Kembalikan

Wajah Eva memucat saat dia selesai membersihkan tubuhnya. Eva keluar dari kamar dan membuat orang tuanya kaget dengan penampilannya yang acak-acakan itu.

 

“Eva, makan pagi dulu. Nanti istirahat, kamu kelihatan pucat, Nak,” ujar Rahma memegangi kedua lengan anak perempuannya. Eva yang tampak akan terhuyung, menggelengkan kepalanya dan berjalan keluar, lalu masuk lagi. Kelihatan sekali kalau dia kebingungan, tapi kedua orang tuanya tidak tahu apa yang menyebabkan hal itu.

 

“Bu, ada apa dengan Eva?” tanya Pramono menatap istrinya. Dia belum juga beranjak, padahal ini waktunya pria paruh baya itu menyetorkan papan-papan tempe yang telah disiapkan oleh Kang Totok di pabrik.

 

“Entahlah, Yah. Mungkin dia masih kurang enak badan. Ayah berangkat dulu, nanti aku akan membujuknya untuk makan pagi. Perutnya harus diisi,” ujar Rahma meyakinkan Pramono agar suaminya itu berangkat pagi untuk menyelesaikan pesanan orang-orang di pasar.

 

“Jangan lupa suruh dia istirahat, Bu.”

 

Pramono menyesap kopinya lalu memakai jaket dan kunci mobil, mengingat waktu tidak banyak agar para penjual tidak mengomel karena keterlambatannya. Pasar akan ramai beberapa menit lagi. Dia harus cepat-cepat beranjak.

 

“Iya, pasti aku akan suruh dia istirahat, Yah. Ayah hati-hati di jalan, ya?” pesan Rahma.

 

Pramono mengangguk, lalu berjalan keluar untuk mengemudi mobil yang telah diisi oleh Kang Totok. Dia segera memacu mobilnya ke pasar. Rahma yang baru saja mengantar suaminya, berjalan masuk dan mengetuk pintu kamar Eva dengan rasa khawatir.

 

“Eva, Eva... bukakan pintunya, Nak!” ujar Rahma di depan pintu kamar sang anak.

 

“Nggak, Bu. Aku mau di dalam kamar! Aku pusing!” sahut Eva sedikit merengek dari dalam kamar.

 

Rahma mengerutkan dahinya mendengar nada bicara anak perempuan yang tentu saja sangat dia hapal itu. Jika terdengar seperti itu, biasanya ada sesuatu yang disembunyikan oleh Eva, tapi Rahma memilih untuk membiarkan anak perempuannya berdiam diri di dalam kamar.

 

“Baiklah, keluar dari kamar kalau kamu udah baikan,” pesan Rahma, lalu berjalan meninggalkan pintu kamar anaknya.

 

Dia berjalan menuju ke ruang makan untuk menutupi masakan yang disajikan pagi itu. Namun, melihat pintu kamar mandi yang terbuka, Rahma tergelitik untuk menutupnya terlebih dahulu. Dia berbelok ke arahnya lalu meraih knop pintu. Ketika hendak menutup, Rahma sempat melihat sebuah benda yang menyembul di tong sampah penuh dalam kamar mandi.

 

“Lupa buang sampah,” desisnya lalu kembali membuka pintu lebar-lebar dan masuk untuk membuat simpul plastik sampah. Namun, apa yang ditemukannya, Rahma terperanjat kala melihat sebuah benda kecil yang telah ditekuk.

 

Rahma sangat tahu benda itu, karena sewaktu masa menunggu impian untuk memiliki buah hati dua puluhan tahun yang lalu, dia sempat menggunakannya. Tangan Rahma tergerak untuk mendekati tong sampah dan memungut benda itu. Dia terhenyak saat melihat dua garis merah masih terbentuk jelas di benda itu.

 

“Milik Evakah ini?” desisnya menutup mulut dengan hati berdebar. Apa ini yang terjadi pada anaknya sehingga gadis itu menutup diri di kamarnya? Rahma mengelus dada, mencoba menenangkan diri bahwa mungkin itu adalah kesalahan sang anak yang sebentar lagi akan tertutupi aibnya di pesta pernikahannya.

 

“Mereka berbuat terlalu jauh,” sesal Rahma, walau dia tau bahwa Eva akan memiliki suami, tapi seyogyanya dia tidak berhubungan jauh sebelum menikah.

 

Rahma ingin memasukkan benda itu ke dalam plastik lagi, tapi seseorang yang berdiri di belakangnya membuat Rahma terlonjak kaget dan menjatuhkan benda itu di lantai kamar mandi.

 

***

 

Orang tua Ryan sedang memandangi anaknya yang mencoba tuxedo yang akan dia pakai di hari pernikahannya beberapa hari lagi.

 

“Sayang sekali kami tidak bisa melihat calon pengantin wanitanya di sini karena dia telah berada di rumahnya yang jauh. Kami yakin bahwa calonmu itu adalah wanita yang baik karena dia berasal dari kampung, Ryan.”

 

Wanita dengan gaya elegan itu mengangguk pada suaminya yang menceletuk demikian. Dia pernah bertemu dengan Eva sebelumnya dan menilai wanita itu adalah wanita yang baik. Tentang harta, mereka menyerahkan kepada Ryan. Mereka setuju saja jika Eva tidak bekerja dan memilih untuk mengurusi rumah tangganya dari pada keluyuran di luaran.

 

“Mama sudah menebak dia adalah gadis kampung yang baik dan tidak neko-neko,” ucap Marina, ibu Ryan.

 

Atmadjaya, pria berusia lima puluh lima tahun itu pun mengangguk setuju dengan perkataan Marina. Dia lebih baik memiliki menantu yang polos dan tidak macam-macam. Karena mereka telah melihat berbagai wanita kalangan atas yang tidak pandai mengatur uang mereka dan hanya akan menghabiskan harta demi keperluan yang tidak teratur.

 

“Tentu saja, Pa, Ma. Evangeline, adalah gadis pilihanku. Dia selalu menjaga kehormatannya. Ya, meski kepolosannya menunjukkan bahwa dia itu sangat senang memperoleh calon suami kaya menurutnya,” kekeh Ryan mengangkat sedikit kerah bajunya, diikuti dengan senyuman kedua orang tuanya.

 

Kepolosan Eva memang membuat Ryan terkadang tertawa. Dia itu seringkali terbelalak jika melihat apa yang dipunyai oleh Ryan. Wajah Eva yang menunjukkan bahwa dia itu girang sekali jika akan diboyong ke rumah mewah, selalu teringat di benaknya.

 

“Polos sekali,” gumam Ryan, tidak sabar ingin segera membawa gadis itu ke rumah yang telah dia persiapkan untuk hidup berdua bersama dengan Eva.

 

“Apalagi Eva itu cantik, sempurna sekali.”

 

Ryan terhanyut dalam pikirannya terhadap Eva. Dia sangat membanggakan calon istrinya. Sementara di sekitarnya banyak sekali wanita-wanita yang memamerkan segala harta benda yang mereka miliki entah dari seorang pria atau dari mana. Ryan yang tidak pernah menemukan hal itu dalam diri Eva, merasa Eva adalah gadis yang unik dan spesial.

 

Namun, tidak dengan teman-teman Eva yang menganggap bahwa Eva berubah menjadi pribadi yang sombong. Terutama Vonda yang merasa gagal dengan apa yang dia rencanakan. Vonda mendatangi Denis, menghadangnya di depan hotel tepat di saat pria itu pulang bekerja.

 

“Denis! Kurang ajar, kamu!” geramnya menunjuk pada pria yang sedang berjalan melintasi depan hotel di mana dia dan Eva melakukan hubungan untuk pertama kalinya.

 

“Kenapa?” tanya Denis, seolah tidak mengerti dengan apa yang diumpat oleh Vonda.

 

“Jangan pura-pura, kamu itu menggagalkan rencanaku waktu itu! Sialan, kamu udah terima setengah uangnya, kan? Kenapa kamu lari? Kamu mau menipuku, hah?” tuduh Vonda pada Denis. Dia telah memberikan tiga juta lima ratus ribu rupiah pada pria itu agar melakukan apa yang direncanakan olehnya di kamar kost Eva.

 

“Aku tidak lari, aku tidak tau bisa menemukanmu di mana. Ponselmu mati waktu kuhubungi,” kilah Denis.

 

“Bohong! Buktinya kamu tidak menyentuh Eva, kan? Padahal kamu udah nerima uang mukanya!” tuding Vonda sangat kesal.

 

Denis menyunggingkan senyum tipisnya. Dia tidak menyesali apa yang menjadi keputusannya untuk tidak menyentuh Eva lagi. Denis mengeluarkan uang yang dia simpan terus dan tidak digunakannya sama sekali. Dia menyerahkannya kembali pada Vonda.

 

“Ini,” ucapnya dengan tangan mengambang di udara, memegang sejumlah uang yang masih utuh.

 

“Apa?” tanya Vonda menatap uang itu.

 

“Aku kembalikan uang mukanya, utuh. Tanpa aku ambil sedikitpun. Aku tidak bisa melakukan apa yang kamu suruh,” ujar Denis, menaruh uang itu di tas Vonda karena wanita itu mematung.

 

Denis segera meninggalkan Vonda setelah meletakkan uang itu ke dalam tasnya. Vonda mengepalkan tangannya dan kesal sekali menatap Denis dari kejauhan.

 

“Dasar sialan!” umpatnya, melampiaskan amarahnya.

Terpopuler

Comments

Machan

Machan

aduh, aku deg"an klo kehamilan eva diketahui ryan dan keluarganya

2022-11-02

0

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

☠🦃⃝⃡ℱTyaSetya✏️𝕵𝖕𝖌🌈༂နզ

Bagaimana nasib Eva setelah semua tau 🤔🤔🤔

2022-11-02

1

Rini

Rini

kasian eva kasian juga ryan jika tau keadaaan eva hamil anak orang lain, carikan jodoh yang lain saja buat ryan yang baik jangan sama teman lucknut eva, sukur2 di buat kisahnya ryan 😄🙊

2022-11-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!