Beberapa hari kemudian, suara ketukan pintu membuat Rahma terperanjat sore itu. Dia langsung berdiri dan mengira seorang pembeli tempe datang. Dia bergegas membukakan pintu dan kemudian memasang senyum pada dua orang tamu pria muda yang berdiri di depannya.
“Maaf, Mas, kalo mau beli tempe, kami akan memproduksi beberapa hari lagi. Hari ini kosong,” ujarnya dengan wajah ramah.
“Maaf, Bu. Kami ingin bertemu dengan Eva dan keluarganya,” ujar pria muda yang telah berdandan rapi dengan kemeja terbaiknya itu.
Rahma tertegun melihat pemuda itu. Dia sederhana, tapi menunjukkan sikap yang sangat baik. Rahma merasa pria itu adalah lelaki yang baik pada awalnya. Namun, ia tetap bertanya-tanya untuk keperluan apa dua lelaki itu mendatangi rumahnya.
“Oh, saya ibunya Eva. Silakan masuk,” sambut Rahma membuka pintu lebih lebar agar keduanya masuk.
“Mari, silakan duduk,” ujar Rahma sambil duduk juga di sofa.
“Ada keperluan apa ya, Anda berdua mau mencari Eva?” tanya Rahma dengan penasaran. Sungguh dia harus lebih berhati-hati sekarang dengan orang-orang yang berhubungan dengan anaknya.
Kedua pria itu saling berpandangan dan pria yang lebih tua yang memulai pembicaraan.
“Begini, Bu. Saya adalah Heri dan ini adalah Denis.”
Rahma tersentak mendengar nama yang disebutkan oleh pria bernama Heri itu. Dia ingat kata-kata Totok yang menyebutkan pria bernama Denis yang ditemui oleh Eva dan Totok mengatakan bahwa Denis akan datang ke rumah mereka. Namun, rahma menunggu saja apa yang mereka katakan. Heri adalah paman Denis, dan dari Heri, Rahma tahu bahwa Denis sudah tidak memiliki seorang ayah. Sedangkan Ibu Denis sedang sakit di rumah dan tidak bisa datang.
Rahma merasa sedikit masygul mendengar keadaan ibu Denis yang dia dengar dari Heri. Pramono yang baru saja datang, ditarik oleh Rahma untuk duduk dan ikut menyambut kedatangan Denis dan pamannya.
“Jadi, kamu yang menghamili anak saya!”
Tidak disangka, Pramono emosi dengan pengakuan Denis yang mengemukakan maksud kedatangannya. Wajah Denis memucat walau dia sudah memikirkan kemungkinan itu terjadi. Pria paruh baya itu berdiri dan meraih kerah baju Denis.
“Tunggu, Pak. Maafkan keponakan saya,” ujar Heri. “Dia hanya ingin bertanggung jawab,” imbuh Heri yang sebelumnya telah mengetahui duduk persoalan Denis mengejar-ngejarnya untuk pulang dan meminta bantuan untuk melamar Eva.
“Tidak. Karena dia, semua urusan keluarga kami jadi berantakan!” geram Pramono, melayangkan kepalan tangannya ke pipi Denis.
Denis tersungkur tanpa melawan. Dia berusaha berdiri lagi dan melihat Heri telah menahan Pramono agar tidak lagi melayangkan tinju yang selanjutnya. Rahma yang melihat hal itu pun, merasa ketakutan akan apa yang dilakukan suaminya pada Denis. Dia memegang lengan suaminya yang bergetar, tampak menahan amarah.
“Ayah! Hentikan!” teriak Eva, keluar dari dalam kamarnya karena mendengar ribut-ribut di ruang tamu.
Dia melihat Denis yang berdiri dengan menutup sudut mulutnya yang berdarah. Eva menghela napas. Dia meraup anak rambutnya ke atas, masih memakai piyama. Tidak menyangka Denis akan datang sore itu, sehari setelah dia menemuinya.
“Dia ini adalah orang yang akan menikahiku. Ayah dan Ibu tidak akan khawatir lagi dengan kandunganku ini. Dia memang orang yang membuatku begini, tapi aku akan menutupi aib ini dengan menikah dengannya, Yah!” tutur Eva yang mendekat, membuat Pramono sedikit meregang.
“Iya, Pak. Kami datang dengan maksud baik, mohon maafkan atas kesalahan yang dilakukan oleh keponakan saya ini. Dia sudah berniat untuk bertanggung jawab,” ujar Heri, meyakinkan Pramono dengan merendahkan diri, sadar akan kesalahan keponakannya itu.
“Maafkan saya, Pak. Setelah apa yang saya lakukan, saya akan bertanggung jawab menikahi Eva,” imbuh Denis tanpa rasa jengkel karena rahangnya sekarang sakit oleh pukulan Pramono. Dia menyadari bahwa dirinya pantas mendapatkan bogem dari ayah Eva karena telah menyebabkan aib bagi anak dan berimbas ke keluarganya.
“Udah, Pak. Niatnya juga baik, kenapa kita harus larut dalam emosi? Mereka sudah datang ke sini jauh-jauh untuk menyampaikan maksud baik mereka,” tutur Rahma, mencoba ikut menenangkan suaminya.
“Ayah mana yang tidak marah saat anak gadisnya dinodai oleh orang yang tidak dikenal!” geram Pramono, tapi kemudian dia sendiri menarik napas panjang demi berpikir jernih.
“Ini lebih baik, Pak. Daripada lari dari tanggung jawab.”
Ucapan Rahma membuat Pramono sedikit menurunkan emosinya. Benar kata Rahma bahwa kedatangan Denis lebih baik dari pada pria itu lari dari apa yang telah dia lakukan.
“Dia memaksamu atau kalian melakukan suka sama suka?” tanya Pramono lagi yang tidak tahu bagaimana semua itu bisa terjadi pada keduanya, padahal Eva sedang menjalin hubungan dengan Ryan waktu itu.
“Kami—“
“Sudah kukatakan, aku melakukannya saat mabuk, tentu saja tidak sadar jika hal itu terjadi. Kukira dia Ryan, tapi ternyata bukan,” potong Eva, memungkas ucapan Denis.
Pramono menghela napas. Dia tidak habis pikir kejadian seperti ini bisa terjadi dalam rumah tangganya, menyangkut sang anak. Barang haram yang dia jauhi, malah sekarang menjadikan sarana sang anak melakukan sebuah tindakan tidak senonoh bukan dengan lelaki yang menjadi calon suaminya itu.
“Baiklah, tapi secepatnya pernikahan ini dilakukan untuk menutupi aib yang telah kalian lakukan!” ujar Pramono, tidak bisa lagi berpikir.
“Baik, Pak. Kami akan datang besok untuk bersiap.”
Heri dan Denis kembali saling berpandangan. Denis tidak memiliki apapun untuk mengadakan sebuah resepsi meski kecil-kecilan. Heri merasa ragu ingin mengatakan hal itu.
“Mohon maaf sebelumnya, Pak, Bu. Kami tidak dapat mengadakan pesta pernikahan karena tidak ada persiapan untuk hal itu. Bagaimana jika pernikahan hanya diadakan di kantor urusan agama saja?” ungkap Heri dengan harapan semoga keluarga itu bisa menerima.
“Sudahlah, kami sudah tidak berhasrat ingin membuat sebuah pesta. Pernikahan yang sudah dirancang sebelumnya membuat kami bersemangat, tapi telah kalian runtuhkan! Jadi, terserah kalian saja. Bagi kami sekarang, yang penting bayi itu ada ayahnya saat lahir dan di depan masyarakat, anak kami tidak akan mendapat perundungan!” sahut Pramono.
Denis mengangkat sudut bibirnya, dalam hati bersyukur karena dia memang tidak sanggup untuk membuat sebuah pesta jika keluarga Eva menuntut akan hal itu. Dia memantapkan hati untuk datang keesokan harinya, mengikat janji suci dengan wanita yang telah mengandung benihnya itu.
“Terima kasih, Pak, Bu.”
Eva menunduk, tidak ada lagi yang bisa dia katakan tentang perasaannya yang campur aduk. Menikah dengan seseorang yang tidak dia inginkan. Memaksa diri untuk menghapus bayang indah masa lalunya dengan Ryan, dengan masa depan cerah. Dia tidak tahu lagi harus seperti apa dengan Denis.
“Apapun yang terjadi, terjadilah....” gumam Eva pasrah melihat secercah kelegaan di raut wajah kedua orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ
Bismillah aja ya Denis....
semoga semua akan baik-baik saja
2022-11-15
1
Machan
hadeuh, denis ... denis. coba kamu ngomong yang sebenernya ma mereka, biar eva juga tau sifat temen"nya kek apa. gedeg banget sih
2022-11-14
0
Rini
mungkin denis nanti yang bisa membuat usaha tempe keluarga eva berkembang pesat
2022-11-13
0