perlahan Zero mendorong pintu kamarnya. melangkah keluar untuk memesan makanan yang ada di tempat itu.
aku lapar, untuk pagi ini enaknya apa yah? wow aku agak terkejut sekarang, rupanya tempat ini sangat ramai di pagi hari!
melihat Zero yang telah berdiri di depan kamarnya, seorang pelayan mendekat ke arahnya lalu membungkuk dengan sopan."anda telah bagun tuan Zero! maaf karena tidak membangunkan anda."ucap pelayan wanita berambut hitam dengan iris mata juga berwarna hitam lengkap dengan baju maidnya.
"tidak apa-apa! ngomong-ngomong sepertinya disini sangat ramai, apa ada sesuatu yang menarik perhatian orang-orang?."tanya Zero dengan wajah yang tak acuh. dia kemudian melangkah maju kesebuah meja yang nampak kosong untuk duduk. diikuti oleh pelayan yang tadi menyambutnya.
"tidak (menggelengkan kepalanya) penginapan kami biasanya menjual berbagai perlengkapan untuk petualang dan kebutuhan pangan. Itu sebabnya di sini sangat ramai jika pagi telah tiba."jelas gadis pelayan itu.
tempat itu sangat ramai. Dipenuhi petualang dan para ibu-ibu yang tengah menawar. melihat itu serpihan ingatan Zero perlahan kembali, dia mulai mengingat hal-hal yang sering terjadi di bumi, dia kini nampak melamun tenggelam dalam lamunannya.
sampai seorang pelayan datang dan membuat Zero kembali sadar, dibelakang pelayan itu seorang gadis kecil yang mempunyai rambut hitam dengan iris mata yang berwarna keunguan serta kulit yang kepucatan, membuat siapapun yang melihatnya pasti ingin memilikinya.
tapi Zero melihat gadis itu tetap sebagai bocah yang perlu untuk dilatih, gadis dan pelayan itu telah sampai di depan Zero tapi tidak ada dari mereka yang berani duduk, karena itu jelas tidak sopan, apalagi Zero merupakan pengunjung VVIP. Melihat mereka tetap berdiri, Zero kemudian melambaikan tangannya "duduklah."ucap Zero dengan nada yang santai. mendengar itu si pelayan mengangguk ringan."karena saya masih punya banyak pekerjaan yang harus saya urus, saya permisi."yang kemudian membungkuk lalu pergi.
gadis itu berjalan maju lalu duduk perlahan. melihat itu Zero nampak puas, tapi semakin Zero perhatian. Gadis itu tidak berekspresi sama sekali. itu membuat Zero sulit menebak apa yang dia inginkan. Sejak awal Zero berniat untuk membawanya ke kediamannya untuk melatih gadis itu supaya bertambah kuat. tapi dengan situasi saat ini sepertinya mustahil. Zero menatap mata gadis itu.
kenapa dimatanya hanya ada kekosongan? apa yang telah terjadi padanya?, apa dia sudah pasrah akan hidupnya?, tapi kenapa dia mau mencuri jika dia telah pasrah dengan hidupnya?..aghh sial!. aku malah kebingungan sendiri.
gumam Zero. tak lama setelah itu perut gadis yang ada di depannya berbunyi, mengetahui hal itu Zero langsung memanggil pelayan untuk memesan makanan. seorang pelayan pria datang dan menanyakan apa yang ingin dipesan oleh Zero."aku pesan... ayam bakar beserta nasi putih.
pesanan mereka kini telah sampai, terlihat jelas air liur dari gadis yang mulai menetes dan mata yang berbinar. melihat itu Zero tersenyum."makanlah!." walaupun awalnya agak ragu tapi setelah memandang makanan cukup lama, akhirnya gadis itu mulai memakan makanan yang ada di depannya.
tapi dia berhenti makan setelah seperdua nasi dan ayam yang ada di depannya. Melihat itu, Zero mengerutkan kening."kenapa kau berhenti memakannya?." dengan mata yang terpejam gadis itu berkata "tuan!...bi.. bisakah saya membawa sisa makanan saya!." alis Zero terangkat, dia tidak tahu untuk tujuan apa gadis ini ingin membawa setengah dari makanannya.
tapi Zero sama sekali tak ingin tahu tujuannya dan mengangguk ringan."boleh ko!." mendengar itu mata Lia sekali lagi berbinar menunjukkan kalau dirinya sangat senang. Dia kemudian keluar dari tempat itu dan berlari ke kawasan orang-orang buangan dan dari kejauhan Zero mengikutinya.
sepanjang jalan hanya ada orang-orang yang telah di buang dan juga sepertinya banyak dari mereka yang dilahirkan di sini, dalam perjalanan Zero terus melihat semua orang satu persatu, berharap mendapat bakat yang sama dengan Lia. tapi semua itu hanyalah harapan semata, tidak ada satupun dari mereka yang mempunyai talent.
aku hanya menguras sihir ku saja, tidak ada satupun orang disini yang mempunyai bakat, yah namanya juga tempat kumuh. tapi kenapa anak seperti Lia ada di tempat seperti ini? hm.. semua akan terjawab sebentar lagi!.
setelah berjalan sekitar 500 meter Lia akhirnya berhenti di sebuah gubuk yang terbuat dari bambu, disana ada banyak sekali anak-anak yang seusia dengan Lia bahkan ada yang lebih mudah dibandingkan Lia.
Di tempat itu ada 3 orang pria yang sepertinya menjalankan tempat itu. "darimana saja kau! kenapa kau baru kembali! apa kau ingin aku menyiksa adikmu hah?."ucap salah satu pria yang ada di sana, kedua tangannya berada di pinggang dengan wajah yang condong ke depan kearah Lia. dengan cepat Lia langsung bersujud"maafkan saya, semalam saya pingsan dan baru beberapa saat yang lalu. kumohon jangan lukai adikku(dia mulai menangis) dia adalah satu-satunya keluarga yang tersisa." melihat itu pria tadi langsung menendang perut Lia, sampai-sampai membuat Lia mengerang kesakitan.
dari kejauhan Zero yang melihat itu, tidak dapat membendung amarah dihatinya, ini adalah pertama kalinya Zero semarah ini semenjak reinkarnasi. Kilauan api keunguan keluar dari mata Zero, membuat ketiga pria itu langsung merasa merinding. tapi pria yang tadi menendang perut Lia kembali mendekat kearahnya untuk menendang Lia lagi.
tapi sebelum itu kepalanya tiba-tiba terpisah dengan badannya, sungguh potongan yang halus membuat kedua teman pria itu, terkejut dan ketakutan."a....apa kita ketahuan oleh penjaga atau petualang?."ucap pria berbaju putih dengan nada suara yang gagap. tapi pria berbaju coklat mencoba menyakinkan temannya itu bahwa itu tidak mungkin.
"tenang saja, itu tidak mungkin terjadi karena semua bukti telah aku singkirkan, jadi mereka tidak akan menemukan kita."
tak lama setelah mereka kembali tenang seorang pria tua melangkah maju dengan niat membunuh yang kejam dimatanya, mereka merinding ketakutan, tubuh mereka dibasahi oleh keringat dingin. melihat pria tua itu mereka tahu kalau mereka juga akan dibunuh jika mereka tidak melawan, tapi Zero melihat mereka dengan tatapan tak acuh, pandangan lebih tertuju ke gadis yang tengah memegangi perutnya itu.
"beraninya kau memalingkan pandanganmu saat berada di hadapanku!."pria berbaju coklat maju dan melompat ke arah Zero dengan pedang di tangan kanannya. saat pedangnya hampir sampai di leher Zero dia kembali berteriak"haha...matilah." tapi dengan nada yang santai"lemah." Zero dengan mudah menahan pedang pria itu, dia kemudian menjentikkan jarinya, dalam sekejap kepala pria itu meledak bagai petasan.
"bukankah dia itu seorang petualang rank silver! tapi dengan mudah ia dikalahkan!."melihat temannya itu tewas dia langsung bersujud"tolong ampuni saya tuan! saya akan memberikan semua yang saya punya kepada anda."
"hm... bukankah aku tetap mendapatkan semuanya bahkan jika aku membunuh! untuk apa aku membiarkanmu hidup! itu hanya akan membuat masalah baru nantinya."ucap Zero dengan nada santai. Zero menarik degger yang ada di punggungnya lalu memenggal kepala dari pria berbaju putih itu, baju yang awalnya berwarna putih kini berubah menjadi merah darah.
setelah membunuh orang itu Zero langsung menghampiri Lia yang masih tergeletak di tanah."hei apa kau baik-baik saja."{apa dia kelihatan baik-baik saja dimatamu Zero? hadeh}
Lia perlahan bangkit lalu berkata"anda!.... bukankah paman yang tadi ada di penginapan (tunjuk Lia ke Zero) saya baik-baik saja, tapi kenapa anda menolong saya?."Lia memiringkan kepalanya.
apa yang harus aku katakan pada gadis ini, apa aku bilang saja yah kalau aku ingin menjadikannya muridku? baiklah katakan itu saja.
Zero kemudian membuka mulutnya lalu berkata"aku ingin kamu menjadi muridku!." mendengar itu Lia tambah kebingungan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments