Setelah menutup teleponnya. Sita menghampiri kak Riri yang sedang disuapi oleh Kak Syamsul.
"Ikannya gak enak, Kak?" tanya Sita.
"Iya, bau sekali, uooo ...." ucap kak Riri.
"Jelaslah, gak pake bawang, kok. Itu 'kan kemauan Kakak. Makanya kalo hamil tuh jangan aneh-aneh, Kak," ucap Sita meledek.
"Ah, kamu, belum ngerasain aja," ucap kak Riri. Lalu Ia bertanya, "Siapa tuh tadi yang telepon? Pacar?"
"Pacar. Pacar orang, Kak," jawab Sita.
"Ingat apa kata Abah, kalo cari pasangan itu yang baik agamanya, supaya dia bisa membimbingmu," ucap kak Riri mecoba mengingatkan nasihat yang sering abah ucapkan.
"Iya Kak, insya Alloh Sita ingat," ucap Sita,
sambil memeluk kakaknya.
Tidak terasa hari mulai malam. Sita pun pamit pulang pada kakaknya, karna besok pagi Sita harus kembali bekerja.
"Sita pulang ya, Kak. Assalaamu'alaikum. Ikannya dihabisin! Awas kalau enggak, Sita gak mau masakin Kakak lagi!" ancamnya.
"Wa'alaikumussalaam," jawab kak Riri dan kak Syamsul. "Iya bawel, jangan pake ngancem juga dong, besok Kakak mau dimasakin ayam juga," lajut Kak Riri.
"Gak mau! Itu juga gak dimakan," ucap Sita sambil berlalu pergi.
Hahaha ....
kak Riri dan kak Syamsul tertawa.
***
Tidak lama Sita pun sampai di kontrakan. Entah sudah berapa lama Dino menunggu. Dia yang sedang duduk di bangku depan kontrakan terlihat sedang memainkan hand phone. Sita sedikit kaget lalu berjalan menghampirinya.
"Dino! Kamu disini?" tanya Sita.
"Iya, aku menunggumu. Ratih tidak ada, sepertinya dia sedang keluar," jelas Dino.
"Eum ... tapi ini sudah malam. Apa dari tadi kamu disini?" tanya Sita merasa tidak enak. Sita pikir sedari tadi siang Dino menunggunya disini.
"Eum ... tidak, aku barusan pulang dari rumah temen, sekalian lewat aku mampir kesini, siapa tau kamu sudah pulang," ujarnya.
Sita yang melihat keadaan sekitar sepi merasa tidak enak jika mengajak Dino masuk ke dalam. Karna ini hari libur kebanyakan tetangga kontrakannya pulang kerumah orang tua mereka yang dekat. Sementara yang jauh, libur satu hari tidak memungkinkan mereka untuk pulang, jadi mereka biasanya memilih ke mall sekedar untuk jalan-jalan saja atau pun berbelanja.
Sita terpaksa membiarkan Dino di luar, karna tkut terjadi fitnah.
"Maaf ya, aku tidak bisa mengajakmu masuk," ucap Sita.
Dino mengangguk mengerti.
"Oh ya, ada apa? Sepertinya ada hal penting yang mau kamu sampaikan, sampe kamu datang dua kali kesini," ucap Sita mencoba membuka pembicaraan.
"Iya, penting sekali," ucap Dino keceplosan seolah tidak menyadari yang dia katakan.
"Apa itu?" Sita pun mencoba bertanya kembali.
Dino pun seketika berubah menjadi gugup, Eu-eu-ti-tidak, maksudku tidak penting, aku hanya ingin bertemu kamu saja."
Melihat Dino tiba-tiba gugup, terbersit perasaan aneh dalam hati Sita. Sita merasa jika ada yang ingin di sampaikan, tapi dia ragu. Ya sudahlah Sita berusaha tidak peduli.
"Oh ya, Ipan apa kabar?" Sita yang bertanya kabar Ipan malah membuat suasana hati Dino menjadi kesal.
"Baik. Di hari libur biasanya Ipan menghabiskan waktu bersama Syakila. Dia juga bekerja di perusahaan yang sama denganmu, entah dibagian apa, aku tidak tau. Mereka saling mencintai, sebentar lagi mereka berencana menikah." Dino sengaja membahas Syakila, Dino mengerti sepertinya Sita masih menaruh harapan pada Ipan. Dia harap dengan menjelaskan ini Sita membuang habis harapannya.
Sita menganguk-nganggukan kepalanya, mengerti maksud Dino.
"Ya sudah, besok sepulang kerja kita jalan-jalan, yuk!" ajak Dino.
Sita melirik Dino, tidak menjawab.
"Eum, kamu terlihat murung, sepertinya kamu butuh represing. Aku tau suasana hatimu masih tidak baik, besok aku jemput ya," ucap Dino berusaha membujuk Sita.
Sita hanya diam kembali tidak menjawab.
"Dengan siapa saja?" tanya Sita.
Sebenarnya Sita tidak ingin pergi bersama Dino apalagi berdua saja. Tapi Sita tidak enak menolak.
"Dengan temanku," ucap Dino yang seolah mengerti Sita tidak mau pergi berdua saja, mengatakan itu spontan. Padahal Dia memang hanya ingin pergi berdua dengan Sita.
'Ah sudah ah gimana besok saja' bisik hatinya.
"Baiklah, aku boleh ajak Ratih?" tanya Sita.
"Tentu saja boleh," jawabnya pelan. Agak terlihat bingung karna diluar rencananya.
"Oh ya, Sudah malam aku pulang dulu, Assalaamu'alaikum." Dino pamit.
"Wa'alaikumussalaam," jawab Sita.
Dino pulang dengan perasaan bahagia besok dia akan jalan-jalan bersama Sita.
Sita bergegas masuk kedalam. Tiba-tiba terdengan suara memanggilnya, dan ternyata itu Ratih yang baru pulang membeli makanan di luar. Ratih yang sempat melihat Dino di jalan pun menanyakannya pada Sita.
Saat Sita menjelaskan Ratih pun mengerti.
"Tetapi, besok aku disuruh lembur lagi Sit, kerjaanku lagi banyak kamu sih enak gak pernah lembur, kerjamu normal, aku gak bisa ikut ya maaf," ucap Ratih merasa bersalah. Ia menempelkan kedua tangannya dan menyimpan di dada.
Sita pun mengangguk mengerti, terlihat wajahnya yang kecewa. Sita pun terlihat bingung entah dia harus mengajak siapa besok.
***
Dino tidak langsung pulang kerumahnya, ia ingin bercerita pada sahabatnya Ipan, yang terlihat tengah duduk di teras rumahnya sedang memainkan gitar.
Melihat Dino menghampirinya Ipan pun menghentikan aktifitasnya bermain gitar, dan menyambut hangat sahabatnya dengan gaya persahabatan mereka.
"Assalaamu'alaikum." Dino memberi salam sambil berjabat tangan khas keduanya.
"Wa'alaikumussalaam, kamu kemana saja kemarin kita tidak ketemu?" tanya Ipan, sambil sesekali memetik gitarnya.
"Ya, kemarin aku menemui Sita, bahkan sekarang aku pun baru pulang dari Kontrakannya," ucap Dino dengan santai.
"Benarkah? Apa kamu sudah menjelaskan semuanya?" tanya Ipan penasaran.
"Kamu tau? Dia menangis, saat kujelaskan semua. Aku kasihan melihatnya, tadi kulihat dia pun seperti masih menaruh harapan. Tetapi, kamu tidak usah khawatir aku sudah mengatasinya. Besok aku akan pergi dengannya, dan aku tidak akan mundur sekalipun dia hanya menganggapku teman," ucap Dino penuh harap.
"Thank, sudah membuatnya mengerti, semoga usahamu sukses," ucap Ipan menyemangati Dino.
"Lebih baik kita nyanyi dulu, yuk! Biar pres otak kita," ajak Ipan, lalu merekapun tertawa .
hahaha ....
"Ayo!" jawab Dino.
Dino menghabiskan setengah malamnya bersama Ipan, dengan bernyanyi sambil bermain gitar, hingga mereka lupa waktu.
Dilihatnya jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan yang sudah menunjukan jam dua belas malam, Dino pun segera pulang dan beristirahat.
***
Esok hari setelah Sita pulang kerja. Dino pun datang menjemputnya. Dino khawatir harus menjawab apa jika Sita menanyakan temannya.
Dino pun berusaha mencari alasan. Namun,
setelah mendengar alasan Ratih yang lembur, Dino pun berinisiatif untuk membuat alasan yang sama.
Sita pun mengerti.
Pada awalnya Sita pun ragu untuk pergi berdua, bukan karna Sita tidak pernah pergi sama laki-laki, tapi entah kenapa Sita merasa ada sesuatu pada laki-laki ini, sunghuh itu membuat Sita kurang nyaman.
"Kamu sudah siap?" tanya Dino yang sedari tadi menunggu Sita diluar.
Sita hanya tersenyum, dengan pakaian sederhana yang dikenakannya, jeans, kaos, dan hijabnya yang tidak terlalu panjang. Meski begitu, Sita tetap terlihat mempesona dimata Dino.
"Kita mau kemana? Aku harap kita pulang tidak terlalu malam!" ucap Sita.
"Baiklah, kita pergi makan saja, kamu pasti lapar sepulang kerja," ajak Dino sambil menatap Sita.
"Baiklah!" ucap Sita, lalu mereka pun pergi.
Dino membawa Sita ke restauran yang sederhana. Namun, makanan disana terkenal dengan cita rasa yang sangat lezat, hingga membuat restauran itu selalu dipadati pengunjung.
Sementara Sita menikmati hidangan. Dino malah asik melihat Sita yang lahap makan, terang saja Sita yang baru pulang kerja sudah sangat merasa lapar.
Dino terus tersenyum melihatnya, entah kenapa Sita begitu mempesona, Wajahnya yang sederhana terlihat begitu cantik, meski banyak teman-teman kerja Dino yang berparas cantik, namun tidak membuat hatinya bergetar seperti di dekat Sita. Entah pesona apa yang dimiliki Sita, Dino tidak bisa berhenti memikirkannya.
Menyadari ada yang memperhatikan, Sita merasa malu, dan menghentikan makannya. Seketika Sita pun menjadi salah tingkah.
Dino berusaha mengalihkan pandangannya, saat Sita melihat kearahnya, berpura-pura acuh.
"Apa kamu tidak suka makanannya? makananmu masih utuh. Apa harus aku yang habiskan?" tanya Sita, disertai senyum.
Dino pun terseyum lembut.
"Ini!" Dino mengambil sendok makanannya yang sudah terisi nasi, dan mengarahkannya pada Sita, berusaha untuk menyuapi Sita.
Sita bengong, tiba-tiba merasa risih.
Dino menggerakan kepalanya dan tersenyum. Seolah memberi kode agar Sita membuka mulutnya.
Namun Sita yang terkejut, tidak juga membuka mulut.
"Bukankah kamu ingin mengabiskan makananku?" tanya Dino dengan tersenyum.
"Maaf!" Sita menolak. "Aku bisa makan sendiri, makananku juga masih banyak," jelas Sita.
"Emh, oke ... tidak apa-apa." Dino terlihat kecewa, dan serba salah.
Suasana di meja makan berubah hening beberapa saat, mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.
'Kenapa jadi seperti kencan?' ucap Sita dalam hati.
Sita mulai merasa kalo Dino sedang mendekatinya. Batin Sita pun berkata kembali, 'Ini perasaan aneh yang selama ini aku rasakan.' tebaknya.
"Ah, sial kenapa aku tidak bisa mengontrol hasratku," dalam hati Dino pun merasa kesal pada dirinya sendiri.
"Makanannya enak, pantas saja kamu lahap," ucap Dino mencoba mencairkan suasana saat itu.
"Iya, sangat lezat. Apalagi perut kosongku sudah keroncongan dari tadi," balas Sita.
Suasana kembali mencair mereka terus berbincang seputar makanan yang dihidangkan di meja. Setelah selesai mereka pun langsung pulang karna saat itu malam telah larut.
Dino mengantar Sita pulang, dan langsung pamit karna sudah larut malam. Tidak ada lagi yang ingin Dino bicarakan pada Sita, pertemuan ini sudah cukup membuat Dino bahagia.
Sesampainya di rumah, Dino pun langsung beristirahat.
Sementara Sita langsung menceritakan kejadian di meja makan pada Ratih.
"APA! sudah kuduga, ada yang aneh sama Dino. Jika Ipan yang mau dijodohkan sama kamu sudah tidak lagi mau menemuimu kenapa malah Dino yang terus menemuimu?Dengan dalih berteman Dino diam-diam menaruh hati padamu," ucap Ratih.
Sita hanya bengong, dengan pikiran yang sama.
"Apa yang harus aku lakukan jika dia benar-benar menaruh hati padaku?" Tiba-tiba Sita berdiri dan mondar mandir dengan perasaan yang khawatir.
"Apa kamu menyukainya?" tanya Ratih.
"Tidak, sama sekali tidak," jawab Sita.
"Klo begitu jangan temui dia lagi jika dia datang," ucap Ratih memberi saran. Lalu berbaring di atas tempat tidur dan menutup matanya.
Sita mengangguk, dan masih terus mondar mandir karna gelisah. Sita mencoba mengambil wudu, shalat, dan berdo'a, meminta petunjuk pada Allah SWT. Hingga Sita merasa tenang dan bisa beristirahat, sementara Ratih terlihat sudah terlelap tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Nafi' thook
rencana mau berdua, malah jadi bertiga
2023-03-04
0
anan
cara yang tepat untuk mendapatkan jalan yang benar adalah do,a
bagus Sita
2023-01-26
2
.
smoga kamu jodoh Ama sita ya Dino . buka hati mu sita . Dino tulus pada mu
2022-12-27
2