Setelah berbincang dengan keluarganya, Sita dan Dino memasuki kamar. Sita melihat sekeliling kamar yang indah bak kamar permaisuri.
Kekecewaan Sita pun semakin terlihat jelas di wajahnya. Bagaimana tidak? Moment yang seharusnya jadi moment bahagia bagi Sita dan Dino, malah bagai mimpi buruk. Bahkan tak satupun foto kenangan yang akan dia punya.
Dino hanya bisa menatap Sita dengan rasa iba, dia sendiri sama tidak bisa menikmati indahnya suasana pernikahan.
Kini tatapan Sita beralih ke pembaringan nan indah yang penuh bunga mawar berbentuk love, Sita mencoba melupakan sejenak kesedihannya, lalu duduk dan menikmatinya. Memejamkan mata, menghirup wangi mawar yang mewah dengan senyum manis di bibirnya.
Pandangan Dino yang tak lepas dari Sita membuat ha*rat kelelakiannya muncul, apalagi saat melihat senyum di bibir Sita yang begitu indah, membuat dia ingin men***upnya.
Dino pun duduk disamping Sita yang masih memejamkan matanya, tangannya menyentuh lembut bibir Sita yang indah.
Sontak Sita membuka matanya, jantungnya berdebar kencang saat melihat tatapan Dino yang dipenuhi ha-srat membuas.
Kini tatapannya pindah ke bibir indah Sita, dan Dino pun langsung mendekatkan bibirnya dan men**up lembut bibir indah sang istri.
Sontak Sita memejamkan kembali matanya dengan hembusan napas yang me**d*sah. Ada gejolak aneh yang dia rasakan. Namun, kemudian Sita mencoba menjauhkan bibirnya dari kec-upan sang suami yang lembut nan memancing ha-srat itu.
"Ma-maaf," ucapnya sedikit kaku.
Dino memalingkan wajah kecewa.
"Kenapa?" tanya Dino yang lemah dikuasai hasrat.
"A--aku, Aku ...."
"Tidak perlu kau lanjutkan, aku mengerti," sela Dino dengan agak sedikit kecewa.
Dino membuang napasnya dengan kasar, dan langsung terkapar lemas di atas tempat tidur dengan memejamkan matanya. Dia manarik napas dan membuangnya, dan terus mengulanginya berkali-kali, guna menghilangkan rasa kecewanya untuk menenangkan ha-ratnya yang tidak terpenuhi.
Melihatnya seperti itu, Sita langsung menyodorkan segelas air minum yang dilihatnya diatas meja. "Ini minumlah! Biar lebih tenang."
Dino kembali duduk lalu mengambilnya dan meneguk sampai habis seraya mengucapkan basmalah sebelum minum, dan disudahi dengan hamdalah.
"Terimakasih," ucap Dino sambil memberikan gelas kosong pada Sita.
Sita hanya mengangguk, lalu menyimpan gelasnya kembali di meja. Setelah itu menundukan kepalanya dengan rasa bersalah.
Dino tersenyum dan menyenderkan kepala Sita ke dadanya saraya berkata, "Tidak apa-apa, tidak usah khawatir. Satu kec-upan malam ini sudah cukup membuatku bahagia." Dino berupaya menghilangkan rasa bersalah Sita, meski sebenarnya ingin sekali malam ini ia mendapatkan haknya. Akan tetapi Dino mencoba memahami keadaan Sita yang masih shock.
"Terimakasih sudah mengerti," ucap Sita.
"Ya, keadaan ini juga bukan keinginanmu. Allah SWT sedang mengajarkan aku untuk bersabar."
Dino dan Sita saling tatap, dan saling melempar senyum.
Malam berlalu dengan cepat, ayam berkokok pagi pun tiba.
Dekor mulai dibuka dan semua sibuk merapikan rumah. Kak Syamsul, dan Dino membantu perias mengangkat kursi-kursi ke mobil. Sedangkan kak Riri dan kak Firti sibuk menghangatkan lauk sisa kemarin yang masih ada untuk sarapan, dan Sita sibuk menyapu halaman.
Sementara abah yang sudah tua tidak diizinkan untuk membantu merapikan rumah. Dia duduk santai dimeja kebesarannya di teras rumah, sambil menikmati secangkir kopi dan sepiring gorengan yang tadi dimintanya dibuatkan pada kak Riri.
Akhirnya semua selesai, mereka pun sarapan bersama dengan diselingi perbincangan hangat di antara mereka.
Namun, sayang sekali, Sita tak bisa berlama-lama di rumahnya, dia harus segera meninggalkan kampung kelahirannya dan kembali ke Bandung.
Sita pun harus bebenah di kontrakannya dan pindah ke rumah Dino, suaminya.
Sementara esok Sita harus kembali masuk kerja seperti biasanya, karena perusahaan hanya memberi cuti tiga hari saja.
Dino dan Sita berpamitan pada semua, diciuminya tangan abah dan tangan Kedua kakaknya satu persatu dengan pelukan kangat dan berbagai nasihat, bahkan air mata mengalir membasahi pipi mereka.
"Assalaamu'alaikum," ucap Dino dan Sita.
"Wa'alaikumussalaam," jawab seluruh keluarga.
"Hati-hati, semoga selamat sampai tujuan."
"Nak Dino, jangan kebut-kebutan bawa motornya, biar lambat asal selamat," ucap abah.
"Baik Bah, aamiin,"Jawab Dino lalu memakai helmnya, dan dipakaikannya helm satu lagi pada Sita.
Sebelum Dino melajukan motornya, dia meraih tangan Sita dan dilingkarkannya di perut.
Abah dan yang lain tersenyum melihat itu.
"Pegangan yang kuat, dan jangan lepaskan pelukanmu sebelum sampai ke rumah. Nanti kalo kamu jatuh, abah bisa marah padaku," ucap Dino.
Seluruh keluarga tertawa mendengar ucapan Dino.
"Bisa aja kamu, Din. Bilang aja mau dipeluk terus sama Sita," ledek kak Riri.
Mendengar ledekan Riri, semua kembali tertawa, lalu Dino dan Sita pun pergi meninggalkan kampung.
Tak terasa sudah setengah perjalanan, mereka tak banyak bicara, dan Dino lebih menikmati hangatnya pelukan sang istri, sedangkan Sita lebih melihat-lihat jalanan sekitar.
"Pelukanmu hangat sekali, aku menyukainya. Tetaplah seperti ini apapun yang terjadi, jangan pernah melepaskan aku, meski ada yang berusaha melepaskannya," ucap Dino.
Sita yang mendengar itu hanya tersenyum.
Mengingat masalah perempuan itu kemarin belum jelas, Sita hanya bisa berdo'a semoga Dino bisa membuktikannya, agar tak ada keraguan lagi di hati.
Tiga jam telah berlalu di perjalanan, Sampailah Sita dan Dino dikontrakan Sita. Kontrakan itu tampak kosong karna di jam segini Ratih sedang bekerja.
"Ayo masuk!" ajak Sita.
Dino mengangguk, dan tak berlama-lama Sita langsung membereskan pakaiannya. Setelah selesai Sita meminta ijin pada Dino untuk menunggu Ratih sampai pulang kerja.
Sita ingin berpamitan dulu dengan Sahabatnya yang menemani perjalan hidup di perantauan sampai ia menikah, dan tentu saja Dino mengizinkan.
"Tunggulah sahabatmu itu! Lagian
Aku suka tempat ini," ucap Dino
"Oh ya?"
"Iya, disini aku menemukan bidadari cantik. dan sekarang bidadari cantik itu sudah menjadi istriku."
Mendengar ucapan Dino, Sita tersipu malu, pipinya mendadak jadi merah merona. Akhirnya mereka mengingat kejadian waktu pertama kali mereka di pertemukan
Sedikit lucu sih yang mau di jodohkan siapa, yang jadi jodohnya siapa. Kita tidak pernah tau apa Rencana Allah swt.
Mereka pun tertawa bersama dan berakhir pada pandangan keduanya, kedua tatapan yang saling menyejukan, hingga berubah menjadi ha**at yang menggebu. Pandangan mata pun jatuh ke bibir, satu ke***an lembut Dino labuhkan kembali . Akan tetapi, lagi-lagi Sita menjauh darinya.
Dino yang merasakan hal itu pun menghela napasnya. "Satu ke***an cukup, untuk sedikit meredakan h***atku ini, terimakasih," ucap Dino.
Lagi-lagi kata-kata itu yang Sita dengar dari mulut Dino. Sita menundukan kepalanya, merasa malu dan bersalah.
"Maaf." Kata itu juga yang keluar lagi dari mulut Sita.
"Tak apa-apa." Dino berusaha untuk tetap tersenyum.
Tak lama Ratih pun tiba.
Melihat pintu kontrakan yang terbuka, Ratih langsung berlari melihatnya, ia yakin kalau itu Sita.
"Assalaamu'alaikum." Ratih mengucap salam, matanya melirik kearah Sita dan Dino bergantian.
"Wa'alaikumsalaam," jawab Sita dan Dino bersamaan.
"Apa kabarmu, Sit? Kejadian kemaren membuat ku sedih, aku tak tega melihatmu." Ratih pun memeluk Sita lalu duduk.
"Katakan, apa yang kamu lakukan pada Sita?" tanya Ratih pada Dino dengan nada kesal.
Dino tak menjawab, dia hanya melirik kearah Sita. Dino mengerti pasti Sita menceritakan masalahnya pada Ratih.
Sita pun melirik Dino dengan perasaan tidak enak, karena telah melibatkan Ratih pada masalahnya.
"Sudah, aku sudah membaik. InsyaAllah ini salah paham," ucap Sita.
"Apa! Apa bener ini cuman salah paham?" Ratih melemparkan pandangan tajamnya pada Dino.
"Akan aku buktikan," jawab Dino.
"Awas aja kalo sampe perempuan itu bener-bener kekasih gelapmu! Aku akan kerahkan semua preman disini untuk gebukin kamu!"
Ketiganya lalu tertawa terbahak-bahak.
"Siap komandan, nampaknya istriku ini punya komandan yang hebat ya? Aku harus hati-hati menjaganya," ucap Dino.
Ketiganya kembali tertawa.
"Ini yang aku suka darimu, kamu tidak berlarut larut dalam kesedihan, dan dengan mudah menyingkirkan masalah di benakmu," ucap Dino.
"Aku hanya berusaha menutupi kekecewaanku, agar orang-orang disekitarku tidak mengkhawatirkanku. Jauh di lubuk hatiku, aku wanita lemah dan rapuh, yang setiap saat akan menangis dan bersedih," ucap Sita.
"Sita benar, Sita sering sekali menangis,
waktu Darwin menghianatinya, tapi dengan mudahnya dia tertawa kembali, dan terus memberinya kesempatan. Akan tetapi, Darwin menyia-nyiakan kesempatan itu, sekarang Darwin sudah tak ada ampun lagi setelah berkali-kali kesempatan itu dia sia-siakan. Bodoh sekali dia," ucap Ratih.
"Yah, karena jodohmu itu aku." Diraihnya tangan Sita, lalu Dino mengecupnya.
"Woy, ada orang nih. Kontrol dong. Bikin yang jomblo iri aja," ucap Ratih.
"Haha ... Sorry," ucap Dino.
Akhirnya Sita dan Dino pun pamit pada Ratih.
****
Setibanya di rimah Dino. Sita pun bersalaman dengan ibunya Dino. Ibu bahagia sekali dengan kedatangan menantunya itu.
Ibu menyambut mereka dengan berbagai jamuan lezat di meja makan. Ibu tidak pernah melewatkan memasak ayam bakar kesukaan anaknya Dino.
Ibu pun menceritakan semua tentang Dino pada Sita. Di sela-sela pembicaraan ada nama Elena disebutkan, seperti apa yang sudah dijelaskan Dino sebelumnya. Meski ibu tidak tau menau tentang masalah dimalam H-1 itu.
Perbincangan itu seolah membuka harapan baru buat Sita, begitu pun Dino yang berharap setelah ini Sita bisa lebih legowo.
Tak lama setelah selesai berbincang dan menikmati hidangan lezat yang disiapkan ibu. Terdengar Adzan magrib berkumandang.
Ibu, Sita dan Dino pun lekas mengambir air wudhu, karena Ini hari pertama Sita di rumah suaminya. Dino memilih shalat berjamaah bersama sang istri di kamarnya. Sedang 'kan Ibu shalat di kamarnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
cepet selesai kan kesalahan fahaman ini dino..agar tak berlarut²
2023-02-11
2
⧗⃟ᷢʷJayJevan🏀
Itulah jodoh, ga ada yang tau dengan siapa kita berjodoh
2022-12-28
2
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Kita terus berusaha untuk bahagia sebetulnya itu semua untuk menutupi luka yg ada🤧
2022-12-28
2