Saat tangan Alan menyentuh pipi Kamelia, membuat wanita itu terbangun, "emh, maaf aku ketiduran." Kamelia berujar sembari membetulkan posisi duduknya.
"Sebaiknya kamu kembali ke kamarmu gih, lagi pula ini sudah malam, aku juga ngantuk, huah." Alan bangkit sambil menggeliat merentangkan tangannya yang terasa kebas karena terlalu lama bermain game.
Setelah Kamelia pergi Alan langsung mengunci pintu dan menyandar di daun pintu, jantungnya berdegup cepat, hampir saja aksinya kepergok sang pemilik tubuh, 'gila gua mau ngapain tadi? Pake acara ngelus pipi Kamelia lagi? Wah elu gak beres Lan, bener-bener gak beres.' Alan mengacak rambutnya gusar.
Esok harinya Alan bangun pukul 9:30 hari ini libur, jadi Kamelia tidak membangunkannya, "Lia, kamu masak apa?" tanya Alan yang merasai perutnya keroncongan.
"Hari ini aku gak masak." Ucap Kamelia yang wajahnya tertutup masker dengan dua bulatan potongan timun tipis di masing-masing matanya.
"Terus aku makan apa dong?" keluh Alan yang terlihat sakit hati karena membuka tudung saji yang hanya kosong melompong seperti perasaannya.
"Masak Mie instan aja dulu." Kamelia memberi solusi. Membuat Alan berdecak kesal. Namun mau tak mau dia mengikuti saran Kamelia dari pada cacing dalam perutnya terus meronta minta di isi.
"Hari ini Clara mau datang ke sini. Eh bukan, sekarang deh kayanya." Kamelia berujar.
Ting tong, Bel pun berbunyi setelah Kamelia berkata. Membuat bola mata Alan seketika melebar.
"Clara kesini? Sekarang?"
"Hooh, noh dia udah di depan." Kamalia mengiakan.
"Sialan, kenapa kamu gak bilang!" pekik Alan yang langsung mematikan api kompor dan berlari menuju kamarnya, mana mungkin di membiarkan Clara menyaksikan tampangnya yang sama sekali tidak keren saat bangun tidur.
"Dih, kenapa sih tuh anak? Tadi katanya lapar, malah ngibrit gak karuan." Kamelia hanya geleng-geleng kepala karena heran dengan tingkah Alan. Kamelia turun dari sopa untuk membuka pintu.
Klek...
Penampakan pertama saat membuka pintu adalah senyum menawan Clara yang terlihat, "Kakak lama banget sih buka pintunya, kaki aku sampe mau berakar nih karena nunggu, pegel tau." Keluh Clara sembari masuk walau tanpa di persilahkan.
"Ya ampun sorry Dek, tadi Kakak lagi di toilet." Kamelia berbohong, dia menutup pintu dan berjalan mengikuti Clara menuju ruang keluarga.
"Hay bang Alan!" Sapanya saat mendapati Alan baru keluar kamarnya sudah berganti pakaian dengan tatan rambut rapi, tak seperti tadi.
"Hay Clara, kapan datang?" Alan berbasa-basi, nyatanya dia tahu jika Clara baru saja tiba.
"Baru aja Dateng Bang, Mamah nyuruh aku nganterin kue kesukaan Kakak." Clara menaruh kantung plastik berisi kotak makan berwarna putih transparan yang cukup besar.
"Wow, thank you Dek. Ini apa?" tanya Kamelia pada kotak makanan yang satunya lagi.
"Itu lauk kesukaannya Kakak juga, Mamah nyuruh aku bawa, beliau kan tahu Kakak orangnya males, takut bang Alan cuma di kasi makan mie instan tiap hari." Kekeh Clara.
Kamelia cengengesan sembari melirik Alan, entah kenapa firasat orang tua selalu benar, Kamelia malas masak dan Alan akan makan mie instan, "Mamah baik banget sih, thank you so much, Clara."
"Ya udah Kak, aku gak bakalan lama, aku mau pergi hangout sama temen. Jadi so, selamat makan."
"Clara, kamu gak makan bareng kita dulu?" Alan seakan ingin menghentikan Clara agar tidak pergi.
"Gak usah Bang, aku dah makan di rumah tadi, masih kenyang." Tolak Clara sembari berlalu. Alan hanya menatap kosong pada lantai bekas pijakan Clara.
"Sabar bro! Cinta itu butuh proses." Kamelia memberi tepukan lembut di pundak Alan.
"Ayo makan, tadi katanya laper." Kamelia menata makanan yang di bawa Clara di atas meja. Alan menghela napas pasrah, baru saja dia ingin mengajak Clara bercengkrama gadis itu sudah pergi lebih dulu.
"Temen Clara cewek apa cowok?" tanya Alan di sela-sela suapannya.
"Mana aku tahu, mungkin cewek, atau mungkin juga cowok." Kamelia mengedikkan bahu tak peduli, dia malah asik menikmati kue buatan ibunya.
"Kamu suka kue coklat?" tanya Alan yang langsung di angguki oleh Kamelia.
~*~
Malam harinya, Alan dan Kamelia punya acara masing-masing Alan berangkat menggunakan taksi sedang Kamelia membawa mobil pribadi, tujuan mereka tidak searah jadi mereka berangkat sendiri-sendiri.
Alan memasuki sebuh cafe tempat anak muda biasa nongkrong dia naik ke lantai dua dimana temannya menunggu.
"Hay Bro, lama banget baru Dateng?"
"Sorry gua kejebak macet tadi, lagian nunggu taksinya lama." Alan mendudukkan diri di salah satu kursi kosong.
"Ngapa gak minta di anterin bini?" goda Johan salah satu teman Alan.
"Dia punya acara sendiri, gua gak mau ngerepotin dia." Alan menyedot minuman yang sudah temannya pesankan untuknya.
"Lan gue mau minta maaf soal yang waktu itu, sorry kita-kita pada ledekin elu dan terutama istri elu. Kita pikir karena umurnya udah masuk kepala tiga, wajah Kamelia jelek, keriput dan keliatan tua, nyatanya enggak bro, sumpah dia cantik banget, kita jadi iri ya gak sih." Ucap Sam minta dukungan dari yang lain.
"Iya, Kamelia kaya cewek umur dua puluhan, masih seger." Ucup mengiakan.
Alan, Johan, Samsul dan Ucup mereka kuliah di satu universitas yang sama, mereka juga tinggal satu asrama membuat mereka jadi teman dekat hingga sekarang, di antara mereka semua hanya Alan yang sudah berkeluarga itu pun karena terpaksa. Mereka tidak datang ke pernikahan Alan jadi awalnya mereka tidak tahu seperti apa wajah Kamelia.
"Dahlah, gak usah menjilat, panas kuping gue denger omongan kalian. Lagian gua dah maafin elu pada."
"Eh Lan, bukanya itu bini lu ya?" tanya Sam tak yakin.
"Mana? Elu salah liat kali." Johan menepisnya.
"Hooh itu Kamelia, arah jam tiga Lan!" Ucup pun mengiakan, semua tatapan mengarah sejurus. Tampak seorang wanita dengan balutan Dress hitam selutut dengan lapisan blazer tangan panjang yang agak tipis tengah memilih tempat duduk bersama seorang pria di lantai bawah.
"Nah loh, bini Lu sama siapa Lan? Jangan-jangan dia selingkuh!"
"Hus, mulut Lo Cup. Sembarangan aja kalau ngomong, bisa aja kan itu cuma temen atau klien, Kamelia kan wanita karir." Sam membela.
"Hooh tau tuh si Ucup, dasar kompor lu." Johan menambahkan jitakan sebagai poin plus-plus untuk ke komporan si Ucup.
"Dahlah abaikan saja dia," Alan tak ingin ambil pusing, toh mereka sudah sepakat tak akan mencampuri urusan masing-masing.
"Elu gak cemburu Lan liat bini lu makan bareng cowok lain?" Pertanyaan itu sontak membuat tiga pasang mata tersebut menatap ke arahnya secara bersamaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments