Suasana pagi yang awalnya sejuk, kini berubah panas selayaknya perang dunia ketiga, antara Oon dan Mala, karena membela Shania dihadapannya. Wanita yang kini masih menangis sejadi-jadinya, membuat ia tak kuasa menahan teriakannya, sehingga Oon berlari menuju kamar Shania yang terbuka sedikit ...
"Sh-sh- shania ... Shania! Sssthh ... Tenanglah, tenang ...!" peluk Oon sambil mendekap tubuh Shania yang tengah shock.
Shania menolak dekapan Oon, dia tidak sudi di sentuh oleh pria buncit dan hitam tersebut ... Namun apa lacur, saat Shania akan menjauh dari dekapan Oon. Mala ternyata lebih dulu mendobrak pintu kamar yang di huni oleh menantu yang tidak tahu di untung tersebut.
BRAAK ...!
"Oooogh ... Disini rupanya kau bersembunyi hmm!? Kenapa? Sudah tidak diterima di masyarakat luas? Miskin? Dasar jallang, pelakor!! Mau jadi apa kau! Masih muda sudah tidur sama banyak pria! Bodoh, dungu!!" geram Mala berapi-api.
Oon menggelengkan kepalanya, karena tidak menyangka bahwa Mala akan mengeluarkan kata-kata sampah seperti itu ...
"I-i-ibu ... Shania ini istri Oon, jangan bicara seperti itu!"
Mala tertawa mengejek, bahkan ingin sekali dia menyeret wanita laknat itu keluar dari apartemen anaknya ...
"Apa? Istri seperti ini kamu bela? Buka mata kamu Oon!! Dia justru tengah bertelanjang bulat di dalam kamar hotel, karena ingin menghabiskan waktu dengan suami orang itu! Ini yang kamu bilang istri? Mau kamu bela yang nyatanya wanita laknat ini tidak menghargai kamu sebagai seorang suami! Ceraikan dia Oon! Ceraikan, dan usir dia dari apartemen kamu!!!"
Mendengar penuturan Mala yang lantang, tentang apartemen itu milik Oon, Shania menoleh kearah pria yang masih mendekapnya erat, walau dia ingin sekali memberontak, namun tidak kuasa ia lakukan, karena keadaan yang tidak berpihak padanya saat ini.
Kehadiran Mala membuat dadanya semakin terasa sangat sesak, penghinaan, bahkan sangat menyakitkan, sehingga Shania yang tidak pernah menyentuh Oon, kini ia justru meremas tubuh buncit itu, dengan sangat kuat.
Sejujurnya Shania ketakutan, karena Mala sangat berbeda ketika melihatnya kali ini.
Oon masih menggelengkan kepalanya, mengisyaratkan bahwa ia tidak akan pernah menceraikan istrinya dengan wajah keras dan tegas.
"Ti-ti-tinggalkan apartemen Oon, Bu! Karena Oon tidak akan membiarkan Shania pergi dari sini. Oon sayang sama Shania, dia istri Oon!!" tegasnya lagi.
Mala menyunggingkan senyumannya, bergidik ngeri, seketika tangannya meraih kepala Shania yang masih meringkuk di pelukan Oon, meremas kuat rambut wanita laknat itu tanpa perasaan kasihan, dengan kepala mendongak keatas, tanpa bisa melawan ... Wanita paruh baya itu berkata dengan tatapan nyalang ...
"Dengar jallang, pelakor murahan, kau bisa mendapatkan pembelaan dari putra kesayangan ku! Tapi sampai aku mati, tidak akan pernah aku memaafkan sikap mu, yang sangat memalukan! Silahkan kau pikirkan, karena aku tidak akan pernah merestui pernikahan kalian lagi!!!"
Shania hanya bisa menangis dengan tubuh bergetar hebat, karena ketakutan, ditambah ia merasakan panasnya air ludah Mala yang membasahi wajahnya.
"Cihh ... Aku jijik melihat mu, Shania Junianatha!" Mala mengayunkan tangannya, membuat tubuh Shania dan Oon terjerembab dilantai kamar mereka.
Oon yang tidak terima atas perlakuan Mala, dia menggeram, menantang mata wanita yang selama ini telah merawat dan menjaganya, dengan tatapan garang ...
Tubuh tinggi itu seketika berdiri, karena tidak terima istrinya diperlakukan kasar oleh Mala ...
"Berhenti Bu!! Silahkan Ibu tinggalkan apartemen ku, karena Shania Junianatha itu istri Oon! Istri yang sangat Oon sayangi sejak dulu! Dia akan Oon jaga, terserah Ibu suka atau tidak suka! Pelayan!!! Pelayan!!" teriak Oon menggema di seluruh ruangan apartemen.
Membuat Shania benar-benar ketakutan, melihat perpecahan Ibu dan anak itu hanya untuk membela dirinya sebagai istri.
Darmi berlari kencang menuju kamar Shania, menunduk hormat dihadapan Mala juga Oon yang masih bersitegang dan saling menantang, "I-i-iya Mas Oon ..."
Oon mendengus dingin, hanya bisa memberi perintah, "Kamu bersihkan Mba Shania! Kunci pintu kamar ini!"
Bergegas Oon membawa Mala untuk keluar dari kamar tersebut, dengan langkah garang, membuat wanita paruh baya itu kembali murka, dengan teriakannya yang tidak ingin melihat putra kesayangannya melanjutkan pernikahan dengan Shania.
"A-a-apa yang Ibu lakukan pada istriku! A-a-aku ini suaminya, Bu. Dan Ibu yang mengizinkan Oon untuk menikah dengan Shania. Kini Ibu yang memperlakukan istri ku, seperti ini. Tolong jangan sakiti kami dulu, biar Oon menyelesaikan semua masalah rumah tangga ini, Bu! Oon yakin, suatu saat nanti Shania akan mengakui bahwa dia mencintai Oon, dan mengakui kesalahannya!" jelasnya panjang lebar.
Mala terkesima mendengar ucapan Oon, ia bertepuk tangan, membuat pria yang katanya memiliki keterbelakangan mental itu cukup mengerti akan penghinaan yang diberikan Ibu kandungnya sendiri.
"Kamu ternyata menyukai sisa orang lain, Oon!! Sungguh sangat disayangkan. Ingat, ini sudah menjadi keputusan kamu sebagai laki-laki. Jika dalam waktu enam bulan Shania Junianatha tidak pernah mengakui bahwa kamu merupakan suaminya, Ibu yang akan bertindak untuk menenggelamkannya di media! Kamu camkan itu," Mala menggeser tubuh Oon yang berdiri dihadapannya, langsung pergi meninggalkan apartemen milik putra kesayangannya.
"Dasar anak tidak tahu diri! Menantu sebagai jallang saja, dibela mati-matian! Dia pikir aku tidak tahu sepak terjangnya untuk menerima bantuan Oon? Jika hamil dengan selingkuhannya, maka anak ku lah yang harus bertanggung jawab! Dasar wanita jallang!" umpatnya memasuki lift, tanpa perduli dengan Oon yang masih memandang kearah Mala.
Kali ini Oon hanya bisa pasrah, menahan rasa bersalah pada Mala. Akan tetapi, dia juga tidak bisa melepaskan Shania, karena wanita itu membutuhkannya saat ini.
"Oogh Tuhan, apa yang harus Oon lakukan ...? Bagaimana jika Ibu membenci Oon sebagai anaknya, namun tidak akan ada keberkahan dalam hidup Oon ... Tapi Oon juga sangat menyayangi Shania sebagai istri ... Jangan hukum Oon seberat ini, Tuhan ... Karena menikah itu hanya sekali seumur hidup, dan Ibu akan selalu ada dalam hati Oon ..." isaknya merebahkan tubuhnya disofa ruang keluarga.
Berkali-kali Oon hanya mengusap kasar wajah tegasnya, mengatur nafas agar bisa berpikir jernih. Oon menghela nafasnya dalam, beranjak menuju kamar Shania, mengetuk pelan agar Darmi membukakan pintu kamar itu.
Benar saja, tidak menunggu lama, Darmi membuka pintu kamar, tersenyum tipis sambil menunjuk kearah Shania, kemudian berkata ...
"Mba Shania sudah tenang dan bersih, Mas. Bibi siapkan makanan dulu yah? Maaf Mas, mau makan di meja makan, atau di kamar?"
Oon hanya menunjuk kearah meja makan, memilih masuk kedalam kamar, dan menutup pintu kamar itu dengan rapat.
Tidak ada perasaan istimewa dalam benak Oon kali ini, ia hanya ingin bicara baik-baik pada Shania, karena ingin melindungi wanita itu dari hantaman asteroid raksasa yang akan berdatangan lagi dan lagi dalam waktu bersamaan ...
"Ma-ma-maafkan Ibu, Shania. Oon juga minta maaf sama ka-ka-kamu. Ja-ja-jangan kamu ambil hati perkataan Ibu," ucapnya masih berdiri di belakang pintu yang sudah tertutup rapat.
Namun Shania hanya menjawab singkat, "Apa maksud kamu menyumbangkan ginjal mu padaku hmm? Apa karena kamu ingin aku berhutang budi padamu! Atau bahkan mencintai kamu? Dengar Oon, aku akan membalas perlakuan Ibumu pada ku! Aku akan menuntut cerai dari mu, karena aku tidak menginginkan kau menjadi suami ku!!!"
Oon menggelengkan kepalanya, menarik nafas dalam-dalam, hanya bisa tersenyum kemudian berkata ...
"Lakukan apa yang ingin kamu lakukan diluar sana. Oon sudah pasrah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Tari Gan
sangat miris oon nasibi, di saat terjatuh pun Shania masih sombong nya gak ketulungan oyy
2022-12-26
2
G-Dragon
pilihan sulit disaat rumah tangga diambang kehancuran ... ooogh nasib oon sangat buruk
2022-10-27
2
Chay-in27
waduuuh ... bagaimana Oon harus memperjuangkan rumah tangganya yang sudah nyata mendapatkan serangan dari Ibunya sendiri
2022-10-27
3