Malam pun tiba. Sita yang sedang rebahan di atas tempat tidurnya mulai memikirkan Ipan, terbayang wajahnya yang putih bersih dan tampan.
Sita pun tersenyum-senyum sendiri mengingat kejadian tadi siang. Senyum merekah dibibirnya memperlihatkan jelas isi hatinya yang sedang berbunga-bunga.
Sita tidak sadar, teman satu Kontrakannya Ratih yang sedang melipat baju di sofa, sedari tadi memperhatikan dia.
"Akhirnya kamu menemukan pengganti Darwin," kata Ratih.
Ratih yang tadi siang berada di kamar Kontrakan tetangga mengetahu kejadian itu.
Ratih tidak menghampiri mereka karna merasa takut mengganggu.
Sontak Sita kaget dan terlepas dari lamunannya, "Ahh ... apa-apaan sih, baru juga bertemu tadi." Sambil tersenyum malu Sita menimpali.
"kamu tidak perlu menyembunyikannya."
Ratih kembali bicara lalu menyimpan baju yang sedang dilipatnya dan mencoba mendekati Sita lalu memegang kedua tangan Sita dengan lembut.
"Terlihat jelas di wajahmu kebahagian yang dulu pernah hilang. Siapa tahu dia jodohmu." dengan nada gembira Ratih bicara sambil menatap mata Sita dengan kedua tangan yang masih menggenggam tangan Sita.
"Dia sudah cukup mapan dan berumur, dia juga pasti serius mencari jodoh bukan untuk main-main. Dan pastinya tidak seperti Darwin, yang hanya mempermainkan mu," ucap Ratih mengingat mantan pacar Sita yang menyia-nyiakan Sita karna perempuan lain.
kemudian melepaskan genggaman tangannya dan kembali melipat baju.
Sita tertegun, sejenak Sita berpikir apa iya lpan jodohku.
"Ahh, Jodoh takan kemana, klo memang dia jodohku Allah pasti akan tunjukan jalannya." Sita mencoba menepis pikiran itu, lalu Sita pun menarik selimutnya hingga menutupi seluruh badan sampai kepala dan mencoba untuk tidur.
"Emmm ... pura-pura tidur, biasa juga larut malam baru tidur." Ratih mencoba menggoda Sita dengan mengkelitiki kaki Sita menggunakan tangan kanan, sementara tangan kiri memegan baju yang sudah selesai dilipatnya, sambil Ia berjalan ke arah lemari yang ada di sebelah tempat tidur mereka, untuk menyimpan baju yang sudah selesai dilipatnya.
"Aww ... geli tau." Sontak Sita membuka selimutnya kembali sambil tertawa kegelian,
karna Ratih tak berhenti mengkelitikinya.
ha ... ha ... ha ... tawa geli Sita.
Lalu Sita mencoba menepis tangan Ratih, dan spontan melempar bantal ke arah Ratih, Ratih segera meletakan bajunya di lemari dan lalu membalas lemparan bantal Sita, terjadilah perang bantal antara mereka.
"Sudah-sudah! Ampun, aku kalah!" kata Sita.
Sita nampak kewalahan menghadapi Ratih yang badannya lebih gemuk dan berisi di bandingkan Sita, lalu mereka menghentikan perang bantalnya.
"Aku sudah ngantuk." Sita kembali bicara, dia pun membaringkan badannya diatas tempat tidur, sambil tersenyum-senyum sendiri di dalam balutan selimut yang sudah ditariknya kembali hingga menutupi seluruh badan.
"APA! Ngantukk, bohong, paling mau membayangkan Ipan lagi." Ratih terus berusaha menggoda Sita sembari dia pun membaringkan badannya di sebelah Sita, lalu menarik selimut menutupi hanya setengah badan.
"Terserah!" Sita menimpali.
"Ya sudah, aku juga ngantuk, good night," ucap Ratih.
"Good night." Sita menjawab dengan nada yang mulai melemah, dan akhirnya mereka berdua terlelap tidur.
***
"Gimana pan? Apa kamu suka pada Sita?" tanya Dino yang sedang duduk diruang tamu rumahnya bersama Ipan.
"Gimana ya, kamu 'kan tau kalau aku mencintai Syakila. Mang Adnan tidak tau klo aku sudah punya pilihan sendiri," ucap Ipan.
"Ya, syukurlah kalo kamu masih tetap pada pilihan hatimu," Kata Dino.
"Maksudnya?" Ipan melirik Dino heran.
"Ya, aku suka padanya," ucap Dino to the point.
"APA!" dengan kaget Ipan bicara. "Kamu suka pada Sita?" lanjut Ipan tidak percaya.
"Iya, Aku suka padanya," Dino mencoba mempertegas ucapannya.
"Dia cantik, sederhana, ramah, sopan, kelihatannya dia juga baik, dan seperti kata Mang Adnan dia juga rajin ibadah, itu yang terpenting," ucap Dino.
"Sok tau loo," ucap Ipan.
"Aku akan mecari tau sendiri tentang dia, itu juga kalo kamu tidak berubah pikiran," Dino menatap Ipan yang berada persis dihadapannya.
"kenapa harus berubah pikiran, aku mengejar Syakila sejak lama, masa iya setelah aku mendapatkannya aku meninggalkan dia begitu saja karna perempuan lain," ucap lpan.
Ipan lanjut bicara, "Justru aku bersyukur klo kamu menyukainya, kamu bisa bantu aku menjelaskan semua padanya. Mang Adnan pasti sudah bicara pada Sita perihal maksud kedatangan kita kemarin."
"Tentu saja, aku akan buat dia mengerti, kamu tenang saja," ucap Dino bicara dengan nada senang mendengar apa yang di katakan Ipan.
"Besok aku akan menemuinya," ucap Dino kembali penuh antusias.
"Oke, semoga sukses kawan." Ipan pun menyemangati Dino. Sambil menepuk pundak Dino.
"Oke, semangaaat ...." sambil mengangkat tangan kanannya Dino pun menyemangati dirinya sendiri.
"Kalau begitu aku pamit, persiapkan dirimu untuk besok," Ipan bicara kemudian tersenyum pada Dino.
"Baiklah kawan," ucap Dino.
"Bye," Ipan pergi meninggalkan rumah Dino.
"bye," balas Dino.
Dino pun pergi kekamar. Dino membaringkan badannya di atas tempat tidur dan mencoba memejamkan mata.
"Aaahhh sial, kenapa aku tidak bisa tidur," ucapnya. Nampaknya sedari tadi Dino tidak bisa memejamkan mata gelisah memikirkan Sita.
Ia berusaha mengubah posisi miring kanan, dan kiri, tapi pikirannya terus terfokus pada Sita, kemudian Dino bangun dan duduk rebahan menyandarkan dirinya kebantal.
"Bagaimana aku menjelaskannya pada Sita, semoga saja dia tidak kecewa, dia pasti menaruh harapan pada Ipan."
Pikirannya kembali pada Sita, kemudian tersenyum-senyum sendiri mebayangkan pertemuan tadi siang. Dino tidak sabar ingin menemuinya.
"Rasanya ingin cepat pagi." Dino bicara sendiri dan lalu tertidur.
***
"Rat, jangan lupa kunci pintu, aku berangkat duluan ya, aku giliran piket takut kesiangan!" ucap Sita sambil pergi terburu-buru meninggalkan Ratih yang masih berada di kamar mandi.
"Iya, hati-hati!" teriak Ratih.
Ditempat kerja Sita terlihat gelisah, dia terlihat mencari-cari sesuatu. Ratih yang sudah sampai di sana mencoba menghampirinya.
"Daaarrr ...." Ratih mengagetkan Sita. "Apa yang kamu cari?" tanyanya.
"Name tag aku hilang Rat, gimana nih? Aku bisa kena marah," ucap Sita.
"Eeemmm ... makanya jangan mikirin Ipan terus, jadi lupa sama name tag-nya 'kan," ucap Ratih.
Ia berusaha menggoda Sita lagi sambil mengeluarkan name tag Sita disakunya.
"Haaahhh!" Sita bernapas lega melihat name tag-nya ditemukan. "Sini," pinta Sita pada Ratih.
"Eittt ...." Ratih berlari tidak memberikan name tag Sita padanya, lalu Sita mengejar dan mereka berlarian.
bruuukkkk ....
Ratih yang berlari sambil melihat Sita kebelakang tiba-tiba menabrak atasannya yang baru saja datang, untung saja tidak sampai terjatuh.
"Apa-apaan kalian," sontak Pak Bimo marah melihat kelakuan kedua karyawannya yang bertingkah seperti anak kecil.
"Maaf, Pak!" ucap Ratih dan Sita sambil menundukan kepalanya.
"Dasar karyawan tidak berguna!" cela Pak Bimo sambil melangkahkan kaki keruangannya. Pak Bimo tak berhenti menggerutu.
"Kamu sih, sini!" ucap Sita sambil mengambil name tag-nya yang ada di tangan Ratih.
"Sorry." Ratih memperlihatkan wajah sedih dengan kedua tangan yang memegangi kedua telinganya.
Melihatnya begitu Sita malah merasa lucu, keduanya bertatapan kemudian tertawa bersama.
Hahaha...
"Uups." Keduanya menutup mulut dengan kedua tangan mereka.
"Jangan kenceng-kenceng nanti kedengeran bos," kata Sita.
Lalu mereka pun pergi ketempat kerja masing-masing.
***
Hari ini sepulang kerja, Sita tidak melihat Mang Adnan jualan di kontrakannya, namun Sita dikagetkan kembali dengan kedatangan Dino yang sedang menunggunya di bangku depan.
"Dino!" ucap Sita sedikit kaget, dan heran yang hanya melihat Dino sendirian. Sita celingukan menoleh ke arah kanan dan kiri seolah mencari seseorang.
"Kamu sendiri?" tanya Sita.
"Iya," jawab Dino santai. Dino mengerti Sita sedang mencari Ipan.
"Oohh!" wajah Sita terlihat agak kecewa.
"Boleh saya masuk?" tanya Dino
"Eumm ... boleh." Sambil berusaha untuk tersenyum Sita pun mempersilahkan Dino untuk masuk, dan membiarkan pintu kontrakannya terbuka, agar tidak terjadi fitnah antara mereka.
"Silahkan duduk!" ucap Sita.
"Terimakasih," jawab Dino.
"Mana Ipan?" tanya Sita spontan.
"Ipan ada pekerjaan, nanti kalo sudah selesai dia akan kesini," ucap Dino. Dino berbohong untuk membuat Sita tidak cemas, karna terlihat jelas diwajahnya Sita sedang cemas menanti kedatangan Ipan.
"Oh," jawab Sita datar.
Suasana terlihat kikuk. Sita yang kaku entah mau membicarakan apa, dan Dino yang sedang bingung harus mulai bicara dari mana menjelaskan semua. Dino merasa takut Sita kecewa.
"Mau kopi atau teh?" tawar Sita membuka pembicaraan.
"Tidak perlu, aku tidak haus," tolak Dino.
"Aku ingin menjelaskan sesuatu padamu," dengan nada sedikit ragu Dino bicara.
"Ini tentang Ipan." lanjut Dino melirik Sita.
"Ada apa?" Sita heran melihat gelagat Dino yang serba salah.
"Em, begini, sebenarnya Ipan sudah memiliki kekasih," jelas Dino to the point. "Maaf, aku tidak bisa berbasa-basi," ucap Dino kembali.
Sontak Sita kaget, badannya terasa lemas,
wajahnya berubah menjadi sedih dan kecewa, namun Sita berusaha untuk tidak memperlihatkannya pada Dino.
"Punya kekasih? Lalu kenapa dia datang menemuiku kemarin?" tanya Sita dengan nada sedikit kesal melirik Dino. "Dan kenapa harus kamu yang menjelaskan ini padaku?" tanya Sita kembali.
"Dia hanya ingin menghormati keinginan Pamannya, tidak lebih," jelas Dino.
"Dengan membuat saya berharap!" ucap Sita agak sedikit di tekan.
"Tolong maaf 'kan dia! Sejujurnya aku berbohong, dia memang tidak akan datang kesini, dia menyuruhku menjelaskan ini padamu! Dia merasa bersalah dan malu padamu, dia tidak sanggup melihat kekecewaan di wajahmu," ucap Dino, berusaha membuat Sita mengerti.
"Aku lebih malu darinya, aku telah berharap pada laki-laki yang baru saja kukenal, rasanya aku ingin marah pada diriku sendiri, dan lebih malu karna kamu mengetaui ini," ucap Sita sambil menahan tangis.
"Kamu tidak perlu malu padaku, dan tidak perlu menah tangismu! terlihat kekecewaan di wajahmu, dan bendungan air mata di pelupuk matamu, menangislah, anggap aku temanmu!" ucap Dino.
Tanpa terasa Sita berderai air mata, air mata yang berusaha di tahannya sedari tadi tak terbendung lagi. Dengan perasaan malu Sita berusaha menghapus air matanya yang sudah terlihat Dino.
"Sakit, pasti sakit, ketika kita diberi harapan kemudian harapan itu seketika dihancurkan," ucap Dino merasa iba melihat Sita menangis.
"Maafkan aku, aku tidak bermaksud membuatmu bersedih, tapi aku rasa itu lebih baik sebelum harapananmu terlampau lebih besar, itu akan lebih menyakitkan," lanjut Dino berbicara.
Tiba-tiba Sita tersadar, " Ya, kamu benar. Aku hanya baru berharap, belum benar-bener sangat berharap, aku hanya baru mengagumi, belum benar-benar mencintai. Kejujuranmu ini memang pahit, tapi pahitnya seperti minum obat yang hanya lewat di tenggorokan, sekejap pahitnya akan hilang," ucap Sita pelan. Ia mencoba menarik nafas dan menenangkan diri, lalu berusaha tersenyum lembut pada Dino. Kemudian Sita pun berterimakasih, "Terimakasih," ucapnya.
"Terimakasih! terimakasih untuk apa?" ucap Dino heran. Dino tidak menyangka secepat ini Sita tenang. "Apa kamu sudah tenang?" tanya Dino melirik Sita dan sedikit bengong melihatnya yang sudah mulai tersenyum.
Sita melirik Dino dan berkata, "Ya, kenapa kamu bengong?"
"Aku heran padamu, secepat itu kamu menangis, dan secepat itu pula kamu tenang, bagaimana bisa?" tanya Dino.
"Apa kamu suka melihat aku menangis?" jawab Sita masih dengan senyum lembutnya.
"Tidak-tidak! jangan menangis lagi! Aku bingung menghadapi wanita menangis," ucap Dino sambil mengankat tangannya.
Ha ... ha ... ha ... tiba-tiba Sita tertawa mendengar ucapan Dino.
"Apa sekarang kita sudah bisa berteman?" tanya Dino sontak membuat Sita menghentikan tawanya.
"Teman? Kamu 'kan temannya Ipan bagaimana bisa Kamu berteman denganku?" ucap Sita.
"Kenapa? Apa aku tidak boleh berteman denganmu? Atau Kamu tidak mau?" tanya Dino.
"Tidak, maksudku bukan begitu--" ucap Sita tertahan karna tiba-tiba Dino mengulurkan tangannya.
Sita tertegun sejenak, "Baiklah!" ucap Sita, sambil mengulurkan tangannya menyambut uluran tangan Dino.
"Ada apa ini?" suara Ratih yang tiba-tiba datang dari luar, sontak mengagetkan mereka yang langsung melepaskan tangan mereka.
Ratih baru pulang karna harus lembur, sedangkan Sita pulang lebih awal karna pekerjaannya memang sudah selesai.
"Ratih!" ucap Sita dengan sedikit kaget.
"Perkenalkan ini Dino," Sita mencoba memperkenalkan mereka.
Ratih tertegun sejenak, dia pikir ini Ipan, karna kemaren siang dia memang melihat dua laki-laki tapi tidak tau yang mana Dino dan yang mana Ipan.
"Namaku Ratih, aku teman sekamarnya Sita," ucap Ratih memperkenalkan dirinya.
"Oh, senang berkenalan dengan Anda," ucap Dino. "Kalau begitu saya pamit dulu, sepertinya kalian butuh istirahat." Dino pun berdiri berpamitan.
"Assalaamu'alaikum," ucap Dino.
"Wa'alaikumussalaam," jawab Sita dan Ratih.
Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
mom mimu
sudah aku fav juga kak, semangat terus 💪🏻💪🏻💪🏻
2023-05-10
0
Nafi' thook
Dino ya, bukan Ipan
2023-03-04
1
Sunmei
2like hadir ksk
semangat ksk
mampur iya
2023-02-01
1