Ceraikan ...

Bergegas Oon melangkah menuju lantai bawah, dia tidak mendengar siapapun ada didalam rumah sebesar itu. Suasana sepi, bahkan hanya terdengar suara jangkrik hingga tokek, yang tak asing di telinga Oon.

Oon membuka pintu utama dengan lebar, membuat ia beradu tatap dengan Shani ...

"Kamu dari mana Shania? Kenapa laki-laki itu membawa kendaraan mu? Bukankah dia itu orang asing?" desak Oon dengan berbagai macam pertanyaan saat gadis itu akan melangkah memasuki rumah.

Dengan refleks, Shania yang sudah jijik melihat pria yang ada di hadapannya sejak tadi pagi tersebut, mendorong tubuh Oon, agar tidak menghalangi jalan masuknya.

"Minggir!"

Tubuh Oon bergeming, lagi-lagi dia menghalangi langkah Shania, agar gadis itu mau menjawab pertanyaan nya. 

"Jawab aku! Kenap laki-laki itu membawa mobil mu? Bukankah ..."

PLAAK ...!

Ucapan Oon seketika terhenti karena mendapatkan tamparan keras tepat di pipi kanan, membuat telinganya mendengung bahkan membuat tubuhnya kembali goyang.

Luka yang tadi masih basah, kini harus menerima perlakuan kasar seperti ini lagi ...

Shania menatap nanar mata Oon, "Ceraikan aku! Karena aku tidak sudi menjadi istrimu! Aku sudah muak dengan ini!"

Oon yang masih merasakan pandangannya masih berkunang-kunang, lagi-lagi harus mendengar kata cerai dari bibir Shania, membuat dia bersimpuh untuk memohon pada wanita itu ...

"Jangan lakukan ini pada Oon, Shania! Oon sayang sama kamu. Jika memang kamu bahagia dengan pria itu, Oon rela di madu. Asal jangan ucapkan kalimat cerai ..." tangisnya dengan kepala menunduk.

Entah setan apa yang merasuki kepala Shania kali ini, dia benar-benar tak kuasa membendung amarahnya, dia semakin kesal jika Oon mengatakan tidak akan menceraikan nya.

Dengan cepat tangannya menjambak rambut Oon, meremasnya dengan sangat kuat, membuat kepala pria yang berstatus suami itu mendongak keatas ...

Shania mencondongkan wajahnya agar lebih dekat menatap lekat mata Oon ...,

"Dengar laki-laki bodoh! Sampai kiamat pun, aku tidak akan pernah membalas sayang, bahkan jatuh hati padamu pria bodoh! Menikah dengan mu, adalah musibah untuk aku dan karir ku! Laki-laki brengsek ...!" geram Shania, kemudian menghayunkan tangan yang meremas kepala Oon, membuat pria itu benar-benar terjerembab lagi sehingga kepalanya menyentuh anak tangga yang ada diruang tamu.

Anak tangga yang memiliki tiga tangga, sebagai penghubung antara ruang tamu dan ruang keluarga, kembali menorehkan luka di kening Oon, membuat kepala pria itu lagi-lagi mengeluarkan darah.

Shania tidak perduli akan sikapnya, dia memilih berlalu meninggalkan Oon, menuju kamarnya.

Oon yang masih menyentuh bagian kepalanya, sedikit terhuyung, hanya bisa berteriak keras, "Oon tidak akan menceraikan mu, Shan! Sampai kapanpun! Sampai kamu mengatakan pada media, bahwa Oon lah suami kamu! Bukan laki-laki itu!" teriaknya menggema di seluruh ruangan.

Bi Narsih yang mendengar suara teriakan Oon, segera menghampiri pria itu untuk memberikan pertolongan padanya.

Dengan sekuat tenaga, Bi Narsih membawa Oon yang tertatih menuju dapur, memberikan segelas air putih, kemudian mengobati luka yang cukup dalam.

"Tahan yah Mas Oon, ini pasti sakit ..."

Oon tak menjawab, kali ini dia hanya ingin mendengarkan pengakuan Shania pada orang di luar sana, bahwa Oon lah suami sah artis ternama tersebut, Shania Junianatha.

Setelah cukup mendapatkan perhatian dari  Bi Narsih, Oon kembali mendengar suara Shania yang tengah berbincang melalui sambungan telepon ...

[Sudah aku lakukan sayang ... Apa yang kamu minta ...]

BRAAK ...!

Oon mengambil handphone dari tangan Shania, melepaskan earphone dari telinga wanita itu ...

Kemudian melihat layar handphone milik Shania yang masih menyala ...

Dengan nada tegas, Oon membentak keras pria yang berada di seberang sana ...

[Jangan pernah menganggu istriku, karena Shania Junianatha adalah istri Oon, istri Oon Syahputra]

Shania yang tidak terima dengan pernyataan Oon pada kekasihnya, kembali melayangkan tamparan tepat di wajah pria itu ...

"Pergi dari kediaman aku! Laki-laki jahanam! Brengsek! Tidak tahu malu! Siapa yang akan mengakui bahwa kamu suamiku! Pergi!!"

Saat mendengar hardikan dari Shania, Oon mundur perlahan. Kali ini dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Harga dirinya sebagai laki-laki telah terinjak-injak, bahkan sangat menyakitkan.

Oon menarik nafas dalam-dalam, dia kalah, hanya bisa bertahan dalam kelukaan ...

Oon meninggalkan kamar Shania, memilih duduk diruang tamu, hanya untuk menunggu ayam jantan berkokok. 

.

Saat suasana rumah yang terlihat sepi, Oon mendengar suara samar Mala berteriak lantang menerobos masuk, tanpa mau mengucapkan salam, pagi, siang, ataupun sore.

Tubuh wanita paruh baya itu mencari keberadaan Shania, ataupun Widya dengan tangan kanan menggenggam erat salah satu media masa.

"Mana Widya!"

Suara Mala kembali terdengar hingga mengejutkan Oon yang masih tertidur disofa ruang tamu ...

"Hmm, Ny-nyo-nyonya masih di toko, Bu," hormat asisten rumah tangga yang berlari menemui Mala diruang tamu.

Mala melemparkan majalah yang menuliskan di halaman depan, bahwa putranya keterbelakangan mental.

Asisten rumah tangga hanya terdiam menunduk dihadapan Mala yang tersulut emosi.

"Shania mana!"

Lagi-lagi suara Widya semakin lantang terdengar di ruang tamu yang menggema.

Seketika Mala menolehkan kepalanya kearah kiri, menyaksikan sendiri anak laki-lakinya masih mengerjabkan mata dan mengusap-usap wajahnya.

"Oon ... Kamu tidur disini?! Kurang ajar sekali mereka memperlakukan kamu! Ditambah pihak menajemen nya menyatakan kalau putra kesayangan Ibu 'keterbelakangan mental'!"

Mala tak kuasa membendung amarahnya, dia benar-benar menggeram di kediaman Ahmad Cirendeu. 

Ibu mana yang tidak akan kecewa, jika dihadapkan dengan pemberitaan yang sangat menghina sang putra, dan menyaksikan anaknya tidur di sofa, tidak sesuai seperti kebahagiaan yang pernah dijanjikan oleh Ahmad.  

Oon menghampiri sang Ibu yang sudah berusia 52 tahun tersebut. Ia meminta asisten rumah tangga itu meninggalkan mereka di ruang tamu, "Sudah Mba ... Biar Oon yang menenangkan Ibu!" ucapnya pelan juga lembut.

Mala menyilangkan tangannya didada. Hatinya semakin terasa sakit, saat melihat putranya yang masih saja tampak tenang, saat bertemu dengannya.

"Oon, kamu sudah baca belum berita di media, di televisi, bahkan di media online yang menyatakan kamu keterbelakangan mental hmm?!"

Mala tak bisa menahan lagi, karena dia sangat mengetahui bagaimana putra kesayangannya dalam menyikapi sebuah masalah.

Oon mengusap lembut punggung Ibunya, membawa Mala untuk duduk disofa, agar tidak meledak-ledak seperti awal tiba.

"Kita bicara dengan tenang yah, Bu. Ta-ta-tadi Oon sudah membahas dengan Shania, tapi istri Oon itu masih ada shooting. Jadi sudah pergi sejak pagi ..."

Mendengar penuturan putranya, sontak emosi Mala semakin membuncah. Kepalanya terasa berdenyut, bahkan ingin sekali dia membawa putranya keluar dari kediaman Ahmad Cirendeu tersebut.

"Apa? Pergi shooting? Shooting apa, On! Kamu disuruh tidur disofa, dia keluyuran! Baru dua hari menikah, terus dia meninggalkan kamu? Emang dia tidak tahu siapa suaminya? Tega banget dia memperlakukan suami seperti ini! Ibu tidak mau tahu, kamu harus pulang ke rumah! Ibu tidak sanggup mendengar berita yang beredar di luar sana! Tega-teganya media itu memberitakan seperti itu! Emang kamu dianggapnya apa? Mereka yang meminta kamu, On! Mereka yang datang ke rumah kita. Sekarang Ibu mau kamu ceraikan Shania Junianatha itu! Ibu tidak ingin memiliki menantu seperti dia!" jelasnya panjang lebar.

Oon terdiam, telinganya terasa panas saat di hujami kalimat-kalimat yang sangat memilukan. Bahkan dengan gampang Ibu-nya mengatakan cerai.

"Bu ... Oon baru menikah! Tolong jangan ikut campur dalam urusan rumah tangga kami! Tolong, Bu ..."

Mala terkesima mendengar pernyataan sang putra, yang terdengar membela gadis yang tidak beradap tersebut, bahkan sudah menghina Oon yang merupakan seorang pengusaha sukses di usia muda, walau di belakang layar.

"Ooogh, jadi kamu lebih membela istri kamu daripada Ibu? Apa ini yang menjadi balasan anak pada orangtuanya?" hardiknya membuat Oon tertunduk.

"Ti-ti-tidak Bu ..."

 

Terpopuler

Comments

Dwi Kustanti

Dwi Kustanti

entar karirmu mati lho Shania berani sama suami..

2022-10-30

1

moms 3 anak

moms 3 anak

haduh on klo sdah fatal bgitu ortu boleh ikut cmpur x

2022-10-25

2

Danie a

Danie a

kejem kali kamu thor

2022-10-22

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!