Vonda menyeringai karena berhasil membawa Ryan ke gerbang kost Eva. Dia menebak, pastilah Ryan akan terkejut dan segera memutuskan hubungan dengan Eva setelah melihat Eva tidur dengan pria lain di kamar kostnya.
“Ada apa dengan Eva?” tanya Ryan lagi.
“Entahlah, tapi kamu harus melihat keadaannya,” ucap Vonda, menatap wajah Ryan yang tampan dengan nada khawatir sesuai dengan drama yang dia buat.
Tanpa berbicara lagi, Ryan segera turun dari mobil dan berlari ke kamar kost diikuti oleh Vonda yang tersenyum tipis, tidak sabar untuk segera melihat kekacauan di kamar kost Eva. Dia mengikuti Ryan yang telah berada di depan pintu. Mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban. Dia pun memutar knop pintu. Vonda mengusap kedua telapak tangannya seolah dia sudah siap melihat amarah Ryan.
Namun, yang terjadi, Eva tampak tidur meringkuk kedinginan dan sendiri.
***
Beberapa menit yang lalu.
Denis menatap wanita yang seakan memohon padanya sambil menurunkan resleting bajunya itu. Dia meneguk saliva. Sesuatu bergerak di bawah, menegang seperti saat berada di hotel waktu itu. Namun, Denis tetap bergeming dari tempatnya berdiri sekarang meski pemandangan di depannya cukup membuat darahnya berdesir.
“Ini terjadi lagi,” desis Denis.
Setan dan malaikat membisikkan perdebatan panjang dalam pikirannya. Hingga Eva melucuti sendiri apa yang dia pakai. Denis masih tertegun menahan diri. Dia meraup wajah dengan kasar.
“Tidak, dia punya seorang kekasih yang akan menikahinya, kan?” gumamnya tersadar dengan kata-kata yang pernah diucapkan oleh Eva beberapa hari yang lalu di rumah sakit.
“Ryan—“ panggil Eva tertahan. Rasanya sudah tidak tahan, badannya panas tidak karuan. Tangan Eva meraih tangan Denis, tetapi Denis menepisnya.
“Eva, tolong. Kamu dalam pengaruh obat. Mereka mengerjaimu,” tukas Denis, melawan semua yang dia rasakan sendiri, yang juga merasakan desiran hebat dalam dirinya saat melihat tubuh telanjang milik Eva.
Eva menggelengkan kepala dan mulutnya sedikit terbuka untuk melepaskan panas dari dalam tubuhnya. Dia malah kembali meraih dan semakin mencengkeram tangan Denis kuat-kuat agar menuruti hasrat dalam dirinya.
“Tolong,” rengek Eva seperti seorang anak memohon pada orang tuanya.
“Tidak,” sahut Denis.
“Aku tidak nyaman,” ucap Eva lagi, makin terasa keinginan aneh dalam dirinya. Dia tidak lagi kuat menahan diri.
“Apa yang kamu rasakan?” tanya Denis dengan lembut, mencoba agar wanita itu tidak bersikap agresif padanya.
“Panas,” sahut Eva meraba kerongkongannya dan tangannya bergulir ke bawah sampai dadanya yang menantang, membuat Denis kembali meneguk saliva dengan berat. Dia bisa saja saat itu menuruti keinginan Eva, juga keinginannya sendiri, tapi malaikat dalam dirinya yang memenangkan pertandingan batin.
“Ayo, ikut aku ke kamar mandi,” ajak Denis, meski area bawahnya sudah sangat menegang karena jujur saja, dia baru melihat tubuh telanjang wanita untuk yang pertama kalinya. Itupun melihat tubuh Eva yang molek dan kuning langsat, sempurna dengan tubuh yang proposional.
Eva berdiri dan menuruti perkataan Denis, lalu masuk ke dalam kamar mandi. Denis mengguyur tubuh Eva hingga wanita itu menggigil kedinginan, lalu memberinya bathrobe yang tergantung di kamar mandi. Eva yang sudah hilang akal, menuruti Denis untuk tidur di atas tempat tidur. Denis pun bernapas lega melihat Eva tertidur dengan menekuk tubuhnya karena dingin, walau hanya dengan balutan bathrobe.
Perlahan, Denis meninggalkan kamar kost Eva dengan perasaan lega. Ya, meski dia kehilangan uang tujuh juta yang ditawarkan oleh Vonda.
***
Ryan tampak khawatir dan membopong Eva masuk ke dalam mobilnya lalu sedikit melihat ke wajah Vonda yang baru saja berdecak geram karena usahanya tidak berhasil kali ini.
“Makasih ya, udah kasih tau aku. Kamu adalah teman Eva yang baik,” ucap Ryan yang meninggalkan Vonda tanpa menunggu jawaban gadis itu.
Vonda menautkan kedua alisnya dengan marah melihat Ryan membawa Eva masuk ke dalam mobil. Dia menatap kepergian mobil Ryan sampai kendaraan itu tak lagi tampak dari depan kamar kost. Vonda menatap ke dalam kamar kost yang bersih, dengan baju yang masih berantakan di bawah. Vonda menggertakkan giginya dengan kesal.
“Denis, sialan!” umpatnya, melipat tangan dengan napas yang tidak teratur karena geramnya.
Vonda meninggalkan kamar kost Eva tanpa menutup pintunya. Dia tidak perduli lagi dan menemui temannya yang lain di cafe.
***
Denis menatap ibunya dengan sedih. Namun, dia yakin jika ibunya tau hal ini, wanita paruh baya itu akan bahagia dengan keputusannya untuk tidak menyentuh lagi wanita telanjang tadi.
“Ibu, apa Ibu dulu pernah merasakan debaran di dalam hati saat melihat seseorang?” tanya Denis sambil memegang tangan ibunya yang tidak bisa menyahut pertanyaannya itu.
Namun, Denis tetap berbicara pada ibunya.
“Aku tahu, Ibu kecewa dengan Ayah, tapi pernahkah Ibu merasakan jatuh cinta meski saat selanjutnya kita tahu bahwa itu salah?” tanya Denis lagi, meracau dengan perasaannya. Dia sendiri tidak tahu harus menceritakan kepada siapa selain ibunya.
“Baru kali ini aku merasakan sesuatu yang aneh di dalam hati, dan entah aku tahunya itu yang dinamakan jatuh cinta. Bu, apa jatuh cinta serumit ini? Apa cinta itu memang tidak harus memiliki?” tanya Denis lagi, mengelus punggung tangan ibunya yang duduk dengan diam, tetap pada posisi semula ketika Denis mendudukkannya di kursi roda.
“Bu, anakmu ini Cuma mengigau, jangan dipikirkan, ya?” gelak Denis. “Ibu sekarang makan bubur. Tadi aku belikan di Mang Yanto, bubur kesukaan Ibu. Enak,” lanjut Denis lagi. Beranjak dari simpuhnya dan berjalan ke dapur untuk menyiapkan makan ibunya.
Tanpa disadari oleh Denis, bola mata wanita paruh baya itu bergerak mengikuti langkah sang anak yang keluar dari kamarnya.
Denis merutuki dirinya sendiri, kenapa dia harus bercerita hal konyol pada ibunya.
“Aku ini kenapa, walau Ibu tidak bisa merespon, tap kan dia juga dengar? Dasar bego,” umpatnya sendiri memukul kepalanya dengan perlahan.
Denis mengambil bungkusan di atas meja dan mengeluarkan isinya yang masih panas ke dalam mangkuk, tapi kemudian setelah itu pandangannya menerawang ke depan. Bayang-bayang wajah Eva menari di dalam benaknya. Dia mengeluarkan ponsel lalu mencari di dalam galeri foto. Senyum Denis terkembang saat melihat wajah Eva di dalam ponsel. Dia sempat mengambil gambar wajah Eva yang tertidur di atas ranjangnya tadi sebelum meninggalkannya.
“Apa benar aku jatuh cinta padanya?” Denis meraba layar ponselnya dengan lembut. Menikmati wajah Eva yang cantik. Denis tersenyum bagai orang gila. “Kalo iya, berarti... dia adalah cinta pertamaku....”
Raut Wajah Denis berubah saat menyadari siapa wanita yang ada di layar ponsel. Denis tersenyum getir, menyadari dan bertanya dalam hati kenapa cinta berlabuh tidak pada tempatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
lovely
smoga kebusukan vonda vs terbongkar
2022-12-25
0
Ety Nadhif
sudah pasti Denis kamu jodohnya eva😁
2022-10-30
0
Machan
diih, kesel aku ama s vonda. kamu salah, ryan. vonda bukan temen yang baik,
huuuaaaaa, sabar denis.
2022-10-29
0