Seperti biasa bacaan Surat Alfatihah yang di bacakan Dino mampu membuat hati Sita Berdebar. Suaranya yang lembut, merdu, menggema dan menenagkan jiwa. Mengembalikan keyakinan awalnya Sita saat mengambil keputusan menerima Dino.
"Assalamu'alaikum warahmatulloh." akhir salam kekanan dan ke kiri.
Entahlah getaran apa yang Alloh SWT berikan pada Sita setiap kali mendengar Dino mebaca Surat Alfatihan. Hatinya meleleh.
"Ya Alloh, Kau jodohkan aku dengan nya. Lewat lantunan surat Alfatihah ini engkau getarkan hatiku untuknya. Jangan biarkan aku meragukan kebesaraan mu. Tunjukanlah kebenaran apa yang tersembunyi. Sesungguhnya engkau maha mengetahui. Aamiin." seuntayan doa dalam hati Sita.
Dino tersenyum melihat istrinya yang baru selesai berdo'a.
"Apa yang kamu minta dari Alloh SWT?" tanya Dino.
"Kebenaran," ucap Sita sambil mengalihkan pandangannya menatap Dino.
Deg...
"Kebenaran!" Dino pun menatap Sita.
"Iya. Kebenaran apa yang tersembunyi dariku. Dan yang pasti Alloh ketahui," ucap Sita.
"Aamiin Ya Alloh Ya Rob." Sontak Dino langsung bersemangat mengamini, seraya mengusap muka dengan kedua tangannya.
Dino mengerti apa yang dimaksud Istrinya.
"Kamu semangat sekali mengaminkannya," kata Sita.
"Tentu saja, karna itu akan memberi kebahagian untukku juga untukmu."
Sita tersenyum, penuh arti.
Sambil menunggu adzan isya, lebih baik kita membaca Al-Qur'an beberapa halaman," ajak Dino pada Sita.
Sita pun mengangguk. Diambilnya Al-Qur'an yang dia bawa dari kontrakan.
Dino pun mengambil Al-Qur'annya yang di Simpan rapih di atas meja.
Dino membuka halaman Surat Yusuf, melanjutkan kajiannya.
Sita pun duduk dihadapan Dino, agak jauh. Dan membuka surat yang sama.
"Kenapa membuka Surat Yusuf juga?" tanya Dino.
Aku ingin mendengar Imamku mengaji terlebih dahulu.
"Baiklah," ucap Dino lalu tersenyum.
Diucapkannya taawudz, dan basmallah.
Dibacanya Surat Yusuf dengan tartil, dengan memperhatikan tazwid dan makhorijil hurupnya.
Suara lantunan yang indah, dan merdu. Kembali memberi ketenangan hati Sita yang sedang gundah. Dipejamkannya mata dan di resapinya setiap kalimah bacaan.
"Indah sekali," ucap Sita ketika memejamkan matanya.
Mendengar itu Dino berhenti dan melirik ke arah sang Istri. Ditutupnya Al-Qur'an seraya mengucapkan, "Sodaqollahul Adzim."
Sita segera membuka matanya, ketika mendengar Dino membaca sodaqolloh.
Dino mendekatkan wajahnya kewajah Sita.
Deg...
Sontak Sita merasa kaget.
Dilihatnya bibir indah sang istri, wajah Dino mendekat, dan berbelok ketelinga seraya berbisik "Sekarang giliranmu!"
Sita yang sudah deg-degan itu bernapas lega. Dipikir Dino mau mengecupnya saat mereka menjaga wudu.
Batin Sita tertawa karna malu sendiri.
"Ayo bacalah!" Pinta Dino.
Dibukanya Surat Al-Mulk yang ada lipatan tanda kajian Sita.
Dibacanya taawudz, dan basmallah.
Kemudian Sita mulai membaca.
Luar biasa ternyata suara Sita tak kalah indah dan merdu dari Dino.
Kali ini Dinolah yang dibuatnya bergetar mendengar suara indah Sita mengaji.
"Luar biasa," ucap Dino dalam hatinya.
Setelah selesai, Sita pun menutup Al-Qur'an dan mengucapkan "Sodaqollahul Adzim." Diakhiri dengan tawasul untuk ibunya.
Dino menatap Sita dengan penuh kebanggaan.
"Tak kusangka suaramu sangat indah, kini aku semakin dibuat terlena olehmu. Aku tak salah memilihmu," ucap Dino.
Sita hanya tersipu malu mendengar itu.
"Jangan terlalu memuji. Semua ini hanya pemberian," ucap Sita
Dino tertegun sejenak. Kemudian tersenyum.
"Oh ya, apa setiap setelah membaca Al-Qur'an selalu kamu akhiri dengan tawasul untuk ibumu?" tanya Dino.
"Ya. Aku hadiahkan bacaanku untuknya pahalanya double 'kan."
"Ya, itu bagus," ucap Dino dengan senyum lebar di bibirnya.
Dino merubah posisi duduk ke sebelah Sita. Dan berbisik di telinga Sita.
"I love you."
Sita pun kembali tertunduk malu. Mendengar kalimat itu.
Adzan isya pun berkumandang.
Mereka pun shalat berjamaah kembali.
Seperti biasa lantuanan surat Al-fatihah menggetarkan hati Sita.
"Assalaamu'alaikum warahmatulloh."
Akhir salam kekanan dan ke kiri.
Setelah selesai shalat dan berdoa Sita pun mencium punggung tangan suaminya. Sang suami pun mencium kening sang istri.
Saat melipat mukena, Sita terlihat bingung mau menyimpannya dimana, "Dimana kusimpan barang-barangku?" tanyanya.
"Mukenamu simpan saja di meja itu, bersama sarungku." Dino menunjuk ke meja yang ada di pojok kamar.
Sita pun menyimpannya.
Tatapan mata Sita beralih ke tasnya yang berisi baju.
"Lalu bajuku?"
"Satukan di lemarinku, lemariku masih kosong."
"Baiklah."
Sita pun mulai merapikan bajunya.
Sementara Dino membaringkan tubuh diatas tempat tidur sederhana miliknya. Menatap langit-langit kamar, menghela nafas, menghilangkan sejenak penat di kepalanya.
Dino pun membalikkan tubuhnya menatap kearah Sita berada, yang tengah sibuk menata baju kedalam lemari. Sita berdiri lalu jongkok kembali dan itu dilakukan secara berulang. Melihat kejadian itu membuat ha*rat kelelakian Dino tergugah.
Dia bangun dari tempat tidur melangkah menghampiri Sita. Saat Sita hendak meletakan baju kedalam lemari Dino pun memeluknya dari belakang.
Sita terkesiap kaget, lalu melepaskan pelukan nmsang suami dan bergeser dari situ.
"Ma-Maaf" ucap Sita gugup.
Dino membuang muka kecewa.
"Maaf. Aku tau kamu belum siap. Akan tetapi perlu kamu ketahui hasrat laki-laki begitu besar pada perempuannya. Dia akan terus meminta haknya," ucap Dino dengan raut wajah kecewa, dan kembali membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Deg...
Sita tertegun, menunduk dengan rasa bersalah. Kemudian segera menyelasikan aktipitas menata bajunya.
'Astagfirulloh, aku berdosa telah menolaknya berkali kali. Dia benar, dia hanya meminta haknya' batin Sita.
'Tapi bagaiman caranya aku bisa menjalankan kewajibanku dengan baik, sementara saat ini di hatiku masih ada keragun' batinnya kembali bicara.
Setelah selesai menata baju. Sita mendekati Dino yang tengah berbaring melentangkan tubuhnya di atas tempat tidur, selepas di tolak Sita untuk melepaskan hasrat.
Sita mencoba duduk disampingnya dengan sedikit ragu-ragu.
Terlihat Dino sudah memejamkan matanya.
'Dia sudah tidur?' bisik hatinya.
Sita pun membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dia berusaha tidur menghadap sang suami seperti yang di perintahkan agama.Tidak boleh tidur membelakangi suami.
Sita menatap Dino dengan rasa kasihan. Diantara kemelut hati yang telah dibuat hancur oleh perbuatan tidak bertangung jawab seorang perempuan yang tak di kenalnya. Dia harus berperang diantra kewajiban dan perasaannya.
Sita mencoba mengangkat kepalanya dengan menggunakan tangan kiri sebagai penopang.
Walau ragu-ragu Ia mencoba mengangkat tangan sebelah kanannya untuk mengelus lembut rambut suaminya. Seraya berkata,
"Maafkan aku, sejak di hari pertamaku menjadi seorang istri, bahkan di hari kedua ini aku tidak menjadi istri yang baik buatmu," Ucapnya pelan agar tidak membangunkan suami yang dipikirnya sudah tertidur.
Matanya mulai berkaca kaca, tak lama air mata pun terjatuh, dan Sita pun terisak.
Dino yang mendengar semuanya, membuka mata.
Sontak Sita kaget dibuatnya dan langsung merubah posisi menjadi duduk. Otomatis menghentikan elusannya lalu mengusap air matanya.
"A-aku," seketika Sita gugup.
Dino langsung menyimpan jari telunjuknya di bibir Sita. Dengan senyum merekah di bibirnya.
Dino pun kembali menarik tangan Sita, dan meletakan tangannya kembali di kepalanya seolah meminta Sita melanjutkan elusannya.
Sita pun mengerti dan melakukan yang diinginkan suaminya walau ragu-ragu.
"Ka-Kamu belum tidur?" tanya Sita masih gugup.
Dino hanya menggelengkan kepalanya.
Sita tertegun.
'Oh tidak berarti dia mendengarkan ucapan ku tadi' bisik hatinya.
Wajah Sita semakin terlihat gugup.
Dino pun tersenyum melihat kegugupan istrinya yang terlihat lucu.
"Ka-kamu mendengar semua?" tanya Sita yang masih terlihat gugup.
"Ya," jawabnya singkat.
Dino pun merubah posisi menjadi duduk.
Dino menatap Sita.
Sita dibuatnya semakin gelagapan, Entah apa yang akan Dino lakukan.
Seperti biasa Dino menurunkan pandangannya ke bibir Sita. Jantung Sita semakin dibuatnya berdegup kencang.
Dino pun mendekatkan b*b*rnya kebibir Sita, tapi tak lantas me****upnya, malah membelokannya ke telinga seraya berbisik,
"Aku mencintaimu, dan aku ridha padamu, tidak perlu mencemaskan itu, aku memahami perasaanmu. Sungguh aku telah memafkanmu."
Sita pun langsung membuang nafas lega.
Dino tertawa lucu.
"Kenapa tertawa?" tanya Sita.
Wajahmu terlihat lucu seperti tomat yang terlalu kematengan.
"Iiihhh..." Sita pun memukul-mukulkan tangannya ke Dada Dino.
Dino Sigap menggenggam tangan Sita, meraih kepalanya, dan ditenggelamkan Di dada. Seraya di ciuminya tangan sang Istri.
Dino mengusap usap rambut Istrinya, berusaha memberi kenyamanan terbaik untuk sang Istri.
"Terimakasih sudah mau memafkan aku," ucap Sita.
Dino mengangguk pelan.
Sementara itu pikiran Dino melayang kesana kemari, mencari cara bagaiman membuktikan kecurigaannya pada Elena. Ia tak mau Istrinya terus merasakan kebimbangan seperti ini. Agar mereka bisa hidup bahagia.
Setelah Sita terlihat nyaman mereka pun berbaring berhadapan dan tidur dengan tangan Sita yang telungkup di atas guling dan ditindih oleh tangan Dino.
Hik hik hik....
Dan mereka pun terlelap tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
ish gara² ulet keket elena itu jadi gagal romantis kan mereka..nunda lagi lah itu
2023-02-11
2
⧗⃟ᷢʷJayJevan🏀
semog segera terjawab sebuah kebenarannya sebelum badai lain menerpa
2022-12-28
2
🏘⃝Aⁿᵘ🦆͜͡ ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸTIK𝐀⃝🥀
Amin 🤲🤲🤲
2022-12-28
2