"Kenal, bukankah kita sama-sama menemuinya waktu itu." Ujar Kamelia sambil asik mengunyah makanannya.
"Bukan begitu, temanku melihatmu bertemu dengan Kakakku di cafe, dia bilang kamu akrab banget sama dia. Gak seperti baru ketemu." Ucapan Alan membuat Kamelia tersenyum.
"Sebetulnya Aku dan Kakak-mu teman kuliah di luar negri, begitu pun dengan Susan. Sebetulnya tidak bisa di anggap teman sih jika tidak dekat kan, kami hanya pernah kenal itu saja." Kamelia berkilah.
"Kau yakin kalian cuma kenal saja?" Alan melempar pandang tak percaya.
"Alan, kenapa kau ingin tahu masa-lalu ku? Kita sudah sepakat agar tidak mencampuri urusan pribadi masing-masing, kapan aku pernah bertanya padamu tentang masalah pribadimu? Tidak pernah kan, ini privasi ku Alan, aku tidak ingin mengatakannya padamu. Lanjutkan makan-mu aku sudah kenyang." Kamelia beranjak dari meja makan, walau makanannya belum habis.
'Lia, berapa banyak rahasia yang kau sembunyikan dariku? Apa mungkin karena Kakak, kau sampai mau pura-pura Menikah denganku?'
Alan melanjutkan makan malamnya, meski rasa makanan itu tak selezat saat pertamakali dia menyantapnya. Selepas makan Alan duduk di ruang tivi berharap Kamelia kembali turun, dia ingin meminta maaf atas apa yang telah ia katakan, rasa cemburu yang hadir tanpa di undang membuat Alan nekad melanggar kesepakatan mereka.
Beberapa kali Alan melirik ke arah tangga berharap orang yang Ia nantikan muncul dari sana, namun nyatanya tidak. Kamelia tetap diam di atas sana, menikmati kesendiriannya.
'Sebetulnya apa yang aku rasakan ini? Apa aku telah jatuh cinta pada Kamelia? Tapi bagaimana dengan perasaanku untuk Clara? Aku harus membuktikannya dulu.'
Keesokan harinya, Alan datang ke-rumah keluarga Darmawan tanpa memberitahu Kamelia, dia sengaja pergi kesana untuk menemui Clara, namun dengan alasan ingin ber-silaturahmi, mempererat tali persaudaraan, katanya.
Alan turun dari taksi yang ia tumpangi di depan rumah besar milik Ayahnya Kamelia, dia menjinjing paper bag berwarna hitam yang isi di dalamnya satu dus bolu susu khas dari salah satu daerah di kota Bandung, katanya bolu itu salah satu makanan favorit Mamahnya Kamelia.
Alan masuk setelah di buka-kan gerbang oleh satpam, kebetulan pintu rumah terbuka dan Ia pun langsung masuk, tanpa di duga ternyata Kamelia juga ada disana, dia sedang bekerja di ruang tamu bersama Ayahnya Tuan Darmawan.
"Alan, masuk Nak. Lia ko kamu gak bilang kalau Alan juga datang kesini hari ini." Nyonya Darmawan menegur anaknya, membuat Kamelia seketika menoleh ke arah sejurus.
Mereka bersitatap untuk beberapa detik, setelah itu Kamelia memutusnya, "Lia gak tahu Mah, soalnya Alan gak bilang dia juga mau datang." Jawab Kamelia seadanya.
"Iya Mah, Alan juga gak tahu kalau Lia ada disini. Ini Mah, Alan bawain Mamah bolu susu, Lia bilang ini kue favorit Mamah." Alan menyerahkan Paper bag yang dibawanya.
"Wah makasih Nak, padahal kamu gak usah repot-repot, kalau mau datang kamu tinggal datang aja, gak usah pake bawa-bawa bingkisan segala ke mau bertamu ke rumah orang lain aja." Nyonya Darmawan tertawa kecil.
Setelah itu Alan pun duduk bergabung, bersama Kamelia dan Ayahnya, tak lama kemudian Clara datang dan langsung duduk di samping Alan, "eh, ada bang Alan. Kapan datang bang?" tanya Clara sambil mencomot keripik kentang dari toples yang ada di atas meja.
"Baru aja, kamu gak kuliah?"
"Belum Kak, jam kuliah ku nanti siang, jadi bisa santai-santai bentar." Alan hanya mengangguk-anggukan kepalanya.
Benar debaran itu sudah tak ada, perasaan yang semula sering kali bergetar saat dekat dengan Clara kini terasa biasa saja, jantung pun terasa normal, Alan menyentuh dadanya yang berdetak seperti biasa tak ada keanehan.
'Jadi perasaanku sudah benar-benar berpindah pada Kamelia, aku jatuh cinta padanya. Bagaimana ini mungkin?'
"Bang, kenapa liatin Kakak kaya gitu? Dia seksi ya?" Bisik Clara di daun telinga Alan, Alan tertawa kecil sambil menunduk.
"Idih ketawa, jadi bener ya kalau Kakak--," seketika Alan membekap mulut Clara agar tak mengatakan hal yang aneh-aneh apa lagi di depan Ayah mertuanya.
Seketika Kamelia menoleh begitu pun tuan Darmawan, "Clara jangan teriak-teriak Papah dan Kakak mu sedang bekerja, lebih baik temani Kakak Ipar-mu makan gih." Ucap Tuan Darmawan setengah mengusir, Alan berusaha melakukan kontak mata dengan Kamelia, namun wanita itu seketika menunduk.
Nyut... Sakit rasanya, ketika orang yang kau suka tak mempedulikan mu, entah mengapa perasaan yang Alan miliki untuk Kamelia jauh berbeda dengan perasaannya untuk Clara.
"Bang, yuk kita pindah dari sini, kayanya kita dan mereka beda dunia." Clara menarik tangan Alan untuk berpindah tempat, Kamelia sempat melirik tangan Alan yang di tarik Clara dan itu tertangkap di pandanga Alan, Alan ingin tahu bagaimana reaksinya. Ternyata reaksi Kamelia biasa saja, itu membuat Alan sedikit kecewa, dia berharap Kamelia cemburu atau minimal melotot ke tanda tak suka.
Setelah cukup jauh, Alan melepaskan genggaman tangan Clara di pergelangan tangannya, dan berdehem pelan, "Clara kamu tahu gak siapa aja mantan-mantan Kamelia?" pertanyaan itu membuat Clara melebarkan matanya.
"Kak Alan pengen tahu gak foto-foto Kakak waktu SMA?" seketika binar jahil muncul di mata Clara. Alan mengangguk penuh semangat.
"Cus, ikut aku! Kita bongkar kamar Kakak." Clara berjalan memimpin menuju lantai atas kediaman ini, baru kali ini Alan masuk kemar seorang wanita, kecuali Ibunya.
Ceklek...
Clara membuka pintu kamar ber-cat putih dengan handle pintu berwarna perak, dia lantas mengajak Alan masuk. Saat Alan dan Clara masuk mereka di sambut dengan nuansa kamar serba merah muda bercampur putih, dengan kelambu dengan warna senada. Boneka beruang besar berwarna merah muda, nampak mendiami kasur itu. Di atas nakas terdapat sebuah pigura berisi selembar foto Kamelia tengah tersenyum, wajahnya nampak polos dengan rambut lurus yang tergerai. Ia mengenakan seragam SMA dengan bandu kain berwarna putih di kepalanya.
Alan meraih foto itu, "Clara, boleh aku membawanya?" tanya Alan penuh harap.
"Jangan yang itu bang, nanti ketahuan Kakak. Yang ini aja!" Clara mengeluarkan sebuah album foto berukuran sebesar buku diary kecil yang cukup tebal, "yang ini isinya juga lumayan banyak." Clara terkikik sambil menyerahkan album itu pada Alan.
"Thanks ya Clara!"
"Sip! Tapi Ingan ya bang, jangan sampe ketahuan Kakak, bisa abis nanti aku kena ceramah dia."
"Oke!" Alan mengangkat Ibu jarinya ke udara.
"Sedang apa kalian disini?" Suara Kamelia tiba-tiba hadir di rungan itu, membuat Alan dan Clara refleks berbalik dengan ekspresi wajah terkejut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments