri. Ingin sekali dia merobek mulut gadis yang tega berkata kasar padanya. Karena mendengar sendiri dari mulut Shania, kalimat yang semakin menyakitkan.
Oon kembali menahan lengan Shania, yang meninggalkan nya di dalam kamar seluas itu. Aroma asap rokok bercampur dengan wewangian parfum didalam kamar, sedikit menyengat pembauannya sebagai pria yang tidak suka dengan rokok sedari dulu.
"Shan ..."
Shania tetap pergi menuruni anak tangga, tak menghiraukan panggilan suaminya ...
"Shan ... Jangan pergi, kita baru menikah, jangan tinggalkan Oon sendiri di sini. Nanti kalau Ibu sama Bapak pulang Oon mau jawab apa, Shan," kejarnya membuat Shania menghentikan langkahnya, kemudian menoleh kearah pria gendut dan jelek menurut pandangan matanya.
Shania mendengus dingin, menatap tajam kearah Oon, "Dengar laki-laki bodoh, lebih baik kamu membersihkan rumah, duduk manis, dan ikut semua aturan ku, bodoh!"
Shania menolak tubuh Oon, dan berlalu meninggalkan kediamannya, dengan memacu kecepatan mobil dengan kecepatan tinggi.
Oon terduduk dilantai tangga hanya bisa mengusap kepala yang masih terasa sakit, dengan darah yang masih mengucur walau sedikit mengering.
Entahlah ... Pernikahan yang dia anggap akan bahagia seperti yang diucapkan Ahmad saat memenuhi janjinya pada sang Ibu, membuat Oon hanya bisa pasrah.
"Ibu ... Oon harus bagaimana? Kenapa tega sekali Shania mengatakan dan memperlakukan Oon sangat kasar! Ibu yang membuat Oon seperti ini. Padahal Oon sudah baik pada Shania, Bu ... Tapi kenapa dia jahat sekali sama Oon!? Ibu ...!!"
Oon meratapi kepergian istrinya yang entah kemana. Bahkan hanya menggunakan pakaian serba minim, dan tak menghiraukan nasehatnya sebagai seorang suami.
"Kamu akan menyesal Shania ..."
Orang tua Shania yang sangat putus asa terhadap keberlangsungan kehidupan Shania kala itu, memutuskan untuk berhutang dengan nominal yang bernilai fantastis kepada keluarga Oon. Karena hal itu, mereka membuat perjanjian dengan menjodohkan Oon dan Shania
Tentu menjadi momok baru bagi Mala, selaku istri dari Putra Ayah dari Oon yang merupakan produser film kolosal pada masanya
Shania tidak dapat menolak keputusan sang ayah, dengan alasan tidak ingin mengecewakan orang tuanya.
Oon berjalan dengan langkah gontai, menuju kamarnya yang berada dilantai dua, hanya untuk membersihkan luka serta membersihkan diri ...
Matanya kembali berkaca-kaca, membayangkan kejadian hari ini, sangat menyesakkan dada. Perdebatan yang tidak pernah ada solusi, justru semakin berani Shania menyakiti hati dan fisik Oon.
Pembantu, ya seperti itulah Shania memperlakukan seorang Oon yang telah banyak melakukan hal baik. Pria itu hanya bisa menangis saat mengobati luka di kepalanya seorang diri, dan melanjutkan pekerjaannya sebagai suami rumah tangga.
Oon tengah sibuk membersihkan serpihan kaca yang berserakan, mengganti sprei kamar, mengepel lantai, mengumpulkan semua pakaian kotor, dan membawa ke lantai bawah, untuk dicuci menggunakan mesin cuci.
Saat akan menaiki anak tangga, lagi-lagi matanya hanya tertuju kearah luar, berharap Shania akan ada secercah harapan, membayangkan istri sahnya kembali dan meminta maaf padanya, walau sesungguhnya itu tidak akan mungkin terjadi.
"Shania, kamu dimana? Jangan rusak hidup mu, hanya untuk mengejar orang yang belum tentu mencintai kamu sepenuhnya seperti Oon ... Pulanglah Shan ..."
Oon hanya bisa berdiri sendiri di balkon lantai dua kamar Shania. Dia hanya menikmati malam seorang diri, sambil menatap langit yang disinari cahaya bintang dan rembulan ...
Akan tetapi, kedua bola mata Oon membulat seketika. Saat melihat mobil sport berwarna merah menyala terparkir dipinggir jalan.
Oon melihat dengan mata kepalanya, kecupan mesra istrinya bersama pria itu, dan membiarkan laki-laki yang hanya sebatas kekasih tersebut membawa kendaraan mewahnya ...
"Shania ... Siapa yang membawa mobil istriku ...?"
Oon berang, kecewa, bahkan ingin sekali dia mengejar pria yang ada di bawah sana, untuk memberitahu bahwa dialah suami Shania Junianatha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Tari Gan
mengsedih jadi oon😭
2022-12-23
2
moms 3 anak
sesuai nmanya oon....tpi aq yakin oon kan bermetamorfose mnjadi seseorang yg luar biasa ...bisa kejang2 sania nnti liat oon mnjadi cerdas
2022-10-25
3
Danie a
bad attitude 🥵🥵
2022-10-22
2