Selepas bekerja Alan dan Kamelia memutuskan untuk makan malam di luar, agar tidak perlu memasak.
"Lia, makanan apa yang Clara sukai?" tanya Alan disela-sela suapannya.
"Dia suka semuanya, tapi makanan yang paling dia sukai itu... Rendang deh kayanya." Ujar Kamelia nampak tak yakin.
"Beneran?"
"Hmh, tapi gak tau deh, soalnya Clara gak banyak nawar orangnya, dia akan makan apa pun yang Mamah siapkan." Alan mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Kenapa, kamu mau masak buat dia?" cibir Kamelia.
"Ya kalau mau deketin cewek kan, berawal dari apa yang dia suka." Ujar Alan sambil tersenyum.
Kamelia hanya bisa mendesah pelan, "terserah kamu deh, tapi yang pasti jangan terlalu terang-terangan, jangan sampai orang lain sadar perasaan yang kamu miliki untuk Clara, atau semua usahaku akan hancur." Kamelia memperingatkan.
"Iya-iya, santai aja aku bisa ko mengikuti scenario yang kamu buat." Alan berujar penuh keyakinan. Kamelia hanya memutar bola matanya malas.
"Sini ambil foto dulu!" Kamelia mengarahkan layar ponselnya ke udara dan berpose seolah-olah akan mencium Alan, refleks Alan langsung menjauhkan diri.
"Kamu ngapain?" Alan mengernyitkan dahi.
"Aku cuma mau ngambil foto kita, kamu mau orang curiga perihal hubungan kita?"
Seketika Alan mengerti dan malah melingkarkan tangan di pundak Kamelia, "segini cukup?" Napas Alan menyentuh pipi Kamelia, pose mereka saat ini cukup dekat.
"Cukup." Kamelia menjawab kaku. Dia mengambil beberapa jepretan kamera dan memposting di akun sosial medianya.
"Ehem, sudah," Kamelia menjauhkan diri dari Alan dan melanjutkan makan malamnya, "kamu juga posting." Kamelia menyodorkan ponselnya pada Alan agar memindahkan beberapa foto ke ponselnya sendiri. Alan pun langsung melakukannya.
"Lia."
"Hem?"
"Apa kamu pernah punya kekasih?" tanya Alan tiba-tiba, membuat Kamelia mendongak.
"Kenapa kamu cemburu kalau aku punya mantan?" Kamelia terkekeh.
Alan menggelengkan kepalanya tak menanggapi candaan Kamelia, "aku hanya ingin tahu, kenapa kamu tidak ingin menikah dan malah pura-pura Menikah denganku?"
"Semua orang punya masalalu dan rahasia masing-masing, apa aku bisa tak menjawab pertanyaan kamu itu?" Kamelia menjawab pertanyaan Alan dengan pertanyaan.
"Ya tidak masalah, kalau kamu tidak ingin menjawab." Alan mengedikan bahu.
Kamelia tersenyum, "thank you!"
'Memangnya sepelik apa masalah dia hingga tak ingin membahasnya? Dia ini cukup cantik mana mungkin tak ada pria yang mau padanya, dari segi mana pun Lia memang tak kurang apa pun, cantik Ia, kaya Ia, pria bodoh mana yang berani menolak dia?' batin Alan.
(yang bodoh itu kamu Alan-😏author)
~*~
Malam semakin larut, Alan seperti biasa sudah berganti pakaian dengan pakaian keramatnya, yakni celana kolor dan kaus lekmong. Dia sudah bersiaga di depan komputer, untuk bermain game online kegemarannya, game tembak menembak, Api Gratis.
Alan mulai hanyut dalam permainan, tangannya dengan lihai memencet keyboard komputer walau tanpa melihatnya, terkadang dia mengumpat karena kena tembakan dari lawan.
"Woy goblok, gua bilang ngumpet! Elu malah nyelonong mati kan lu!" gerutu Alan pada temannya yang sudah terkapar di sampingnya, seketika ucapannya langsung dapat balasan dari teman mainnya.
(Sorry Lan, gue gak tau ada musuh yang nembak dari arah lain.)
"Aah, rasakan pembalasan gue!" Alan bermain game dengan mulut tak henti-hentinya berceloteh, dari mulai umpatan hingga memberi komando pada teman mainnya.
Suara ketukan pintu tak lantas membuatnya menoleh, "Lan, kamu belum tidur?" suara Kamelia.
"Belum, kenapa?"
"Ngopi yuk!" Ajak Kamelia, nampaknya wanita itu pun masih belum tidur juga.
"Masuk aja, aku lagi main game!" jawab Alan masih tetap fokus pada permainannya.
Kamelia pun masuk dengan dua cangkir kopi di tangannya, lantas ia menaruhnya di samping meja Alan.
"Kamu main game apa Lan?" Kamelia menilik penasaran ke layar komputer Alan.
"Api Gratis!"
"Wah seru tuh kayanya, boleh nyoba gak?" Kamelia nampak tertarik.
"Kamu suka game juga?" Alan menoleh dengan tatapan tak percaya.
"Ya lumayan lah, kalau aku lagi gabut biasanya aku main permainan di ponsel." Jawab Kamelia masih mengawasi manusia-manusia yang berperang entah untuk apa di game itu.
"Game apa yang suka kamu mainin?" Alan mulai antusias dengan pembahasan menyangkut hobinya.
Kamelia nampak berpikir, "nembak bola warna-warni, ular vegetarian sama jadi maling!"
"Hah?" Alan langsung nge-bug mendengar penuturan Kamelia, namun di detik berikutnya Ia pun faham.
"Oh itu, itu mah permainan bocil, ini mah beda. Kamu mau nyoba?" tawarnya.
"Hooh, nyoba dong! Tapi gak papa nih ya, gimana kalau kalah?"
"Tenang disini ada Alan, sang pemain profesional!" Alan menepuk dadanya berbangga diri.
"Eleh, paling juga pemain amatiran." Kamelia meremehkan.
"Kamu liat dong skill yang aku miliki dan senjatanya, masih belum banyak orang yang punya ini." tunjuknya pada senapan panjang yang entah namanya apa itu, namun bagi Kamelia itu hanya sebuah senapan yang sama saja seperti yang dibawa karakter lain.
"Ya udah buruan aku mau nyoba!"
"Duduk sini!" Alan menepuk kursi kosong di sampingnya yang muat untuk satu orang lagi, apa lagi tubuh Kamelia yang tak terlalu besar membuatnya cukup muat duduk di tempat tersebut.
Jika di bandingkan tubuh Alan dan tubuh Kamelia, lebih besar tubuh Alan dan tingginya pun lumayan, sedang Kamelia hanya berbobot 45 kilogram dengan tinggi badan 158 cm.
"Jadi gimana cara mainnya?"
"Gini, kamu tekan disini. Lalu sini!" Alan mengarahkan jemari Kamelia dengan tangannya.
Deg... Jantung Alan tiba-tiba berdetak cepat.
'*Hah, ko jantung gue deg-degan ya?' Alan merasa heran sendiri dengan dirinya.
'Kayanya gue kurang Aqua nih!' Alan mengambil botol air mineral dan menenggaknya setengah, seperti orang kehausan sehabis lari maraton*.
"Lan ini gimana?" Kamelia mulai panik, karena lawan terus menembakinya tanpa henti.
"Menunduk, menunduk!" teriak Alan histeris. Refleks Kamelia langsung menunduk sembunyi di bawah meja.
Bhahaha....Seketika Alan tergelak dengan tingkah Kamelia, "bukan kamunya yang nunduk, tapi karakter gamenya!"
"Ish, kamunya gak bilang, malah langsung suruh aku nunduk!" Kamelia memberengut kesal.
"Sini aku bantu," Alan masih sulit mengendalikan tawanya.
"Alan jangan ketawa Mulu," keluh Kamelia kesal.
"Hooh sorry," kata itu pun masih di iringi tawa yang sama.
"Dah ah, males." Kamelia beranjak dengan wajah kesal, karena selalu gagal dan membuat karakternya mati terus sepanjang permainan.
"Yaelah, baru aja main sekali udah nyerah gitu aja, ayo main lagi." ajak Alan sekarang sudah tidak tertawa lagi.
"Gak ah, aku liatin kamu maen aja." Tolak Kamelia yang memilih mengambil cangkir kopinya yang sedari tadi terabaikan.
"Oke kalau gitu, liat cara pemain profesional main!" Alan menepuk dadanya lagi.
"Eleh, buruan main, jangan banyak tingkah." Kamelia akhirnya menemani Alan main game hingga larut malam mereka mengomentari baju pemain lain, skill para pemain dan cara mereka bermain, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukan pukul 01:00 dini hari.
Alan menoleh, ternyata Kamelia sudah terlelap, dia menatap wanita berwajah polos yang kini jadi istrinya. Alan menatap lekat menilik setiap inci wajah Kamelia, putih bersih meneduhkan mata, seketika pikiran Alan menjadi kosong, dia menyentuh pipi halus tersebut dengan jemarinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Dewi Sartika
mulai kesengsem yaa
2024-12-21
0
Ninda Auliarizki
Hem hem hem.... Mulai bang Alaaan
2022-12-15
2