Hidup tak selalu tentang cinta dengan pasangan. Mencintai diri sendiri pun adalah satu hal yang penting. _Whidie Arista🦋
~*~
Alan Geraldi. Seorang Pria muda berusia 26 tahun, dia anak yang berbakti, penyayang dan tentu saja tampan, tingginya sekitar 168 cm.
Awalnya dia mengira perjodohannya di lakukan dengan gadis pujaannya Clara Adeline Darmawan, namun ternyata bukan. Dia malah di jodohkan dengan anak pertama keluarga Darmawan yaitu Kamelia Adeline Darmawan. Jujur dia kecewa saat dia tahu siapa wanita yang di jodohkan dengannya, wanita yang empat tahun lebih tua darinya, wanita Dewasa yang nampak dingin dan agak jutek. Sikapnya berbanding terbalik dengan Clara yang murah senyum dan terlihat sopan, membuat Alan jatuh hati pada pandangan pertama pada Clara.
Namun sebuah tawaran mengejutkan datang menghampiri, saat Kamelia datang dan mengajukan sebuah perjanjian.
"Menikahlah denganku selama satu tahun, kau akan mendapat keuntungan dan aku mendapat suami." Ujarnya membuat Alan seketika mengerutkan dahi.
"Keuntungan apa yang aku dapat jika aku menikahimu?"
"Satu, kerja sama yang keluargamu dan keluargaku lakukan akan semakin erat. Dua, posisimu sebagai ahli waris akan makin kuat. Tiga, setelah kita berpisah kemungkinan untuk bersama Clara akan semakin mudah." Kamelia berujar sembari menyeruput secangkir kopi yang masih mengepul.
"Kau tahu aku menyukai adikmu?"
"Tentu saja, dari tatapan matamu saja aku sudah tahu," Kamelia menjeda ucapannya, "tapi, kau tak bisa serta merta berpindah dari aku dan menikahi adikku, benarkan? Keluargaku masih percaya hal kuno seperti sesama perempuan dilarang untuk mendahului menikah sebelum yang tertua menikah." Jelas Kamelia.
"Lalu?"
"Sekarang adikku bahkan sudah punya kekasih, sedangkan aku, singel!" Kamelia mengangkat bahu ringan.
"Lantas bagaimana caramu membuat aku mendapatkan adikmu?" Alan mulai tak sabar dengan kata-kata Kamelia yang tak langsung pada intinya.
"Pada saatnya nanti kau akan tahu, kau hanya cukup percaya padaku! Soal caranya, serahkan saja padaku, kau hanya perlu setuju dengan tawaranku." Kamelia enggan menjelaskan.
"Hah, aku menolak! Rencana macam apa ini? Malah terdengar seperti jebakan." Alan bangkit dia tak ingin mengikuti rencana tak masuk akal Kamelia.
"Kalau begitu terserah saja, aku hanya memberimu tawaran, jika kau tak mau bagiku tak ada masalah. Kau tinggal katakan, kau menolak perjodohan ini pada keluargamu, lagi pula di tolak oleh pria sudah jadi hal biasa bagiku."
Alan termangu, dia menatap wanita di hadapannya kemudian teringat ucapan sang Ayah, "Alan menikahlah dengan putri keluarga Darmawan, itu salah satu syarat kerja sama kali ini. Aku tahu mungkin ini tak adil bagimu karena menikah tanpa keinginanmu."
"Keluarga Darmawan? Te-tentu saja aku mau Ayah, aku suka putri mereka." Alan merasa amat senang ternyata dia tak perlu bersusah payah mendekati Clara, tawaran itu datang sendiri padanya.
"Apa? Kau yakin?" Tuan Geraldi nampak senang namun juga tak percaya.
Alan hanya membalas dengan senyum kikuk, namun satu kesalahan yang dia perbuat, dia tak menanyakan nama gadis keluarga Darmawan itu siapa, dia lupa jika ada dua gadis yang masih lajang di keluarga itu.
Alan kembali duduk, "aku setuju!" Ucapnya dengan helaan napas berat. Dia tak sanggup mengatakan tidak pada sang Ayah. Ayahnya terlalu bersemangat dengan pernikahan ini dan Alan pun terlanjur berkata menyukai putri keluarga Darmawan.
"Hem, kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Menikah denganku cukup membawa keuntungan kan?" Kamelia tersenyum masam. Alan membuang muka, tentu saja apa yang Kamelia katakan ada benarnya.
"Kita hanya perlu menikah setahun kan? Apa ada syarat yang kau ajukan?"
"Tak ada syarat, kau hanya perlu menjadi suami yang baik. Buat keluargaku memuja dirimu, hingga tak ada orang yang bisa di andalkan di dunia ini selain kamu." Alan termangu kata-kata Kamelia membuatnya sedikit terkejut.
"Mengapa?" Alan masih belum menangkap maksud dari ucapan Kamelia.
"Kau ingin mendapatkan adikku, kan?" Alan melebarkan matanya, akhirnya dia mengerti maksud ucapan Kamelia.
"Selain kau harus meyakinkan keluargaku, kau juga harus meyakinkan aku. Clara adikku satu-satunya, aku tak akan mengijinkan pria yang tak baik mendekatinya, apa lagi menikahinya."
"Baik, aku akan berusaha membuat keluargamu percaya padaku dan membuat mereka bangga."
"Bagus! Jadi Deal!?" Kamelia mengulurkan tangan putih mulusnya.
"Deal!" Alan menyambut dengan senyum senang.
~*~
Kembali pada masa kini. Alan dan Kamelia tengah duduk berdampingan di sopa, sembari mengobrol dengan keluarga besar mereka yang memang sengaja berkumpul di kediaman Darmawan.
Mata Alan tak henti-hentinya menatap Clara yang tengah bercengkrama dengan kerabat mereka yang seusianya. Clara gadis cantik yang ceria, usianya saat ini menginjak 23 tahun dia masih duduk di bangku kuliah.
"Jaga tatapan mu Alan, jangan sampai orang lain menyadarinya." Kamelia berbisik di telinga Alan.
Seketika Alan tersadar dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain, sebelum orang lain menyadarinya, "maaf aku lupa."
"Heh, suamiku lupa, kalau istrinya ada di sampingnya. Kau sungguh lucu sayang," Kamelia mencubit pipi Alan gemas. Membuat Alan seketika menoleh dengan tatapan heran, namun seketika dia menyadari kini mereka tengah jadi pusat perhatian semua orang.
"Cie pengantin baru lagi mesra-mesranya. Tolong jangan bikin kita yang jomblo ini kepanasan." Ledek Clara membuat semua orang seketika tergelak. Alan merasa sedikit malu dia langsung menunduk. Sedang Kamelia malah menggandeng tangan Alan dan bergelendotan disana, menunjukan sikap mesra di depan semua orang.
"Tahan sebentar." Bisik Kamelia dengan gerak mulut samar agar orang lain tak menyadari ucapannya. Dia menyadari jika Alan tak nyaman dengan sikapnya.
"Tenang saja, aku hanya belum terbiasa." Balas Alan pelan pula.
"Lah mereka malah bisik-bisik, tolong jangan pamer kemesraan lagi." Keluh Clara dan di angguki seketika oleh, Jean dan Laura, dua gadis kerabat mereka sekaligus teman Clara.
"Apa sih kalian, kaya gak pernah pacaran aja." Kamelia menggetok kepala Clara gemas.
"Tapi sumpah Kak, kalian tuh pasangan serasi banget, yang satu cantik dan yang satu ganteng banget, aku sungguh iri." Ungkap Jean dramatis.
"Hooh loh kalian pasangan yang manis, ternyata pernikahan gak harus di awali dengan pacaran itu terbukti benar." Laura menambahkan.
"Tapi kalau aku sih ogah kalau harus di jodohin, aku pengen cari pasangan sendiri." Jean kembali berujar.
"Hah, kalian masih muda, jadi puas-puasin dulu masa muda kalian, belajar yang bener jangan mikirin nikah dulu." Tukas Kamelia.
Dan akhirnya Kamelia dan Alan berpamitan pulang, dengan alasan lelah sepulang bekerja. Seperti biasa Kamelia lah menyetir, Alan selalu menolak jika disuruh menyetir dia bilang dia pernah kecelakaan mobil sebelumnya dan itu membuat dia trauma dan tak ingin menyetir lagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Ninda Auliarizki
Nyesek pasti batin kamelia..
2022-12-15
2
Auraliv
si alan ini anak mami kayaknya ya. 🤣
lanjut whid😚
2022-10-23
2