Bab 6 - Gara-gara teman

"Apa tanya Ucup, ucapan gue gak salahkan? Mana ada suami yang gak cemburu liat istrinya jalam ama cowok lain tanpa sepengetahuan suaminya sendiri." Ucapan Ucup memang benar, dan itu di akui oleh semua temannya termasuk Alan.

"Coba loh telpon deh bini Lo, tanya dia ada dimana, kita coba dia jujur apa enggak?" saran Samsul sempat ingin di tolak Alan, tapi karena merasa penasaran akhirnya Alan memutuskan untuk menghubungi Kamelia. Alan merogoh ponsel yang sedari tadi mendiami saku jaket nya, lantas mencoba menghubungi Kamelia.

Alan dan teman-temannya terus mengawasi gerak-gerik Kamelia, terlihat Kamelia meraih ponselnya dengan dahi berkerut, [Ada apa?] tanyanya di telpon.

"Kamu dimana?" Alan balas bertanya.

[Lagi makan bareng temen, kenapa?]

"Temennya Cewek apa cowok?" Alan bertanya begitu agar temannya tak curiga kalau dia hanya berpura-pura cemburu.

[Cowok!]

"Buset dia jujur dong!" Pekik Ucup yang tertangkap di Indra pendengaran Kamelia.

[Kamu lagi sama temen-temen kamu?] Tanya Kamelia dengan dahi berkerut.

"Hmh, aku di lantai atas, coba kamu liat." Kamelia mendongak dan pria di sampingnya pun menatap ke arah sejurus. Alan melambaikan tangannya.

Seketika Kamelia mematikan sambungan telpon dari Alan, dia terlihat mengatakan sesuatu pada laki-laki tersebut entah apa. Kamelia dan Laki-laki tersebut pun berjabat tangan sebelum berpisah.

"Tuh kan gue bilang juga apa, itu cuma klien Kamelia doang." Sam berujar setelah dia melihat kejadian barusan. Ketiga temannya mengangguk, tapi Alan hanya diam, entah mengapa saat tadi melihat Kamelia dengan pria lain ada perasaan tak suka hinggap di hatinya membuat dia menuruti hasutan ketiga temannya.

Kamelia berjalan mendekat, "Hay!" sapanya sembari menarik salah satu kursi kosong dan bergabung dengan ke empat orang itu.

"Hay juga!" ucap Sam dan kedua temannya dengan sedikit canggung. Pasalnya, saat pertama kali dia bertemu Kamelia waktu itu terjadi sedikit kesalahpahaman.

"Kalian bukannya yang waktu itu kan?" tanya Kamelia dengan wajah sinis.

"Lia, mereka sudah minta maaf. Mereka tidak tahu seperti apa kamu, makanya mereka berkata begitu." Alan berusaha melerai kesalahpahaman di antara Kamelia dan ketiga temannya.

Hmh, Kamelia tertawa sinis, "aku tidak suka pada kaum diskriminasi, mungkin kalau aku jelek, keriput dan terlihat seperti yang ada dalam bayangan kalian, aku yakin kalian juga akan menghinaku tepat di depan hidungku. Alan aku ingin pulang, kau ikut atau tidak?" Kamelia bangkit dan menunggu jawaban Alan. Namun Alan masih tetap diam, dia tak ingin membuat temannya salah paham juga.

"Baik kalau begitu!" Kamelia pergi dengan wajah datar.

"Lan, kejar sono! Lagian apa yang bini Lo katakan bener. Kita harus minta maaf padanya lain kali, dia pasti sakit hati." Ujar Johan, sembari menatap punggung Kamelia yang perlahan menghilang menuruni tangga.

Alan terdiam, benar Kamelia pasti sangat sakit hati waktu itu, orang lain berkomentar seenaknya tentang dirinya walau mereka tak tahu seperti apa Kamelia sebenarnya. Alan bangkit dan berpamitan pada teman-temannya, dia lantas menyusul Kamelia setengah berlari.

"Lia!" Alan menarik tangan Kamelia yang hendak memasuki mobil. Kamelia melipat tangan di dada menunggu Alan bicara.

"Maafkan teman-temanku. Ku mohon." Kamelia tertawa sinis sembari menggeleng pelan.

"Lia, semua orang pernah melakukan kesalahan, tapi tidak semua orang jahat juga kan, mereka orang baik, hanya kadang suka julid." Terang Alan.

"Baiklah, aku akan memaafkan mereka. Tapi kompensasi apa yang akan kau berikan padaku?" ujung alis Kamelia sedikit terangkat.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Alan.

"Aku ingin kau mengikuti apa pun yang aku katakan dan mengabulkan semua yang aku minta," Kamelia menjeda ucapannya.

"Oke! Apa yang kau mau?"

"Besok, seharian penuh, semua yang aku suruh kamu lakukan, kamu harus memenuhinya!"

"Hah, seharian?"

"Kalau kau tidak mau, ya sudah." Kamelia hendak masuk kembali kedalam mobil namun suara Alan membuatnya tersenyum.

"Baiklah, aku setuju!"

~*~

Dor...Dor...Dor...

Suara bising itu membuat Alan semakin menelusupkan diri ke bawah bantal, dia tak ingin memulai hari sama sekali, ranjangnya membuatnya selalu candu untuk selalu tetap berada disana.

"Alan bangun!" teriakan dan gedoran di pintu semakin keras saja.

"Alan, kamu semalam bilang apa padaku, apa kamu mau ingkar janji sekarang?"

"Ini masih pagi Lia, aku masih ngantuk." Ucap Alan masih bergumul dengan selimutnya.

"Justru karena ini masih pagi, kamu harus cepat bangun dan mulai pekerjaan rumah!" teriak Kamelia. Dor... Dor... Dor... Kamelia kembali menggedor pintu membuat Alan tak bisa kembali terlelap.

"Aah sialan, kenapa gue harus setuju sama permintaan Kamelia. Sudah pasti wanita itu akan mengerjaiku habis-habisan." Alan menghela napas, lantas turun dari ranjang beranjak membuka pintu.

"Kenapa sih Lia, ini masih pagi." Alan memberengut dengan wajah semberawut dan rambut acak-acakan.

"Hari ini kamu yang beresin rumah, cuci pakaian, habis itu masak." Kamelia menerangkan.

"Ko aku semua yang ngerjain?" Keluh Alan.

"Ngebantah nih, kalau gitu aku gak jadi maafin temen kamu, dan lagi aku juga mau pikir-pikir lagi jodohin kamu sama Clara." Perkataan akhir sukses membuat Alan berteriak.

"Iya, aku kerjain!" Dengan muka malas, pria itu berlalu.

Hehe, Kamelia tertawa puas dan malah duduk di sopa sambil menonton film kartun, "Alan bikinin aku kopi dong!" teriak Kamelia.

"Dasar istri lucknut, mau ini mau itu, gak liat apa kalau gue lagi sibuk." Decak Alan sambil melempar spon pencuci piring.

"Iya, mau kopi apa?"

"Rasa yang biasa aku bikin!" Jawab Kamelia.

"Rasa biasa yang dia bikin? Rasa apa, kan dia sendiri yang bikin!" Alan kembali berdecak kesal.

Alan mengambil kopi instan secara random lantas menyeduhnya, "yang ini aja kali ya, toh aku gak tau kopi mana yang dia sering minum."

Setelah itu Ia membawakan kopi yang telah ia seduh tersebut dan menaruhnya di hadapan Kamelia.

"Wah, terima kasih suamiku!" Kamelia tersenyum cerah. Hm, jawab Alan malas dan kembali pada pekerjaannya.

Alan memasak dua mangkuk mie instan, yang satu untuk dirinya dan yang satunya lagi untuk Kamelia.

"Lia, ayo makan!" Teriak Alan sambil duduk terlebih dahulu di meja makan.

"Oke!" Teriak Kamelia bersemangat dari arah dalam, "kamu masak apa?" Seketika pandangan Kamelia berakhir pada satu mangkuk mie instan yang tadi di buat oleh Alan.

"Ini?" Kamelia menatap aneh pada mie instan yang bahkan tak ada topingnya sama sekali.

"Iyalah, kenapa, gak suka? Kalau gak suka biar aku makan sendiri." Alan meraih mangkuk tersebut, yang langsung di tarik oleh Kamelia.

"Cukup jangan makan lagi, gak baik makan Mie instan terus menerus. Biar aku yang masak!" Kamelia berdecak, sambil membawa mangkuk Mie intsan tersebut, dan mulai memasak.

"Nah gitu dong, dari tadi ke." Alan tersenyum puas.

Episodes
1 Bab 1- Pernikahan tanpa cinta
2 Bab 2 - Perkumpulan keluarga
3 Bab 3 - Baju tidur dan Bola
4 Bab 4- Bermain game
5 Bab 5 - Kedatangan Clara
6 Bab 6 - Gara-gara teman
7 Bab 7- Mengunjungi orang tua
8 Bab 8 - Ingatan masa lalu Kamelia
9 Bab 9 - Gula kapas
10 Bab 10 - Bersama Clara
11 Bab 11 - Alan sakit
12 Bab 12 - Alan Dewasa
13 Bab 13 - Pria dari masalalu
14 Bab 14 - Perasaan yang aneh
15 Bab 15 - Rencana Honey Moon
16 Bab 16 - OTW Bandung
17 Bab 17 - Koper yang tertukar
18 Bab 18 - Pernyataan Cinta Alan
19 Bab 19 - Bungkam!
20 Bab 20 - Mabuk perjalanan
21 Bab 21 - Sebuah rahasia
22 Bab 22 - Wanita hancur
23 Bab 23- Rumah sakit
24 Bab 24 - Ketahuan
25 Bab 25 - Bukan Tisu Toilet
26 Bab 26 - Hadiah untuk Alan
27 Bab 27 - Keputusan untuk berpisah
28 Bab 28 - Kasus Stevan
29 Bab 29 - Kebenaran yang akhirnya terkuak
30 Bab 30 - Masalah selesai
31 Bab 31- Pergulatan di pagi hari
32 Bab 32 - Pasar Malam
33 Bab 33 - Tante dan Keponakan
34 Bab 34 - Program Hamil
35 Bab 35 - Risau
36 Bab 36 - Amarah tiba-tiba
37 Bab 37 - Hamil!
38 Bab 38 - Ngidam
39 Bab 39 - Nama calon bayi
40 Bab 40 - Kerisis
41 Bab 41 - Air mata
42 Bab 42- Menghibur hati yang terluka
43 Bab 43 - Perpisahan sementara
44 Bab 44- Kehadiran dan Kehilangan
45 Bab 45 - Pergi untuk selamanya
46 Bab 46- Separuh nyawa
47 Bab 47 - Semua belum berakhir
48 Pengumuman!
49 Pengumuman Batal Tamat
50 Bab 48 - Titik Terang
51 Bab 49- Ditemukan!
52 Bab 50 - Tersadar!
53 Bab 51 - final episode. End!
Episodes

Updated 53 Episodes

1
Bab 1- Pernikahan tanpa cinta
2
Bab 2 - Perkumpulan keluarga
3
Bab 3 - Baju tidur dan Bola
4
Bab 4- Bermain game
5
Bab 5 - Kedatangan Clara
6
Bab 6 - Gara-gara teman
7
Bab 7- Mengunjungi orang tua
8
Bab 8 - Ingatan masa lalu Kamelia
9
Bab 9 - Gula kapas
10
Bab 10 - Bersama Clara
11
Bab 11 - Alan sakit
12
Bab 12 - Alan Dewasa
13
Bab 13 - Pria dari masalalu
14
Bab 14 - Perasaan yang aneh
15
Bab 15 - Rencana Honey Moon
16
Bab 16 - OTW Bandung
17
Bab 17 - Koper yang tertukar
18
Bab 18 - Pernyataan Cinta Alan
19
Bab 19 - Bungkam!
20
Bab 20 - Mabuk perjalanan
21
Bab 21 - Sebuah rahasia
22
Bab 22 - Wanita hancur
23
Bab 23- Rumah sakit
24
Bab 24 - Ketahuan
25
Bab 25 - Bukan Tisu Toilet
26
Bab 26 - Hadiah untuk Alan
27
Bab 27 - Keputusan untuk berpisah
28
Bab 28 - Kasus Stevan
29
Bab 29 - Kebenaran yang akhirnya terkuak
30
Bab 30 - Masalah selesai
31
Bab 31- Pergulatan di pagi hari
32
Bab 32 - Pasar Malam
33
Bab 33 - Tante dan Keponakan
34
Bab 34 - Program Hamil
35
Bab 35 - Risau
36
Bab 36 - Amarah tiba-tiba
37
Bab 37 - Hamil!
38
Bab 38 - Ngidam
39
Bab 39 - Nama calon bayi
40
Bab 40 - Kerisis
41
Bab 41 - Air mata
42
Bab 42- Menghibur hati yang terluka
43
Bab 43 - Perpisahan sementara
44
Bab 44- Kehadiran dan Kehilangan
45
Bab 45 - Pergi untuk selamanya
46
Bab 46- Separuh nyawa
47
Bab 47 - Semua belum berakhir
48
Pengumuman!
49
Pengumuman Batal Tamat
50
Bab 48 - Titik Terang
51
Bab 49- Ditemukan!
52
Bab 50 - Tersadar!
53
Bab 51 - final episode. End!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!