Mengikat pernikahan ...

Pagi menjelang, matahari bersinar terang menyinari kamar apartemen milik Oon, dengan tubuh pasangan suami istri yang saling berpelukan mesra.

Sudah lebih dari satu minggu, Oon dan Shania tidur satu kamar diranjang kingsize kamar mewah milik pria bertubuh subur itu. Namun, mereka hanya bisa saling mengenal satu sama lain terlebih dahulu, tanpa melakukan aktivitas dewasa selayaknya suami istri.

Bukan tidak normal bagi kedua-nya. Akan tetapi, karena Shania selalu menolak untuk melakukan hal itu dengan Oon, dengan satu alasan belum siap.

Namun, pagi itu ... Entah mengapa, Shania sedikit tergoda untuk mencoba lebih berani, karena mengingat ancaman Mala kala itu.

"Jika kamu tidak menceraikan Shania dalam waktu dua bulan, maka Ibu akan membuat perhitungan dengan kamu, On!" tegasnya lantang dihadapan para pelayan, beberapa waktu lalu.

Membuat Shania berpikir panjang, untuk melepaskan Oon begitu saja, karena masih terngiang-ngiang ancaman dari Ibu mertuanya yang meledak-ledak.

"Jika aku tidak berbuat apa-apa pada pria ini, maka Ibu mertua ku akan melakukan apapun untuk memisahkan aku dengan Mas Oon. Aku harus berusaha untuk menikmati keindahan menjadi istri seorang pria yang buncit ini. Jika aku mengandung buah hati dari Mas Oon, maka Ibu Mala tidak akan menuntut kedua orangtuaku ..." gumam Shania, saat membuka mata dan melihat kearah Oon yang masih tidur dengan mulut ternganga diiringi dengkuran yang sangat khas ditelinga wanita itu beberapa hari tidur bersama.

"Kalau aku enggak mulai lebih dulu, maka Soraya yang akan lebih berani menggoda Mas Oon yang jelek ini ..." sesalnya antara ikhlas dan tidak rela menyerahkan seluruh hidupnya pada pria yang sudah menjadi suami selama enam bulan.

Oon membuka mata lebar, mengerjabkan matanya berkali-kali, saat melihat Shania sudah berada diatasnya tanpa sehelai benangpun.

"Sha-shan-shania ... Apa yang kamu lakukan? Kamu mau apa? Apakah kamu mau memperkosa Oon?"

Shania terdiam, ia menutup kedua punuk kenyalnya, karena perasaan takut dan malu, telah berbuat tidak senonoh pada suaminya sendiri.

"Ma-ma-maaf Mashh ... Aku kepikiran ucapan Ibu. Jika kamu tidak menceraikan aku maka orangtuaku akan dilaporkan ke pihak kepolisian. Kita harus mengikat pernikahan ini, Mas ..."

Oon berusaha duduk, menahan tubuh Shania masih berada diatasnya, "Jangan turun!" tahannya pada lengan Shania, kembali bertanya, "Ma-ma-maaf, jika Oon ingin tahu tentang mu lebih jauh. Apakah hubungan kamu de-den-dengan pria itu sampai sejauh ini?"

Shania terdiam, wajahnya memerah karena malu, namun kali ini dirinya juga tidak mengerti dengan yang mereka lakukan kala itu.

Perlahan Shania menggelengkan kepalanya, hanya bisa menjelaskan sedikit dengan suara bergetar, "A-a-a-aku tidak tahu Mas. Karena aku tidak merasakan apa-apa kala itu. Aku sendiri bingung, apakah aku masih perawan atau tidak. Mungkin jika kita melakukannya, Mas akan tahu."

Oon menelan ludahnya berkali-kali, jakunnya turun naik, karena pagi ini ia merasakan sesuatu yang aneh juga tersirat dari dalam tubuhnya.

"Ba-ba-bagaimana jika kita melakukannya setelah mandi? Karena kita sama-sama belum berpengalaman, dan Mas takut kamu menjerit, seperti di film-film itu. Mas sama sekali belum pernah melihat tubuh polos wanita seperti ini. Jadi kita harus lebih banyak belajar dari hmm ..." Kali ini Oon tidak melanjutkan ucapannya, karena sejujurnya akal dan perasaannya mulai bermain.

Jika di tunda akan menjadi penasaran, jika dilanjutkan belum ada perasaan apapun. Hanya ancaman-ancaman yang terus menerus terngiang-ngiang di telinga kedua-nya ...

Kali ini Oon menggunakan feeling-nya sebagai pria normal, ia mencoba menyentuh lembut bagian dada yang sudah tersaji di hadapannya.

Shania merinding, dia benar-benar ketakutan, namun semua demi menyelamatkan keluarganya sendiri, dari tuntutan yang akan dibuka lebar-lebar oleh Mala dihadapan media dan pihak kepolisian. Tentang semua masa lalu, serta kematian Putra yang ternyata melibatkan keluarga Shania.

Kedua insan yang tidak memiliki pengalaman itu, hanya mengikuti peran mereka atas dasar mempertahankan rumah tangga, yang tidak memiliki chemistry apapun sejak awal menikah.

Akan tetapi, saat kedua-nya benar-benar tengah berada di ambang batas kesadaran dengan gairah yang membuncah ...

"Ahh Mas ... I-i-ini sa-sa-sa-sakit sekalihh, aku enggak ku-athh ..."

Shania berteriak, saat Oon akan menembus kulit terhalusnya dibawah sana.

Lagi-lagi Oon mengusap lembut kepala istrinya, dia mengatur nafasnya, melihat kening Shania, benar-benar kesakitan, dan semakin tidak tega untuk melanjutkan, akan tetapi jiwa kelaki-lakiannya kembali bersuara dengan lembut ...

"Bu-bu-bukankah memang harus sakit, sayang? Kamu gigit saja bahu Oon, ini su-sudah setengah jalan. Enggak enak di diamkan begini saja ..." bisiknya perlahan.

Shania kembali menutup matanya, menarik nafas dalam-dalam, menggigit bibir bawahnya, dengan perasaan yang semakin tidak karuan dibawah kungkungan pria itu.

"Ahh ... Sa-sa-sa-sakit!"

PLAAK ...!

Tangan Shania menampar keras wajah Oon, setelah pria itu menghentakkan pinggulnya ...

"Augh ..." Oon meringis menahan sakitnya tamparan Shania, namun tidak melepaskan penyatuan mereka yang baru berhasil setelah berkali-kali gagal.

Oon terdiam, wajahnya memerah, menahan rasa panas di wajah dan bagian intinya yang seperti di pijat dibawah sana.

Wajah jelek yang selalu di ucapkan Shania, rasanya tampak tampan dan tenang setelah mendapatkan perhatian khusus dari seorang artis sekelas Shania Junianatha.

"Hmm ... Ini indah sekali Shan ... Kamu benar-benar istri Oon yang paling sempurna ...!"

Perlahan perasaan benci terhadap fisik Oon, membuat Shania menerima kenyataan bahwa yang telah melakukan hal itu merupakan suami sahnya, yang tidak akan pernah menceraikannya setelah melakukan semua ini.

Shania mendekap erat tubuh subur itu, berusaha menikmati keindahan yang diciptakan oleh Oon, yang memberikan sesuatu perasaan berbeda, bahkan tidak ada kata-kata kebencian yang terlontar dari bibir mungilnya.

Cukup lama mereka larut dalam suasana panas pagi yang sangat berkesan bagi Oon juga Shania, membuat tubuh subur itu ambruk saat mengakhiri permainan dalam penyatuan tanpa cinta, namun dapat merasakan sesuatu perasaan yang berbeda walau masih bercampur aduk ...

"Oon ci-cin-cinta sama sama kamu Shania Junianatha. Setialah sama Oon, dan kita akan menghadapi Ibu ..." bisiknya pelan ditelinga Shania.

Shania tertegun sejenak, air matanya tak terasa mengalir disudut mata indah itu. Ada perasaan menolak, namun berbeda karena sesungguhnya ia membutuhkan Oon.

"Hmm ... Apakah aku masih eee," Shania tidak melanjutkan ucapannya.

Akan tetapi Oon langsung mengecup lembut kening Shania, "Kamu milik Oon, Shan. Bicaralah pada media bahwa Oon suami kamu. Oon akan bertanggung jawab atas dirimu juga keluarga besar mu. Itu janji Oon ..."

"Eee ... Walaupun Ibu kamu akan membongkar rahasia kematian Ayah mu ..."

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

ternyata Shania masih bersegel yah😁

2022-12-26

1

Chay-in27

Chay-in27

jangan-jangan bapak oon keluarga Shania yang celakakan 😳😬

untuk menghilangkan hutang, tapi ternyata eeeh ternyata ... gagal maning 🙄😳😬

2022-10-30

2

G-Dragon

G-Dragon

woooowh akhirnya berhasil mengikat pernikahan mereka berdua 🤭😤🤧🤣🤣🤣

2022-10-30

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!