Bilah hanya menundukkan kepalanya dan mengepalkan kedua tangannya. Amarah, sedih, kecewa semua jadi satu. Dina memperhatikan perubahan wajah dari Bilah.
"Bilah..." Dina memanggil Bilah, tapi tidak direspon.
"Bilah, udah dong jangan nangis." Dina memeluk tubuh Bilah, karena sahabatnya itu hanya diam dan mengeluarkan air mata tanpa suara.
"Bilah, loe jangan seperti ini!" Bilah menatap Dina dan berkata, "Loe gak tahu rasanya, sakitnya di sini," Bilah menepuk dadanya, "Loe bayangin, gue 5 tahun nikah tapi gak bisa hamil, suami gue selingkuh dan tidurin cewe lain langsung hamil. Gue mandul Din."
"Gak, loe sehat! Gue gak percaya sama model apem itu. Gue lebih percaya perkataan dokter, lagi pula cecurut itu selingkuhin loe dan dia gak cinta sama loe. Loe hanya boneka dendamnya doang. Sadar Bil!"
Bilah menatap Dina, " Kenapa loe tatap gue? marah gue bilang gitu? ngapain loe masih cinta? lupain cecurut Ranu itu."
"Loe ngomong gampang Din, suruh lupain seseorang yang 5 tahun hidup bersama. Bayangin, 1 minggu kemarin gue masih bahagia. Kak Ranu masih belai gue, seharusnya gue gak kloning WA nya dan gue gak seharusnya lihat isi percakapan dengan selingkuhannya itu, pasti gue masih bahagia sekarang."
"Bil, sadar loe...loe sadar! Dia hanya manfaatkan loe doang, dia hanya mengambil apa yang loe punya. Loe seharusnya bersyukur bisa tahu kebusukannya dia sekarang, loe malah pilih dibohongin terus? OMG Bil dunia belum berakhir kalau loe pisah sama cecurut itu."
"Loe gak ngerti Din, karena loe belum menikah."
Billi mendengar perdebatan sahabatnya tapi dia terus menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang dan berhenti disebuah restoran.
"Makan dulu yuk," ucap Billi.
Dina dan Bilah menatap Billi dengan mata yang tajam.
"Kenapa you berdua menatap i seperti itu? Bilah you harus makan dulu agar kuat buat nangis, Din you juga makan agar you bisa nasehatin Bilah agar sadar tuh anak," Dina mentoyor kepala Billi.
"You main toyor aja kepala i, kepala i difitrahin tiap tahun."
"Loe lagian ngomongnya kaga diayak, emang gue ustazah nasehatin Bilah. Kalau gue ustazah gue bakalan ruqiah Bilah, percuma dinasehatin batu nih anak."
"Banyak cingcong kalian, pusing i."
Billi membukakan pintu belakang mobilnya, Dina keluar dan turun dari mobil Billi akan tetapi Bilah enggan untuk turun dari mobil.
"Bilah, turun yuk," Bilah hanya menggelengkan kepalanya, "Turun gak, gue bilang. Loe baru sembuh, jangan siksa diri loe. Cukup hati loe aja yang sakit jangan tubuh loe. Niat kita keluar bareng buat senang-senang bukan menangis terus," Dina menarik tangan Billa agar keluar dari mobil Billi.
Bilah pun keluar dari mobil dengan keterpaksaan, dia mengusap air mata sebelum dia keluar dari mobil.
Mereka bertiga sudah berada di dalam restoran, sangat ramai penuh dengan customer. Wajarlah karena week end, orang-orang keluar rumah untuk menghabiskan waktu dengan keluarga atau pasangan. Mereka memesan makanan, sudah hampir 30 menit tapi makanan masih belum disajikan.
"Lama banget, perasaan sudah 30 menit deh kita tunggu," keluh Dina.
"You sabar, semakin perut you lapar makanan akan semakin endol," ucap Billi.
Bilah hanya terdiam, wajahnya tidak ada semangat lagi. Berbeda ketika dia hendak mau berangkat ke mall wajahnya berseri-seri.
"Bilah, udah dong jangan dipikirin terus. Wajah loe luntur tuh cantiknya," tutur Dina.
"Mana ada kecantikan luntur, cuantik tetap aja cuantik," ucap Billi.
Bilah hanya tersenyum kepada Dina dan Billi.
"Ah gak asik nih Bilah, gue lihat muka loe jadi kebelet nih," ucap Dina.
"Emang muka gue WC umum," celetuk Bilah.
"Duh gue serius nih, kebelet banget. Billi kamar mandi mana? loe kan tahu restoran ini, anterin gue yuk."
"Eh najis, masa i anterin you ke WC. Gue lekong bukan pere, apa kata dunia lekong masuk WC pere."
"Maksud gue, tunjukin arahnya bukan suruh loe ikut masuk sama gue ke WC. Ihhh gue juga ogah, ngeri."
"Emang i setan apa? i mau jagain Bilah aja, takut ada cecurut tiba-tiba datang. you lurus aja dari sini nanti belok kanan nanti ada tulisannya gede."
"Lurus ke sana? yah elah jauh banget lagi. Yah udah gue ke sana dulu udah kebelet banget nih."
selepas Dina berlari ke WC, di ruang itu terdengar ada keributan. Orang-orang berkerumunan. Bilah pun penasaran, akhirnya dia dan Billi menghampiri kerumunan itu.
"Ya Allah Nak, kamu kenapa?" ucap ibu dari anak tersebut.
Ada seorang anak perempuan sekitar umur 10 tahun, yang tiba-tiba sesak nafas.
"Ada dokter di sini? siapapun Anda yang bisa menolong keponakan saya," teriakan laki-laki disebelah anak tersebut.
"Diakan..." Bilah terkejut.
Bilah melihat anak itu, ia tahu bahwa anak tersebut tersedak sesuatu sehingga pernafasannya terhambat. Kalau dibiarkan maka anak itu akan kehabisan oksigen dan bahaya untuk nyawa anak itu.
"Duh si Dina, lagi kaya gini kebelet. Tugasnya Dina ini mah, tapi jika gak ditolongin akan berbahaya bagi anak itu. Oh gue video call Dina aja."
Bilah mengambil benda pipih nya dan menghubungi sahabatnya.
"Ya Tuhan Bilah, yang bener aja loe. Gue lagi kebelet malah video call, loe mau lihat aktifitas gue di WC?"
"Din, loe jangan banyak omong. Ini ada anak yang tersedak kalau gak cepat ditolong akan bahaya. Loe masih lama gak?" Bilah memperlihatkan kondisi anak tersebut di layar hp nya.
"WC nya agak jauh, butuh waktu untuk berjalan ke sana. Loe tangganin dia Bil."
"Gue bukan dokter, loe yang dokter cepat ke sini."
"Jangan Bil, selisih waktu akan berbahaya buat anak itu. Kasih hp loe ke Billi, gue arahin cara atasin tersedak buat anak-anak. Gue lagi jalan ke sana, loe tenang dan lakukan apa yang gue instruksikan ke loe."
Bilah memberikan hp nya ke Billi, hp masih tersambung video call dengan Dina. Bilah mendekati anak tersebut.
"Bismillah, biar saya mencoba yah Bu, anak Ibu tersedak. Teman saya dokter tapi dia sedang menuju ke sini karena tadi dia kebelakang sebentar, kata teman saya anak Ibu harus mendapatkan pertolongan pertama karena jika tidak mendapatkan pertolongan segera akan membahayakan nyawanya. Ini saya video call dengan teman saya, dia akan menginstruksikan dan saya yang akan melakukannya."
"Iya Mba, tolong anak saya, bismillah."
Billi mengarahkan kamera ke arah Bilah
"Bilah, Lingkarkan kedua lengan loe di antara pusar dan tulang rusuk perut anak itu," Bilah mulai mengikuti instruksi Dina, "Setelah itu, kepalkan tangan yang melingkar di antara pusar dan tulang rusuk anak itu Bil, hentakkan tangan ke arah atas sambil menarik tubuh anak ke belakang sebanyak lima kali. Jangan melakukan hentakan yang terlalu keras agar tidak cedera."
"Bismillah hirohmanirohim." Bilah mulai melakukan intruksi Dina dengan perlahan sambil menghitung sampai 5 kali hitungan. Anak tersebut batuk dan mengeluarkan sebuah kacang merah dari mulutnya. Dan kembali bernafas normal.
Para pengunjung restoran bertepuk tangan dengan aksi Bilah yang menyelamatkan anak tersebut.
"Alhamdulilah, mba terima kasih banyak sudah menolong anak saya," ibu anak itu memeluk Bilah.
Bilah tersenyum dan mengucapkan kepada ibu tersebut, "Alhamdulilah Bu."
Dina baru saja tiba, dia langsung memeriksa anak tersebut.
"Alhamdulilah, kerja yang bagus Bil. Loe cocok jadi asisten gue," Dina cengar-cengir kepada Bilah.
Ilustrasi Dokter Dina
"Maaf Bu, saya seorang dokter. Anak ibu harus dibawa kerumah sakit untuk pengecekan lebih lanjut."
"Baik Dok."
Anak tersebut digendong oleh laki-laki tersebut. Bilah menatap laki-laki itu dengan tatapan penasaran. Mereka pun menuju rumah sakit dengan mengikuti mobil Billi yang berada di depannya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
Tutik Yunia
Billah , apa kamu nggak jijik lihat laki-laki lu celup sana sini. Cinta ya cinta tapi jangan blo'on
2023-01-08
1
Maulana ya_Rohman
akankah billah berjodoh dengan bagas ya thor🤔🤔🤔
2022-10-28
0