Teng-teng-teng
Mang Adnan yang baru saja memarkirkan rodanya terus memukuli mangkok. Dia melirik kekanan dan kekiri, diujung jalan terlihat Sita yang baru pulang kerja berjalan menuju kearahnya.
"Neng!" sapa mang Adnan dengan ramah.
"Eh, Mang Adnan. Baru jualan lagi ni mang, kemana saja?" tanya Sita membalas ramah.
"Mamang gak enak badan Neng, jadi mamang istirahat dulu beberapa hari, alhamdulillah sekarang udah enakan, Jawab mang Adnan.
"Syukurlah!" ucap Sita dengan perasaan lega.
"Neng, Mamang minta maaf, ya! Mamang gak tau kalo Ipan sudah punya pacar. Mamang, maen ajak Ipan kesini jodohin sama Neng Sita," ucap mang Adnan penuh penyesalan.
"Tidak apa-apa Mang, mamang hanya ingin melakukan yang terbaik buat ponakan Mamang. Mamang tidak perlu meminta maaf," ujar Sita dengan sopan.
"Oh ya, saya pesan bakso seperti biasa ya, Mang!" pinta Sita kemudin. Dengan langkah yang lelah Sita pun melangkahkan kakinya kedalam kamar kontrakan.
"Iya Neng, nanti mamang anter," kata mang Adnan sembari menyiapkan mangkok.
Sita duduk dibangku depan, sambil menunggu pesanan baksonya dateng, Sita teringat peristiwa semalam bersama Dino. Dia pikir dia salah, tidak seharusnya dia mau diajak Dino pergi, seolah itu memberi harapan padanya. 'Aku terlalu polos, mengiyakan pertemanan dan mau diajak jalan olehnya tanpa berpikir. Sebaiknya sekarang aku harus menghindarinya' Sita membatin.
***
Sementara Dino yang baru saja selesai mengirim barang ketoko, dan hendak turun dari mobil, menceritakan kejadian tadi malam kepada Ipan. Ipan malah terbahak-bahak menertawakan tingkah Dino.
"Dino, Dino, kamu itu terlalu bersemangat mendekati Sita," ucap Ipan disela tawanya.
"Apa lebih baik, aku terus terang saja?" pikir Dino sambil memutar-mutar kunci mobil ditangannya, Dino terus berbicara sambil berjalan menuju rumah Ipan.
"Sebaiknya begitu, karna aku yakin Sita sudah mulai curiga sama perasaanmu," ucap Ipan.
huuhhhh ... Dino duduk di kursi lalu menghembuskan nafas panjang.
"Aku takut dia menolak," ucap Dino.
"Ayolah bro, hari gini masih aja takut ditolak, lagian tumben banget kamu takut, biasanya paling semangat kalo nembak cewek. Ini sejarah pertama kalinya kamu takut," ucap Ipan sambil menepuk pundak Dino.
"Entahlah, ada yang beda dari Sita. Aku sendiri tidak memahami ini. Berkali-kali aku nembak cewek tapi rasanya baru kali ini aku takut. Aku berusaha melawannya, tapi entahlah perasaan ini muncul begitu saja." Dino mencoba menjelaskan perasaannya pada Ipan.
"Semalam bagiku adalah kencan pertama, Entahlah untuknya. mungkin hanya penghilang suntuk saja," ucap Dino dengan lemah, mengingat Sita yang sepertinya masih mengharapkan Ipan.
"Bagaimana kalo kita double date?" saran Ipan penuh semangat.
"Aku tidak yakin dia mau. Aku rasa dia akan merasa canggung," jelas Dono.
"Ya sudah, lebih baik sekarang kamu temuin dia dan berterus terang. Kita lihat nanti!bagaimana reaksinya?" ucap Ipan.
Dino pun langsung pulang kerumahnya. dengan segera Dino bergegas mandi, Dino memilih mengenakan baju yang paling disukainya untuk bertemu Sita. Tidak lupa juga Ia menyemprotkan minyak wangi, dan memakai gatsby agar rambutnya terlihat lebih rapi.
Tanpa melihat jam yang sudah menunjukan pukul 17.45 wib. Dino langsung meluncur ke kontrakan Sita. Sesampainya di sana terdengar lantunan adzan berkumandang.
"Assalamu'alaikum." Dengan Ramah Dino memberi salam.
"Wa'alaikumsalaam." Sita dan Ratih menjawab kemudian menoleh kearah pintu yang sedari tadi dibiarkan terbuka.
Sontak Sita kaget melihat Dino yang datang, Sita dan Ratih pun saling bertatapan, kemudin mempersilahkannya masuk.
"Silahkan masuk!" ucap Sita.
Sita merasa kikuk. Sebenarnya dia tidk mau bertemu Dino setelah kejadian semalam. Namun, tidak ada alasan untuk menghindarinya karena dia sudah di depan mata, apalagi sekarang waktunya untuk mereka shalat magrib, tidak mungkin Sita mengusirnya.
Tanpa bertanya Sita seolah mengerti tujuan kedatangan Dino. Sita pun meminta Ratih untuk tidak meninggalkannya berdua saja dengan Dino.
"Kebetulan sudah adzan, lebih baik kita shalat dulu!" ucap Sita.
Dino mengangguk diiringi senyuman.
Sita terkejut penampilan Dino yang agak urakan dengan celana jeans yang sobek-sobek mau diajak shalat. Apalagi melihat Dino yang tiba-tiba keluar mengambil sarung dan peci yang ada di bagasi motornya, yang memang selalu dia bawa kemana-mana.
Ketika mengambil wudu, Ratih berbisik pada Sita, "baru kali ini cowok yang dateng nemuin kamu mau diajak shalat," bisiknya.
Sita tidak menghiraukan perkataan sahabatnya itu, dia fokus berwudu, setelahnya pergi seraya berkata, "Cepat kita berjamaah!" ucap Sita sambil berjalan dan membawa mukena yang sudah disiapkannya.
Tidak hanya Ratih, sekali lagi Sita pun terperanggah melihat penampilan Dino dengan sarung dan pecinya. Sita memandang Dino dari atas sampai kebawah, terlihat lebih berbeda menyejukan dan menenangkan.
Dino melihat ke arah mereka, seketika Sita menurunkan pandangannya dan menjadi salah tingkah. Sementara Ratih hanya tersenyum melihat tingkah Sita. Kemudian Sita dan Ratih pun segera memakai mukenanya.
"Bismillāhirraḥmānirraḥīm."
"Alḥamdu lillāhi rabbil'ālamīn."
"Ar raḥmānir raḥīm."
"Māliki yaumid dīn."
"Iyyāka na'budu wa iyyāka nasta'īn."
"Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm."
"Sirāṭallażīna an'amta 'alaihim gairil-magḍụbi 'alaihim wa laḍ ḍāllīn."
"Aamiin."
Deg ... deg ...
Tidak disangka bacaan surat Alfatihah yang dilantunkan Dino begitu sempurna, tazwid, dan makhrojnya. Apa lagi suara Dino begitu merdu dan lembut, seketika membuyarkan kekhusuan Sita saat sholat, menyadari itu Sita berusaha mengembalikan kekhusuannya.
"Assalamua'laikum warahmatulloh," akhir salam kekanan dan kekiri.
Seusai shalat, suasana berubah hening, baik Sita maun Dino hanya terdiam, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
Dino yang sedang berpikir bagaimana cara mengutarakan perasaannya, terlihat serba salah, terlebih ada Ratih yang tidak pergi meninggalkan mereka berdua.
Sementara Sita terus terngiang-ngiang bacaan Alfatihah yang tadi dibacakan Dino saat shalat, begitu menyentuh hatinya. Tiba-tiba Sita teringat kembali amanah Abah. Lalu berpikir 'Mungkinkah dia Jodohku?' karena dari kesekian laki-laki yang menyukainya, hanya Dino yang mau diajak beribadah.
"Heyyy!" Ratih mengagetkan mereka, mencoba membuyarkan suasana, "Dari tadi seperti di kuburan, hening," ucapnya dengan canda.
Sita dan Dino saling pandang lalu tertawa lebut. Kemudian menundukan kepala mereka kembali.
Sita mengambil air mininun untuk Dino, dan segera disuguhkannya.
"Apa gara-gara ada aku nih, kalian jadi gak bisa ngomong? Eu ... aku pergi saja, ya!" ucap Ratih langsung terperanjat hendak pergi meninggalkan mereka. Namun, Sita berusaha menghentikan Ratih dengan menarik tangannya.
"Tidak perlu, disini saja!" Pinta Sita.
Dino terlihat kesal. 'kenapa Sita menghentikannya, ah sial ' gertak hatinya.
"Tidak apa-apa kamu disini saja," ucap Dino dengan terpaksa, "Oh ya, kamu satu divisi sama Sita?" tanya Dino pada Ratih.
"Iya, kami satu divisi, hanya saja Sita memegang produksi, saya memegang gudang, makanya saya sering lembur karna banyak yang harus saya selesaikan," jelas Ratih.
"Oh, bagus dong, kamu jadi dapet gaji lebih," ucap Dino.
"Alhamdulilah!" balas Ratih.
"Assalamu'alaikum." Tiba-tiba Darwin datang mengagetkan semua orang.
Darwin pun tidak kalah kagetnya melihat Dino yang duduk di sebelah Sita. Darwin menatap Sita dengan kecewa. Dino pun menatap Sita dan Darwin bergantian. Tatapan Sita pun bergantian pada Darwin dan Dino.
"Waalaikumussalam," semua menjawab.
"Maaf, apa saya mengganggu?" tanya Darwin dengan menahan kesal.
bersambung...
Jangan lupa Tekan like , favoritenya setelah membaca❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
anan
sesuai dengan judul pembukaannya di sini(AL-FATIHAH)
2023-01-26
2
anan
aminnnn
2023-01-26
1
ℛᵉˣℱᵅᵐⁱⳑʸʚɞ⃝🍀𝑬𝒓𝒊𝒛𝒂𝒀𝒖𝒖
wah apa sita mulai jadi ada hati pada dino
2022-12-28
1