Syurr..
Cristhopan menuangkan Red wine yang selalu tersedia di nakas, Ia menuangkan pada dua gelas yang berbeda
"Apakah kau mau bertaruh denganku?
Jika orangku tidak bisa menyelematkan ayahmu malam ini, aku akan menyerahkan saham C.L.A sebesar tiga puluh persen kepadamu, Bagaimana?" Cristhopan berbicara sambil terus meracik anggur itu sesempurna mungkin,
"Ayah.. dia tidak akan bisa menyelamatkan dirinya sendiri.. Dasar iblis! Dia terus mendesakku !" Zenya sudah tau akhir pembicaraan ini akan mengarah kemana.
"Tuan, Aku tahu hari itu kau sangat rugi banyak uang, tapi masalah ini.. masalah ini tak ada hubungannya dengan ayahku, apa, apa kau bisa menyelamatkan ayahku? Aku.." Zenya mulai hilang akal, Ia seakan mengemis pada batu, Sudah jelas apa yang ia mohonkan tak akan pernah di kabulkan oleh Cristhopan, Cristhopan tak pernah memulai bisnis yang merugikan, Ia pasti akan lebih dominan dari customernya.
"Berdiri sejauh itu, aku tak bisa mendengar apa yang kau ucapkan, kemari, bicaralah disini, dan temani aku minum." Cirsthopan duduk di kursi kebanggaannya, Kursi dengan warna merah maroon yang mengkilap itu sudah menjadi singgasana nya. Ia menepuk-nepuk pahanya, Mengisyaratkan agar Zenya duduk di pangkuannya.
Zenya tentu saja tak langsung menurut, Tubuhnya malah beringsut semakin mepet dengan handle pintu di belakangnya. Wajahnya sangat panik, matanya mengisyaratkan ketakutan yang amat, Tubuhnya sudah bergetar hebat sejak ia menginjakan kakinya di kediaman ini.
"Sepertinya, Kau berharap ayahmu menanggung semua kesalahanmu, aku tak yakin akan ada orang lain yang mau membantumu menyelamatkan ayahmu secara cuma-cuma dan berurusan dengan mereka. Kau bisa mencoba bantuan orang lain jika ingin." Cirsthopan mulai menyesap anggur nya perlahan, ia menatap Zenya dengan padangan sinis,
"Benar juga, Toh hanya seorang ayah.." Cristhopan hendak menyindir Zenya, namun ucapannya dipotong oleh Zenya yang mulai di kabungi dengan perasaan resah.
"Jangan! Dengarkan aku, Asal kau tidak menyuruh orang yang akan menyelamatkan ayahku untuk kembali, Aku akan menyetujuinya, aku.. minum! Aku akan meminum ini." Zenya berlari kearah nakas, Ia mulai meraih gelas yang penuh dengan anggur, tanpa berbasa-basi lagi, ia menenggak habis minuman itu, Padahal ini adalah yang pertama baginya.
"Teruskan!" Cristhopan menyukainya. Inilah yang ia inginkan sedari tadi.
Prang!
Gelasnya terjatuh, Zenya sudah mulai dibuat tak sadarkan diri, Sampai-sampai tangannya sudah tak sanggup hanya untuk menggenggam sebuah gelas.
"Tuan.. Cristhopan, mohon kau tolong bantu ayah, ayah.
Dia.. Dia hanya seorang yang sudah tua, dia tak cukup tenaga melawan mereka, aku sangat menyayangi ayahku.. Dia.. dia tidak pernah bekerja atau berurusan dengan preman.. Ayahku satu-satunya." Ia mulai meracau, Tubuhnya ambruk, tapi dengan sigap Cristhopan meraih tubuh lemah itu dan segera mendekapnya kedalam pelukan.
"Menganggap ayahnya sebaik ini, dia pasti tidak mengetahui siapa ayahnya. dasar gadis bodoh yang lugu." Batin Cristhopan, Sepertinya ia mengetahui sesuatu yang tidak di ketahui Zenya.
"kalau begitu.." Cristhopan membopong tubuh yang sudah terkulai lemas itu, lalu membaringkannya di tempat tidur, Zenya yang masih sedikit sadar hanya menggeliat kala tubuhnya direbahkan.
"emm"
Melihat tubuh Zenya yang bergeliat tak nyaman, Membangkitkan nafsu yang sudah lama di tekan, tanpa berbasa-basi lagi Cristhopan merobek crop top yang di kenakan Zenya,
Sret..
Brek!
"Aku akan biarkan kau melihat kenyataan dunia orang dewasa."
"Kau.." Zenya yang sudah tak berdaya tak bisa meronta
"Hmm.. Mmmhh.." Tubuhnya tak berdaya, ia hanya menolak kala Cristhopan memaksa mencumbunya.
Cristhopan mengangkat satu paha Zenya, Lalu mengangkatnya tinggi.
"Ahh!
Jangan seperti ini!" Zenya sudah tak dapat berbuat apa-apa
"Kali ini, aku tak akan membiarkanmu lari lagi, kelinci putih."
"Ah! Jangan!" Tanpa melakukan pemanasan apapun, Cristhopan melesakkan senjata utamanya agar menerobos benteng pertahanan Zenya, Ia mencoba lalu gagal, dahi nya mengernyit, Ia lalu melakukan percobaan kedua, kali ini dengan tenaga ektra, Ia semakin menekannya agar bisa terus maju menggempur benteng yang kokoh menghimpit
"Sial! Gadis ini.. sangat kecil!"
Percobaan kedua Cristhopan gagal, Ia merasakan bokoong Zenya yang gemetar, Nafsunya semakin tak terbendung, hawa panas yang ada di sekujur tubuhnya sudah sangat ingin ia keluarkan sekarang juga.
Ia mencondongkan wajahnya kebawah, tepat didepan buah apel yang merah merona, terdapat merah-merah di samping pintu rapat yang terkunci itu. Ia menyadari bahwa dirinya sudah terlalu memaksakan agar benda pusakanya itu masuk.
Ia ******* jarinya, lalu mengusapkan jari yang sudah basah itu tepat di permukaan kue pai cerry itu.
"Emm.." Zenya melenguh.. Dahinya mengerut
Setelah di periksa sudah cukup 'basah' Cristhopan segera melajukan lagi keretanya dengan perlahan agar selamat saat memasuki goa yang kecil. Kepalanya sudah masuk beberapa mili.
"Hah.." Ia melenguh, Terasa gigitan yang amat pakem menghimpit kepala berhelm miliknya.
Ia mulai sedikit memaksa, mendorong bokoongnya dengan kuat agar segera bisa merasakan seluruh tubuhnya terkunyah.
"Sakit sekali.." Ringis Zenya, Badannya menggeliat, Terasa sesak di bagian bawah, Tubuh Cristhopan mulai mengeluarkan peluh yang membasahi dahinya.
"Ssh.."
"Ternyata cengkraman nya sekuat ini, Gadis ini, dia sangat berbahaya" Cristhopan melenguh, dahinya mengerut, matanya memejam kuat.
"Hahh.. Hahh.." Tak henti-hentinya mereka saling sahut menyasut, desahaan, dan racauanya menggema diruangan yang kedap suara itu.
"Hahh..Tubuhmu sangat membuatku candu"
Cristhopan, menggerakan pinggulnya dengan cepat, kala nafsunya sudah mencapai puncaknya, ia mengerang dengan kuat, Mencengkram bokoong Zenya yang sintal, Ia menarik dan melekatkan tubuh Zenya agar sangat menempel padanya.
"Arrrggghhh.. U look so pretty, baby" Busshhhh!! Booster yang menyebar ke jalan rahim Zenya itu menyembur dengan sempurna, Cristhopan ambruk, tubuhnya dan tubuh Zenya sama-sama banjir keringat. Nafasnya yang masih memburu masih menderu, namun tubuhnya masih menginginkan hal yang lebih.
Di usapnya dahi Zenya yang banjir dengan peluh itu, Ia menatap wajahnya lekat-lekat, lalu mengecup kening itu lembut.
"Dasar gadis pembangkang, seharusnya kau menurut seperti ini dari awal, dengan begitu aku akan menyayangimu"
***
"Dia sudah bangun." Terdengar samar-samar suara di telinga Zenya yang masih setengah sadar.
"jika sudah bangun, cepat suruh dia kebawah! Ini sudah satu jam lebih. tidak tahu apakah tuan masih sabar menunggu atau tidak." Timpal yang lain,
"Waktu tuan sangatlah berharga, bagaimana bisa terbuang sia-sia karna gadis seperti ini?" Omel mereka
"Betul katamu."
"Siapa?" Zenya membuka perlahan matanya, Ia merasa seluruh tubuhnya ancur dan remuk.
Sring..
Orang-orang yang berbicara tadi menyibakkan tirai jendela lebar-lebar, cahaya matahari yang terik menyilaukan mata Zenya yang bahkan belum terbuka sepenuhnya.
"Cepatlah bangun, temperamen tuan tidak begitu bagus, Jangan biarkan dia menunggu lama." Ucap salah seorang dari mereka dengan ketus,
"Ada apa denganmu? apakah kamu tidak enak badan? Perlu aku sampaikan pada tuan dan meminta dokter misha untuk melihatmu?" Yang seorang lagi menghampiri Zenya, ia bertanya khawatir
Zenya beranjak, ia duduk dengan tatapan kosong, tangan nya menyangga selimut yang sengaja ia gunakan untuk menutupi dadanya.
Dua orang pelayan itu saling bertatapan,
"Apanya yang masih harus di ratapi? Waktu itu kau sudah pernah di tiduri, jangan katakan sekarang kau ditiduri sampai sekujur tubuhmu terasa pegal, lucu sekali.
Sisi, kau cepat suruh dia jangan berlama-lama lagi di dalam kamar tuan." Pelayan yang sedari tadi ketus pada Zenya itupun sudah tak tahan,
"Nelan, ucapanmu jangan sampai seperti itu." Pelayan yang bernama sisi itu pun membantu Zenya agar berdiri, tapi Zenya menarik lengannya, ia berjalan cepat mendahului,
"Astaga! Darah sebanyak ini, tuan.. terlalu menyiksanya. Nona, apa kau baik-baik saja?" Sisi semakin terkejut kala banyak noda darah di atas sprei yang di duduki Zenya.
"Berdarah? Bagaimana bisa? waktu itu tidak ada darah.." Nelan menoleh heran,
"Sudah! Kau jangan bicara lagi, segera bereskan, aku akan melayani nona itu dulu." Sisi segera menyusul Zenya yang sudah masuk kamar mandi,
Zenya menatap dirinya di depan cermin, Noda merah membekas di seluruh tubuhnya, Air matanya sudah menderai di pipinya yang memerah. Ia guyur tubuhnya yang lemas itu, air matanya bercampur dengan air yang mengalir deras.
"Semalam, aku mengira aku akan meninggal, tapi meskipun masih hidup, tubuhku sudah tak bersih lagi, sudah tidak ada yang harus aku pertahankan dan aku jaga lagi..
Hidupku.. kenapa bisa berubah seperti sekarang?"
●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Hy sahabat online~ Terimakasih kepada kalian yang setia membaca Cinta Kedua ~ Terus beri dukungan kepada Author ya, Dengan cara Like, koment, dan Vote. Tambahkan sebagai Favorit juga agar kalian tak ketinggalan Update dari Cinta Kedua~ Terimakasih~
Arrrgghh ini nih😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
SENJA ROMANCE
Saya hadir kembali Kak Author, salam dari Jalan Cinta, aku tinggalkan jejak ya. terimakasih
2022-11-06
0
liuna melia
lanjut author kesayangan🥰🥰
2022-10-30
0