Kamelia dan Alan di sambut oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan kaus oblong putih beserta sarung kotak-kotak dan peci hitam yang sudah agak beladus. Dia adalah Mang Ujang sang penjaga Vila ini.
"Selamat datang Neng Lia, sini Mamang bantu bawakan kopernya. Ini suaminya Neng Lia, ya?" tanyanya saat dia melihat Alan.
"Iya Mang, namanya Alan!" Alan tersenyum dan menyalami Mang Ujang dengan sopan.
"Neng cuma datang berdua?" Mang Ujang nampak celingak-celinguk melihat barangkali ada orang lagi yang datang belakangan.
"Iya Mang, kami cuma berdua. Papah sibuk sama urusan kantor, Clara masih harus kuliah, jadi kami hanya pergi berdua saja." Kamelia memberi alasan, dia tak bilang kalau ini adalah acara honey moon nya dengan Alan.
"Oh gitu ya Neng. Nya sok atuh, Mamang udah beresin rumahnya tadi, Bi Saroh juga udah masak makan malam ala kadarnya buat kalian." Ucap Mang Ujang sambil menjinjing koper milik Kamelia, dan tangan yang satunya lagi hendak meraih koper Alan.
"Gak usah Mang, punya saya biar saya bawa sendiri saja." Alan tak tega membuat Mang Ujang yang sudah sepuh harus membawakan barang bawaannya yang tak bisa di bilang ringan itu.
"Oh gitu, ya udah ayo masuk, diluar dingin!" memang benar, udara pegunungan di tempat ini terasa menusuk, ini sudah malam jadi pandangannya terhalang oleh gelap.
Kamelia dan Alan masuk kedalam mengikuti langkah Mang Ujang, Kamelia mendudukkan diri di sopa berwarna coklat gelap yang ada di ruangan itu, tubuhnya terasa linu semua akibat perjalanan yang Ia tempuh selama lebih dari empat jam itu.
"Neng mau makan sekarang?" tanya Bi Saroh yang telah hadir di ruangan itu.
"Nanti saja Bi, saya pengen baringan dulu. Lan, kalau kamu mau makan duluan, makan aja gih, aku masih capek."
"Enggak ah, kita makan bareng aja nanti." Tolak Alan.
"Kalau gitu kami permisi dulu, Neng, Den. Kalau ada apa-apa hubungi saja kami." Mang Ujang dan Bi Saroh pun berpamitan, lantas Ia pun pergi. Alan mengantar mereka sampai di depan pintu, lantas menguncinya.
"Lia, ayo makan dulu, habis itu istirahat." Alan mengguncang bahu Kamelia mencoba membangunkannya agar tak terus tertidur.
Kamelia perlahan bangkit dengan muka suntuk, "mau aku gendong?" Alan menawarkan diri. Tanpa sadar Kamelia mengangguk, matanya seolah enggan terbuka. Dia membelalakkan matanya saat tangan Alan menyentuh pahanya.
"Lan, kamu mau ngapain?" pekik Kamelia.
"Tadi katanya mau di gendong!?"
"Kapan aku bilang? Kamu jangan cari kesempatan dalam kesempitan ya." Kamelia membuat tameng dengan tas jinjing di dadanya.
"Paan sih Lia, ya udah kalau gak mau, buruan turun kita makan." Alan menarik tangan Kamelia menuntunnya menuju dapur.
Wangi masakan Bi Saroh menguar di Indra penciuman Kamelia, dia lekas membuka tudung saji yang tertutup rapat di atas meja. Se-bakul kecil nasi putih beserta lauk pauknya tersaji dengan cantik di atas meja. Ada sayur asem, ikan goreng, sambal beserta lalapannya, dan lain sebagainya.
"Wah ini enak banget pasti!" Alan yang memang sudah lapar langsung mengisi piringnya dengan nasi yang masih mengepul dari atas bakul bambu tersebut.
"Hooh emang, masakan Bi Saroh ini emang enak banget. Kamu pasti ketagihan Lan." Kamelia menyingsingkan lengan bajunya, dan mencelupkan tangan ke air kobokan yang di campur potongan jeruk nipis di atas meja, membuat Alan memiliknya keheranan.
Namun dia mengikuti apa yang Kamelia lakukan, Kamelia makan langsung dengan tangan dan Alan pun melakukan hal yang sama, Alan menyodorkan secuil ikan goreng ke mulut Kamelia.
Kamelia melahapnya tanpa menolak, namun dia tetap bungkam, "Lia, pernahkah kamu berpikir apa yang akan kamu lakukan setelah kita berpisah?"
"Pergi keluar negri, aku berencana menetap disana." Ucap Kamelia sambil mengunyah makanannya.
"Kau ada rencana menikah lagi?"
"Entahlah, mungkin kalau ada jodoh." Jawab Kamelia ringan.
Selepas makan, Kamelia dan Alan masuk ke kamar masing-masing, berada di rumah dan di vila tak ada bedanya, mereka selalu tidur terpisah. Alan berguling kesana kemari, semakin malam udara di tempat ini semakin dingin saja, padahal selimut yang Alan kenakan lumayan tebal, tapi tetap saja tak mampu menghalau udara dingin yang menerpa kulitnya.
Karena tak tahan dengan hawa dingin Alan turun dari ranjang bermaksud untuk mengambil jaketnya yang Ia letakan di dalam koper. Alan membuka koper itu yang ternyata bukan miliknya, itu adalah koper Kamelia. Alan menggeret koper itu dan membawanya ke kamar Kamelia.
Ceklek...
"Lia ini koper-mu, koper kita ter-tu-kar." Ujar Alan melambat, matanya melongo menatap Kamelia yang sudah membuka bajunya, dia hanya mengenakan bra, sedang bagian bawahnya, hanya mengenakan celana hitam ketat.
"Alan!" Pekiknya, sembari menyambar selimut dan membungkus diri dengan kain tebal tersebut.
"Ma-maafkan aku Lia, koper kita tertukar aku hanya ingin mengembalikannya padamu!" Alan menutup mata dengan telapak tangannya.
"Seharusnya kamu ketuk pintu dulu sebelum masuk!" Kamelia bersungut kesal.
"Maafkan aku!" Brak! Alan membanting pintu sambil keluar. Deg...Deg... Jantungnya berpacu dengan cepat, sial apa yang Ia lihat membangkitkan hasratnya.
Alan melempar diri ke atas ranjang, lengannya ia gunakan untuk menutup mata, mencoba membuang pikiran-pikiran kotor yang timbul di otaknya.
"Sial, kenapa gak mau hilang!" Pekiknya, Alan membenamkan diri dalam selimut, dia memejamkan mata mencoba untuk tidur, namun parahnya bayangan dirinya bercinta dengan Kamelia justru semakin menjadi-jadi.
"Otak sialan, tau banget kalau itu gak mungkin terjadi!" Alan mengacak-acak rambutnya frustasi, "apa gue selesain aja sendiri ya?" Saat Alan sedang berpikir melantur, tiba-tiba suara ketukan pintu diiringi suara Kamelia terdengar dari luar.
"Astaga, ngapain coba dia kesini, aah!" Alan mendesah kesal. Dia menatap celana kolor-nya yang nampak menggembung akibat ulah si adik kecil yang bangkit tanpa di perintah.
Sebelum membuka pintu Alan menurunkan kaus Jersey yang Ia kenakan berusaha menutupi benda pusaka-nya yang sedang aktif.
Klek...
Alan membuka pintu, "a-ada apa Lia?" tanyanya gugup.
"Nih koper kamu." Kamelia memalingkan muka ke arah lain.
"Makasih, dan maaf soal yang tadi." Alan memasang ekspresi wajah menyesal.
"Oke, no problem. Kalau gitu, aku balik kamar dulu." Kamelia berlalu.
Alan menatap punggung Kamelia yang menghilang di telan pintu, dia tersenyum tipis mengingat kejadian tadi, punggung mulus dan bokong yang berisi.
Alan menutup pintu dan kembali membaringkan diri di ranjang, "ayo pikirkan hal yang lain Alan, pikirkan besok kau akan pergi kemana. Pikirkan besok akan melakukan apa." Alan berusaha mengalihkan pikirannya dari bayangan Kamelia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments