Fira memijit kepalanya yang terasa berdenyut nyeri. Jika sudah seperti ini, Fira yakin bahwa dirinya tengah diserang oleh banyak pikiran. la mendapat teguran dari kepala sekolah atas tingkah murid kelasnya yang nakal minta ampun, belum mengerjakan laporan bulanan, dan sekarang tengah direpotkan dengan masalah persiapan pernikahan. Memang, gedung dan segala fasilitasnya, orang tualah yang bantu menyiapkan. Namun, untuk urusan undangan, pakaian pengantin, serta cincin kawin, ia dan Caesar yang harus turun tangan sendiri.
"Belum pulang?" tegur Bunga, teman SMA-nya sekaligus rekan sesama guru di sekolah ini. Ia dan Bunga kadang saling curhat, tetapi untuk urusan pernikahan ini, Fira enggan menceritakannya. Ia terlalu malu, sebab di depan Bunga, ia pernah berbicara dengan lantang jika ia tak akan pernah mau menikah dengan Caesar Ricardo, walau nanti dunia akan musnah dan meninggalkan satu pria seperti dedemit sialan tersebut. Lebih baik ia menjadi perawan tua daripada harus bersatu dengan musuhnya sendiri.
"Sebentar lagi," sahutnya dengan senyuman tipis.
"Tidak mau pergi makan ayam? Hari ini bukankah gaji kita cair?" Bunga menggoda, pasalnya bulan ini adalah giliran Fira untuk mentraktir makan ayam yang letaknya tak jauh dari area sekolah.
"Lusa. Aku akan mentraktirmu ayam lusa. Hari ini sepertinya badanku kurang enak." Fira berbohong, dan ini bukan kebohongan pertamanya. Dulu, sewaktu masih sekolah, ia sering berbohong pada ibunya. Meminta uang lebih dengan alasan bayar uang buku ataupun dimintai sumbangan, padahal kenyataannya, uang lebih tersebut merupakan bagian dari uang patungan bersama teman untuk pergi ke karaoke guna menyanyikan lagu Oppa kesayangannya.
"Ah, sayang sekali. Semoga kamu cepat sembuh ya, Fira. Tuhan memberkatimu! Selamat tinggal." Bunga pamit karena tak terbiasa untuk memaksa.
Dan setelah temannya pergi meninggalkan ruang guru, Fira pun segera menghidupkan komputer di depannya, mengecek e-mail yang dikirimkan oleh jasa pencetak undangan.
"Untuk apa memilih jika kami hanya mengundang keluarga besar saja? Bukankah ini terkesan merepotkan dan justru menambah pekerjaan?" gerutunya, melihat desain-desain undangan yang dikirimkan oleh si penawar jasa. Lagi pula, semuanya terlihat sama di mata Fira. Baru kali inilah ada seseorang yang tidak tertarik dengan pernikahannya sendiri. Rasanya Fira ingin melemparkan semua ini pada Caesar, biarkan pria itu yang memilih.
Drrt... drrt...
Dari. DedemitSialanYangDilaknatOlehFira
Hei kotoran kucing! Bel pulang sudah berbunyi sejak tiga puluh menit yang lalu. Sengaja membuatku menunggu?
Rasanya Fira ingin membanting ponselnya detik itu juga. Segera, iapun mulai beranjak, meraih tasnya, lalu segera keluar dari ruang guru dengan langkah tergesa. Bolehkah ia giveaway kan calon suaminya sendiri? Tidak terbayang, pasti akun burung birunya akan ramai diperbincangkan dan mendapat banyak retweet serta like. Begitu mudahnya menjadi selebtwit.
BRAAK!
"Hei! Pelan-pelan!" kesal Caesar ketika mendapati Fira yang menutup pintu mobil dengan keras, membuat dentuman nyaringnya hampir merusak gendang telinga berharga milik Caesar. Sedangkan Fira hanya mengulang kekesalan Caesar dengan nada yang menjengkelkan, membuat si pria makin geram.
"Lalu perihal undangan, kamu memilih desain yang mana?" tanya Caesar setelah sepuluh menit mereka saling diam.
"Yang abu-abu."
"Apa? Abu-abu jelek itu? Tidak, tidak. Pokoknya aku tidan setuju jika undangan kita memiliki desain serta warna yang kampungan," tolak Caesar. Ya walau ia tahu, mencetak undangan dengan desain bagus pun tak ada gunanya. Teman-temannya tak akan ada yang datang karena pernikahan ini tertutup.
"Jika tidak setuju, kenapa menyuruhku untuk memilih?" tukas Fira, merasa jengkel dengan sifat Caesar. Jika ingin undangan yang bagus, ya pilih saja sendiri, yang sesuai dengan selera. Toh, Fira tidak akan pernah protes.
"Karena kamu perempuan! Biasanya perempuan memiliki selera yang bagus. Tapi sepertinya, itu tidak berlaku untukmu. Tch, jika tahu undangan yang dipilih desain dan warnanya kampungan seperti ini, lebih baik aku saja yang memilihnya—“
PLAK!
Bersamaan dengan tamparan yang Fira layangkan, kaki Caesar segera menginjak pedal rem. Pria itu terkejut ketika pipinya mendapatkan tamparan kuat dari Fira.
"Mulai sekarang, jangan libatkan aku untuk urusan persiapan pernikahan. Silakan urus semuanya sendiri, jika ujung-ujungnya pilihanku akan dihujat habis-habisan!" desisnya, lalu segera keluar dari dalam mobil Caesar. Belum menikah saja ia sudah sakit hati, apalagi jika nantinya mereka sudah mengikat janji kehidupan? Bisa-bisa Fira mati muda karena Caesar.
"Sana pergi, sialan!" pekik Fira seraya melayangkan tendangannya pada pintu mobil Caesar, memberikan sedikit lecet yang mampu membuat Caesar menjerit kesal dalam hati kala dia sadar. Dan setelahnya, tanpa membuka kaca jendela, mobil Caesar segera melaju kencang membelah lautan kendaraan yang memadati jalanan besar.
"Lebih baik aku pulang dengan taksi online daripada Ya Tuhan! Tasku! Hei, Ricardo sialan!"
Teriaknya, berlari kencang guna mengejar mobil Caesar yang kecepatannya sepuluh kali lebih deras daripada lajunya.
Ponsel dan dompetnya... semuanya ada di dalam tas!
"Tch, semoga perjalanan panjangmu menuju rumah terasa menyenangkan, nona kotoran kucing!" ujarnya sembari mengusap pipinya yang memerah akibat tamparan maut Fira.
Bersambung ....
Tiada hari tanpa berdebat 🥱
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
bhunshin
gak kebayang pusingnya mereka ribut mulu🤣🤣🤣🤣🤣
2024-07-05
0