Cristhopan tentu sudah mengetahui, bahwa Zenya sangat jengkel dan segera ingin kabur darinya.
Terlihat Radit yang menyenggol-nyenggol bahu Zenya kala ia masih belum memberi jabat tangan pada Cristhopan "Pssstt.. Zenya ada apa? Cepat segera beri jabat tanganmu pada Tuan Muda Cristhopan!" Ucap Radit sambil sedikit menekan suaranya. Zenya terperanjat, ia segera mengayunkan tangannya meraih lengan Cristhopan, Cristhopan menyeringai, Matanya tak lepas memandang wajah Zenya. Fiona yang memperhatikan mereka sedari tadi mulai berprasangka buruk pada Zenya "Cih, ternyata dia gadis penjilat!" Maki Fiona dalam hati.
Tangannya yang gemetar mulai bersentuhan dengan tangan Cristhopan yang dingin,
"Tangan gadis ini hangat" Gumam Cristhopan kala tangan mereka bersentuhan.
Ia merasa gemas dan segera ingin menerkam gadis itu kala wajah polos nya mengisyaratkan ketakutan, "Tubuhnya selalu jujur akan perasaanya padaku"
"Aku tunggu di parkiran belakang" Cristhopan berbisik tepat di telinga Zenya, tentu saja Zenya terkejut, ia sampai mundur satu langkah dari tempatnya berdiri.
Cristhopan pergi meninggalkan ruangan tersebut, Sementara Zenya dan kedua temannya masih membahas tentang program studi mereka, Setelah perencaan matang, mereka pun memutuskan untuk menyudahi diskusinya dan sama-sama keluar dari ruang rektor.
Fiona yang masih tak terima kala beberapa kali memergoki Zenya dan Cristhopan saling bertatapan mulai menatap Zenya lekat-lekat, Zenya yang menyadari hal itu dibuat risih.
"Fiona ada apa? Daritari kamu terus memperhatikan aku,?", Ia pun mencoba memastikan
"Ah tidak, aku hanya sedikit terkejut saja, Ternyata sekarang ya saatnya rubah menampakkan diri" Sindir Fiona.
Zenya yang tak mengerti memperlihatkan wajah bingung, "Apa maksudmu?"
"Cih, Zenya.. Zenya, Selama ini kamu 'sok jual mahal pada lelaki yang mendekatimu, dengan alasan kamu sudah mempunyai pasangan. Tapi, begitu melihat mangsa yang bagus, sifat jalaangmu akhirnya keluar juga ya'?" Celetuknya.
Kali ini bukan hanya Zenya yang bingung, Radit yang berada diantara mereka berdua pun dibuat bingung pula.
"Fiona apa maksudmu? Kamu mengataiku Jalaang?"
"Cih, Malas aku berbicara dengan orang munafik" Fiona pergi mendahului Radit dan Zenya.
Zenya termenung sesaat, ia merasa heran dengan sikap yang di perlihatkan Fiona padanya barusan.
***
Zenya masih enggan untuk pulang, Ia merasa tak aman kala memikiran bisikan Cristhopan tadi, "Bagaimana ini? Apakah ia serius dengan perkataan'nya tadi?" Zenya mondar mandir, Ia terus mengigiti ujung kuku nya. "Ah, aku harus menunggu beberapa saat, Aku yakin dia pasti sibuk, Tak mungkin ia akan terus menungguku seharian" Akhirnya Zenya memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
PUKUL 17.45
Tak terasa waktu bergulir cepat, Ia sudah berada di perpustakaan selama empat jam,
"Hoaaammm" Zenya menguap kala ia selesai menutup buku yang menjadi last list nya hari ini.
"Dia pasti sudah pergi kan'?" Gumamnya sembari ber ancang-ancang untuk berdiri, "Tak mungkin setelah empat jam ia masih menunggu, Dia kan seorang CEO, CEO Perusahaan besar pula, Tak mungkin ia begitu senggang untuk masih menungguku" Zenya terus ber-spekulasi dengan dirinya sendiri, Sebenarnya ia merasa bimbang dengan perasaannya.
**Di Tempat lain**
"Cih, dimana gadis bodoh itu?! Tak mungkin dia berhasil menghindar dariku!" Cristhopan yang sudah dengan kemarahan yang memuncak menggebrak pintu mobil mewahnya, Ia tak berhenti mengumpat sejak empat jam yang lalu.
"Tuan, Lebih baik kita segera ke kantor, Sudah banyak pekerjaan yang tertinggal" Billy- Sang Asisten Pribadi memberanikan diri untuk angkat suara.
"Kenapa tidak kau saja yang pergi lalu segera kerjakan pekerjaanku!" Aura yang mengintimidasi membuat dua orang yang ada di dalam mobil itu seketika menciut, Untuk hanya menghembuskan nafasnya saja, mereka sudah takut menggangu Tuan Muda nya yang sedang di puncak kemarahan itu.
"Segera telepon mereka yang menjaga di pintu lain!" Bentak Cristhopan tak sabar. "Baik tuan muda" Billy segera melaksanakan perintah.
***
Zenya yang tengah berjalan sambil mengayun-ayunkan toothbag nya santai, tak menyadari, bahwa di dalam mobil-mobil yang telah ia lewati itu ternyata adalah mata-mata suruhan sang musuh. Walau masih dengan perasaan was-was ia terus berjalan di bawah cahaya kemerahan yang indah.
"Hmmm, sore ini cuacanya bagus, Velia dimana ya?! Tumben dia belum menelepon" Gumamnya kala langkah kaki terus membelah jalanan, Ia merogoh toothbag untuk mencari ponsel genggamnya, "Loh kok ponsel'ku ngga ada" Tangannya terus mengaduk-aduk isi dalam tas nya. Saat sedang sibuk mencari..
"Hmp!" Zenya di buat setengah mati kala ada tangan yang membekap mulutnya dari belakang, Bau rokok yang menempel pada tangan itu langsung memberikannya petunjuk.
Tubuhnya dihempaskan ke tembok, "Aw!" Zenya meringis, punggungnya menghantam tembok, dagunya di cengkeram, Sepasang matanya membelalak, Lagi dan lagi, orang yang berbuat seperti ini kepadanya hanya ada, Cristhopan.
"Mau kemana kau kucing liar?!"
***●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●●
Hy sahabat online~ Terimakasih kepada kalian yang setia membaca Cinta Kedua ~ Terus beri dukungan kepada Author ya, Dengan cara Like, koment, dan Vote. Tambahkan sebagai Favorit juga agar kalian tak ketinggalan Update dari Cinta Kedua~ Terimakasih***~
Tatapa dingin Cristhopan emang mematikan, tapi tetep bikin cewek-cewek klepek-klepek🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Citra Ayu
visual crist'y donk, ☺☺☺🙏🙏🙏
2022-11-07
0