"Dinaaaaaa..." seseorang berteriak dari lantai 2 sekolahan memanggil nama Dina. Dina langsung melihat ke atas.
Biyuuuuurrr
Suara siraman air dari lantai 2 mengguyur tubuh Dina seluruhnya.
Hahaha
Suara tawa terbahak-bahak semua orang karena melihat Dina basah kuyup. Sekucur tubuhnya basah, menerawang bagian atas. Seseorang melemparkan jaketnya memberi kode agar Dina memakainya, kemudian seseorang yang memberikan jaket itu langsung pergi meninggalkan Dina.
Dina langsung pakai jaket karena dia sudah merasakan kedinginan. Dia langsung berjalan pulang, sambil menggigil kedinginan.
Setiap hari Dina di bully oleh Aira gengs, anehnya ketika Dina di bully banyak orang yang mentertawakan.
"Apa salah gue? gue gak punya salah sama mereka. kenapa mereka benci banget sama gue, setiap hari bully gue. Gue gak mau aduin mereka, karena mereka orang kaya, gue takut bea siswa dicabut. Ah... " Dina mengacak rambutnya karena merasa kesal setengah mati.
Dina berjalan untuk pulang ke rumah, karena tidak punya uang untuk naik angkot, dengan tubuh menggigil Dina melangkahkan kakinya menuju rumah.
Setiap hari Dina selalu belajar, impiannya adalah menjadi seorang dokter. Dia harus mendapatkan bea siswa untuk menjadi dokter karena orang tuanya tidak mampu untuk membiayai dia kuliah, Jangankan kuliah, untuk SPP sekolah aja orang tua Dina tidak mampu membayarnya. Pulang dan pergi ke sekolah Dina hanya mengandalkan kakinya, karena memang tidak ada uang untuk naik angkot. Butuh perjalanan 1 jam untuk menuju sekolahnya.
"Dina..." Seorang perempuan turun dari mobil mewah, dia memanggil Dina.
"Syaqilah..." teman sekelas Dina, salah satu siswi tercantik.
"Hmmm kayanya loe lupa yah sama gue," ucap Syaqilah.
Dina berpikir keras mengingat-ingat.
"Ingat kok, loe teman sekelas gue. Siswi tercantik, gak banyak omong. By the way makasih jaketnya, besok gue balikin."
" Hanya itu? gak ingat sesuatu?" tanya Syaqilah.
"Gue males ngomong sama orang kaya, yang selalu remehin orang-orang miskin kaya gue. Seenggaknya gue gak hidup dari uang orang tua. Uang dari orang tua aja pada bangga. Cuihhh najis gue, termasuk loe Syaqilah, pas gue dibully loe diam aja gak nolongin gue."
Syaqilah berhenti berjalan mengikuti Dina. Dia kembali kedalam mobilnya, melihat ke arah Dina dengan tatapan yang sayu.
"Kenapa dia menatap gue kaya gitu, karena ucapan gue tadi? dih emang orang kaya seperti itu semua, sombong dan suka injak-injak harga diri orang lain," gumam hati Dina.
***
Dina masuk ke dalam kelas dengan membawa jaket, dia mendekati Syaqilah. Syaqilah memperhatikan Dina berjalan menuju dirinya.
"Ini jaket yang loe pinjamim, tenang udah bersih dan sudah pakai pewangi. Terima kasih," Dina meninggalkan Syaqilah dan duduk di kursi paling belakang. Kursi yang hanya diduduki oleh dirinya.
Aira gengs menghampiri tempat duduk Dina.
"Hai, anak miskin. Gue lihat buku pr matematika loe."
Dina tidak memperdulikan omongan Aira.
"Hai loe budek, buku pr matematika cepat," lagi-lagi Dina tidak memperdulikan. Aira menarik rambut Dina dengan keras, sampai Dina kesakitan.
"Lepasin teman gue," Aira gengs menatap Syaqilah.
"Teman loe? gak salah denger, anak miskin, bau ini teman loe," ucap Aira.
"Eh maaf gue salah sebut, bukan teman gue tapi sahabat gue," ucap Syaqilah
"Hahaha...jangan bikin prank loe," ucap Aira dengan mata menatap Syaqilah.
"Memangnya gue, Nabilah Syaqilah Aini pernah bercanda," Syaqilah melangkah maju menatap Aira, dia keluarkan hpnya dan memutarkan video ketika Aira menuangkan sampah ke tubuh Dina.
"Gue gak takut sama ancaman loe itu, anak miskin cepat keluarin buku matematika loe," Aira makin menarik rambut Dina. Melihat itu Syaqilah menarik rambut panjang Aira.
"Eh loe apa-apaan? ikut campur loe urusan gue? loe tahu gue siapa? gue anak kepala sekolah, loe berdua kenapa diam aja. Urus nih perempuan berengsek," teriak Aira.
"Loe berdua jangan ikut campur, Aira loe lepasin tangan loe dari rambut Dina. Gue tahu loe anak kepala sekolah. Loe tahu gue siapa? ah iya pada belum tahu siapa gue, Mama gue bernama Sarah Azqila Yildiz kepala yayasan sekolah ini, gue bisa langsung kirimin nih video, dijamin setelah gue kirimin ibu loe akan didepak dari sekolah ini. Loe gak percaya gue anak kepala yayasan, sebentar gue telepon mamah gue. Gue akan loud speaker biar loe denger."
["Assalamu'alaikum Mah, Mamah lagi di mana?"]
["Wa'alaikumsalam, kenapa sayang? ada masalah di sekolahan? Mamah lagi rapat dengan Bu Lussy kepala sekolah mau meeting ini sayang,"] Syaqilah menatap Aira dan berbisik, "lepasin tangan loe dari rambut Dina, atau gue bilang sama Mamah gue, kebetulan Mamah gue lagi dengan ibu loe," Aira melepaskan tangannya dari rambut Dina.
["Ah yah udah Mah, aku mau tanya itu aja. love you Mah, assalamu'alaikum,"] ucap Syaqilah.
["Love you too sayang, wa'alaikumsalam."]
"Gue peringatin sama loe Aira dan semua yang ada di kelas ini, siapapun yang sakitin sahabat gue, berurusan sama gue," ucap Syaqilah.
Semua diam, Aira and the gengs langsung duduk tidak berani melakukan pembullian terhadap Dina lagi. Syaqilah menatap Dina, dia tersenyum.
"Loe salah Din, gue gak diam aja selama ini ketika loe di bully. Sekarang loe ingat siapa gue?" Syaqilah mendekatkan wajahnya ke wajah Dina.
"Loe..." ucapan Dina terpotong di kala bel berbunyi, Syaqilah berjalan kembali ke bangkunya.
***
Setelah pelajaran selesai Dina menghampiri Syaqilah.
"Loe Bilah kurus?" tanya Dina.
Syaqilah menatap Dina.
" Kenapa loe lupa sama gue Din? dan kemarin loe hina gue."
"Ini beneran loe Bil?" tanya Dina.
"Memang gue berubah? sampe loe gak kenalin gue?"
"Waktu kecil loe kurus banget Bil, lain sekarang loe cantik banget," Bilah berdiri dan memeluk Dina sangat erat.
"Loe cerdas, tapi bodoh banget. Di bully diam aja bukannya melawan, maafin gue datang lama, karena gue cari sekolah loe, ternyata sekolah punya mamah gue."
"Jadi yang kasih seragam di kamar mandi itu loe?"
"Iya, sorry gak bantu loe saat itu agar gue punya bukti untuk rekam mereka yang sedang bully loe. Itu akan menjadi alat agar mereka gak Bully loe lagi."
"Bil, gue sangat tertekan dengan bullian ini, rasanya gue mau mati aja. Dari SMP gue di bully karena miskin gak pantas sekolah di tempat orang-orang kaya, padahal niat gue hanya 1, belajar, tapi gue terus bertahan karena janji loe akan balik ke Indonesia, akan bantu gue menuju cita-cita gue."
"Gue udah di sini dan akan jadi sahabat loe, loe terus perjuangkan cita-cita loe yang ingin jadi dokter. Gue akan temenin loe, loe gak sendiri lagi sekarang."
***
9 tahun yang lalu Bilah dan Dina adalah tetangga, tepatnya tempat tinggal Bilah di perkomplekan sedangkan Dina di sebuah perkampungan. Sejak kecil kehidupan Dina memang sangat miskin, pertemuan mereka berawal dari Sarah yaitu mamah Bilah membagi-bagikan sembako di permukiman Dina. Bilah yang melihat Dina duduk termenung, tidak mengantri mengambil sembako seperti anak-anak lain. Lalu Bilah menghampiri Dina.
"Ini buat kamu," ucap Bilah kecil dengan sopan menyodorkan sebungkus sembako untuk Dina. Dina menatap Bilah langsung menundukkan kepalanya lagi.
"Kok diam, ini ambillah dari mamahku," ucap Bilah.
"Gue gak perlu sembako, gue mau sekolah," ucap Dina.
"Memang kamu gak sekolah?"
"Gak ada uang, makan aja susah cari uangnya apalagi sekolah."
Setelah kemarin Bilah dan mamahnya membagikan sembako, hari ini mereka langsung mendatangi rumah Dina. Ternyata Bilah meminta mamahnya untuk menyekolahkan Dina di sekolah yang sama dengan Bilah. Dari situlah mereka sudah bersahabat, 3 tahun bersekolah di sekolah yang sama, Bilah tiba-tiba harus ke turki negara ayahnya. Sekolah Dina sudah dilunaskan sampai tamat SD. Mereka membuat janji saat SMA mereka akan akan belajar di sekolah yang sama, tepatnya itu janji Bilah yang akan kembali lagi ke Indonesia.
Permasalahannya setelah lulus SD, tidak ada lagi yang membiyai Dina bersekolah. Dina belajar siang dan malam untuk mendapatkan bea siswa, anehnya Dina selalu mendapatkan sekolah unggulan tempat sekolah anak orang kaya. Dari SMP dia sudah di bully habis-habisan karena memang penampilan Dina yang sangat mencolok, dari segi pakaian yang kumal, sepatu robek. Itupun Dina mendapatkan seragam dari dia bekerja berjualan kue dan keuntungannya untuk beli seragam sekolah dan sepatu bekas. Jika bukan karena janji Bilah mungkin Dina akan menyerah. Janji Bilah akan kembali lagi ke Indonesia dan sekolah di sekolah yang sama kembali.
"Tunggu aku, kamu harus terus belajar," ucap Bilah.
"Aku berjanji akan terus belajar," ucap Dina.
Bilah berubah menjadi gadis yang cantik ketika tumbuh dewasa, karena dia mempunyai darah keturunan turki, arab, indonesia. Sampai-sampai Dina tidak mengenali sahabatnya itu.
Back off
"Bilah, loe di mana? please dong aktifin hp loe," ucap Dina monolog, dia sangat menyesal.
Dedd dedd
suara benda pipih milik Dina, Dia bergegas mengambil benda pipih itu karena dia pikir pesan dari Bilah tapi ternyata dari Billi.
Billi \= [" Din, siap-siap aku jemput kamu, kita pergi ke Sukabumi kemungkinan Bilah ke sana."]
Isi pesan Billi.
40 menit kemudian Billi sudah sampai di apartement Dina.
"Kita berangkat sekarang Din," Billi menggandeng tangan Dina, tapi Dina menepis tangan Billi.
"Sorry Billi, gue bisa jalan sendiri gak usah digandeng tangan gue."
Billi membukakan pintu mobil depan, tapi Dina menolak, dia duduk di kursi belakang.
Selama perjalanan ke Sukabumi tidak ada percakapan sama sekali di antara mereka, mereka berdua saling diam. Akhirnya Billi membuka percakapan untuk mencairkan keheningan.
"Din, aku tahu kamu sedih karena kepergian mendadak Bilah, tapi jangan diam seperti ini dong. Biasanya kamu banyak omong," Billi menepikan mobilnya dan menoleh ke arah Dina yang ada di bangku belakang, "Din...aku punya sahabat hanya 2, Bilah sudah pergi, bisa gak kamu jangan pergi ke Jogja."
Dina menatap Billi
"Gak bisa Billi, gue akan tetap melanjutkan pendidikan gue di Jogja," ucap Dina.
"Tidak bisakah kamu kuliah di Jakarta?" tanya Billi.
"Loe tahu sendiri, gue sedang menghindar dari Lukas. Gak mungkin gue kuliah di Jakarta. Fokus yuk Billi kita ke Sukabumi, tanpa Bilah yang membiyai awal masuk kuliah kedokteran mungkin gue gak akan jadi dokter sekarang. Gue banyak berhutang budi sama Bilah, please jalan lagi."
Sikap Dina berubah, karena Dina pikir Billi suka dengan Bilah. Dan merasa bersalah sudah jatuh cinta dengan Billi sehingga persahabatan mulai retak. Dina merasa bodoh, gara-gara cemburu,dia acuhkan Bilah, sahabat yang sangat membantu dirinya sampai mempunyai gelar dokter. Bilah sedang kesusahan tapi dia tidak membantu malah mengacuhkan Bilah. Dia merasa tak tahu diri, lupa akan jasa Bilah.
"Gue akan kubur rasa ini Billi, gue sudah jatuh cinta sama loe. Itu sebuah kesalahan besar yang gue lakuin selama ini. Maaf gue akan menghilang juga seperti Bilah, tapi gue akan terus mencari informasi tentang Bilah, sahabat, saudara gue satu-satunya.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Imouett Chalalu
lanjut
2022-11-02
1
Maulana ya_Rohman
slh faham lgi🤦
kapan di luruskan thor😌
2022-11-02
2