"Kamu ingin makan gulali? Jika mau, aku akan belikan," tawar Miko dan tak perlu lama, Fira pun segera mengiyakan. Sudah lama sekali lidah nya tidak mencecap rasa manis dari gulali. Kalau tidak salah, terakhir kali ia mengkonsumi makanan manis tersebut adalah saat ia dan Miko masih menyandang status sebagai kekasih. Setelah itu, karena patah hati, Fira memutuskan untuk berhenti memakan gulali.
"Tunggu di sini, jangan ke mana-mana," ujar Miko dan tak lama setelah nya mulai tenggelam di antara kerumanan orang-orang.
Fira merotasikan tubuh nya, mendongakkan kepala nya ke arah langit malam tanpa bintang. Kembang api terakhir sudah meledak beberapa detik yang lalu, mengakhiri festival kembang api yang sudah berlangsung sejak setengah jam yang lalu. Gadis itu melirik arlojinya, menghitung setiap sekon nya, menunggu Miko kembali.
Fira refleks menoleh ketika mendapati jika pergelangan tangan nya mulai digenggam. la kira itu adalah ulah Miko, tetapi ternyata orang yang mencekal tangannya adalah si pria menyebalkan, Caesar Ricardo. "Ikut aku, kita pulang sekarang," ajak Caesar, tanpa ba-bi-bu lagi langsung menyeret Fira, pergi meninggalkan kerumunan orang yang tengah berbincang ria.
"Caesar, lepaskan!" Fira menarik tangan nya secara paksa, dan hebatnya ia berhasil lolos dari cengkeraman Caesar. Gadis itu mengusap pergelangan tangan nya yang merah, dan kemudian melayangkan tatapan kebencian pada Caesar.
"Kamu tahu, gara-garamu steak dengan harga hampir sejuta tidak termakan!" Caesar mendesah pelan, menyayangkan steak milik nya yang masih tersisa banyak. Sedangkan Fira mulai menertawakan Caesar.
"Ada yang lucu?" rutuk Caesar, menatap Fira dengan alis yang sudah bertautan.
Fira mulai meredakan tawanya, lalu menjawab, "Tentu saja dirimu, bodoh! Kasihan... dapat karma karena selalu mengejekku. Rasakan! Memang nya enak tidak bisa makan daging mahal!" Fira meleletkan lidahnya, membuat si pria makin kesal. Baiklah, bagi sebagian orang ini adalah hal sepele. Namun, bagi Caesar yang baru pertama kali nya makan steak dengan harga semahal itu, itu adalah masalah besar! Sangat besar malahan.
Dengan hati yang sudah bergemuruh, Caesar pun segera mencekal tangan Fira kembali, menarik nya keluar dari lautan orang-orang yang memenuhi jalanan. “Aku belum berpamitan dengan Miko, aish." Fira merengek sembari terus berusaha untuk melepaskan diri dari Caesar. Sayang nya, si pria memiliki tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan gadis kurus macam Fira.
"Kirimi pesan," usul Caesar.
"Bagaimana aku mau kirimi pesan jika kamu masih terus menarikku, hah? Memang nya aku sapi yang harus ditarik-tarik?" Fira menepis tangan Caesar yang sekali lagi membuat cekalan nya terlepas. Ditatap nya Caesar dengan intens sebentar, lalu segera meraih ponsel di dalam tas nya.
Ahh... ternyata ada pesan dari Miko.
Fira tidak tahu jika ada dua pesan masuk dari Miko, sebab dering ponsel nya sengaja ia atur menjadi hening. Jadi dirinya punya alasan jika ibu dan ayahnya bertanya saat dirinya sudah menginjakkan kaki di dalam rumah.
Dari. Miko ke Fira, kamu di mana? Aku sudah bawakan gulali. Merah jambu, warna kesukaanmu.
Dari Miko Ah, apa aku terlalu lama sehingga kamu pulang duluan?
Fira berjinjit, lalu segera memberi pukulan telak pada puncak kepala Caesar, membuat si pria berteriak dan hendak membalas apa yang baru saja Fira perbuat pada kepala nya. Buru-buru, Fira segera membalas pesan mantan kekasih nya tersebut.
Untuk Miko.
Maaf. Aku harus buru-buru pulang. Ternyata ada acara keluarga malam ini. Aku tidak mau dijadikan sup oleh mamaku, hehehe.
Untuk Miko: kapan-kapan, mari pergi makan bersama :)
Fira mendongakkan kepala nya ketika melihat jika setetes air jatuh mengenai layar ponselnya. Hujan, sesuai dengan prediksi cuaca pagi tadi. Beruntung sekali gadis itu membawa payung. Jadi ia tidak usah pusing-pusing mencari tempat berteduh. ketika rintikan hujan makin melebat, Fira pun segera mengembangkan payungnya. Belum lama payung tersebut melindungi nya dari hujan, Caesar buru-buru merebutnya dengan pandangan yang mengarah ke kanan, dekat dengan pohon besar yang ramai sekali akan orang-orang.
"Hei! Ini payungku," pekik Fira, menahan kepergian payung nya. Caesar menoleh sebentar ke arah Fira. "Pinjam sebentar. Jangan pelit!" ujarnya, hingga terjadilah aksi tarik menarik payung.
"Caesar Ricardo!"
"Alfira Mesya! Kubilang pinjam sebentar. Kamu lihat, di sana ada Hilda yang sedang berteduh. Aku ingin memberinya pinjaman payung agar dia tidak sakit karena terkena hujan dan bisa pulang tanpa perlu basah," jelas Caesar, membuat Fira makin murka. Hah, ini payung nya! Kenapa ia harus meminjamkan payung nya untuk orang lain sedangkan dirinya benar-benar butuh benda ini?
"Enak saja! Akupun butuh payungnya― hei! Caesar Ricardo si**an!" Fira berteriak ketika payungnya sudah dibawa lari oleh Caesar. Tangan nya mengepal kuat ketika melihat dari kejauhan jika Caesar dengan ramahnya memberikan payung miliknya kepada Hilda. Dengan penuh rasa kesal, Fira segera pergi dari tempatnya, menembus hujan tanpa pelindung satupun. Caesar Ricardo benar-benar menyebalkan!
"Itu payungku, si**an! Lihat saja, akan aku adukan pada mama." Gadis itu menangis, hanya merasa sedih saja sampai-sampai air matanya keluar tanpa sadar. Fira tahu jika tidak ada yang akan melindunginya, karenanya ia bertekad untuk melindungi dirinya sendiri. Malam-malam begini, mana ada orang asing yang mau memberinya payung?
Fira berhenti menangis dan mendongak ketika sadar jika rintikan hujan tidak jatuh di puncak kepalanya lagi. Tak lama iapun menoleh dan mendapati Caesar di sebelah nya. "Kamu—”
"Payungnya aku pinjamkan pada Hilda. Nanti senin kukembalikan. Kamu, satu jaket denganku." Pria itu menoleh di akhir, membuat mereka berdua saling pandang selama beberapa saat sebelum Caesar memberi aba-aba untuk segera pergi dari tempat mereka berpijak sekarang.
***
"Augh, di mana kamu parkir mobilmu, b**doh!" Makinya, hendak memberikan pukulan pada kepala Caesar, tetapi tidak jadi. Si pria celingukan, berusaha mengingat di mana jaguarnya terparkir rapi. Kalau tidak salah, ia memarkirkannya di sebelah timur. Tapi... Tapi kenapa tidak ada?
"Aish diamlah! Aku lupa!" rutuk Caesar, menggaruk kepalanya. Lama mereka berdiri di bawah hujan, hingga akhirnya Caesar memutuskan untuk berteduh dulu di bawah pohon besar karena hujan semakin turun dengan lebat.
Dua anak manusia tersebut pun berdiri di bawah pohon besar dengan saling berjauh-jauhan. Fira mengembalikan jaket milik Caesar dengan cara melempar, lalu segera mengedarkan pandangannya ke arah lain seraya memeluk tubuhnya sendiri. Ahh, baju tebal jika sudah terkena air hujan nyatanya tidak akan berfungsi apa-apa.
"Kedinginan?"
"Iyalah, haah... kenapa kamu masih bertanya untuk sesuatu yang jawabannya sudah berada di depan mata?" jawabnya dengan kesal, lalu melirik sejenak. Dan setelahnya, Fira segera tersentak tatkala sadar jika Caesar sudah berada di sebelahnya, tidak lagi berada di ujung sana.
"Kenapa dekat-dekat sih.” Fira mendorong lengan Caesar agar tidak menempel pada lengannya. Namun, Caesar tetap saja tidak bergeming dan Fira hanya membuang-buang tenaganya saja.
"Lihat aku." Caesar menarik dagu Fira, memaksa si gadis untuk bertatapan dengannya.
"Apasih, jauhkan tangan kotormu dari daguku! Nanti jerawatan!" Fira memukul tangan Caesar beberapa kali sampai meninggalkan bekas merah di sana.
"Sudah jadi biru—“ Caesar mengusap bibir Fira dengan menggunakan ibu jarinya. Bibir si gadis sudah berubah warna, itu artinya Fira memang sedang kedinginan. Fira memutar bola matanya malas, lalu berdecih, "sok peduli, ewh. Jauhkan tang- mmphhh,"
Caesar me**up bibir kebiruan milik Fira, menyesapnya dengan pelan disertai dengan kedua mata yang tertutup. Digenggamnya tangan Fira yang sedari tadi memukul-mukul kepalanya, mendorong si gadis hingga punggungnya bertabrakan dengan batang pohon besar di belakangnya.
"mmphhh... haah... haah..." Fira memegang dadanya yang terasa sesak sebab kekurangan oksigen, "Baj**gan kamu, Caesar Ricardo! Kenapa kamu menciumku terus sih? Huaaaa, mama papa... pria ini melecehkanku." si gadis menangis seperti anak kecil. Sangat ketakutan karena Caesar terus-terusan melakukan skinship dengannya.
Caesar menurunkan dirinya sedikit, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Fira. "Lihat, sudah jadi sedikit merah," katanya santai, seolah tidak melakukan dosa sedikitpun pada Fira.
"Ah, aku baru ingat, mobilku kuparkir di sebelah Barat." ia berkata dengan wajah mengesalkan, membuat Fira berhenti menangis dan tercengang.
Dasar Ricardo si**an!
Bersambung ....
Heh, Caesar meresahkan 🥵
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
bhunshin
pikun membawa berkah 🤣🤣🤣🤣
2024-07-05
0