thirteen

Fira menguap, lalu mulai meregangkan otot-otot tubuhnya. Mengumpati matahari yang cahayanya menembus masuk ke dalam matanya yang masih tertutup. Karena tak mampu kembali tidur, Fira pun segera mendudukkan dirinya di atas ranjang, lalu membuka matanya secara perlahan. Gadis itu kembali menguap, dan mulai mengucek matanya pelan-pelan. Sekarang ini, dirinya sedang berada dalam tahap mengumpulkan kesadaran.

Butuh waktu beberapa detik sampai akhirnya Fira berjingkrat dan memekik kaget saat melihat poster oppa-oppa nya berubah menjadi gadis-gadis cantik dengan pakaian imut. "Ehh... kenapa oppa ku bisa berubah dalam semalam?" kagetnya, menutup mulutnya dengan telapak tangan. Dan ketika ia mulai menghitung anggotanya satu persatu, seketika dirinya sadar jika yang berada dalam poster tersebut bukanlah gadis jadi-jadian.

"Oh Tuhan, kukira ku berubah menjadi oppa gadis cantik. Ternyata poster DARK, DARK PAIN?" Fira beranjak dari kasur, meneliti seluruh penjuru kamar dan tersadar jika ini bukanlah kamar berantakan miliknya. Fira kembali membekap mulutnya ketika melihat pigura Caesar di atas nakas dekat ranjang.

"Aku... kenapa bisa di sini? Ya Tuhan, astaga!" Paniknya, lalu kembali memekik ketika melihat pakaian yang sekarang tengah ia kenakan. Pakaian compang-camping yang ia tahu adalah milik Caesar. Beberapa kali gadis itu melihat Caesar mengenakannya ketika tengah mencuci mobil kesayangannya.

Fira mulai menjelajahi setiap kamar Caesar, mencari keberadaan kemejanya. Dan akhirnya menemukan kemeja kesayangannya di dalam keranjang pakaian kotor di dekat kamar mandi. "Ouch astaga, apa semalam aku muntah? ewh...," gidiknya, lalu mulai menggulung kemejanya asal dan pergi meninggalkan kamar rapi milik Caesar.

la berjalan mengendap-endap, melihat sekeliling dan bernapas lega ketika tidak melihat keberadaan Caesar di manapun. Langkanya terhenti secara tiba-tiba ketika indera penglihatan dan penciumannya bekerja sama. Aroma roti panggang dengan selai coklat menusuk hidungnya, membuat Fira memutar arah dan berjalan diam-diam ke arah dapur.

"Ouch, panas panas," pekiknya, meletakkan kembali roti tersebut di atas piring. Hingga akhirnya dengan tidak sabaran, ia mulai mengambil roti panggang tersebut, lalu mulai berjalan pergi.

"Oh Caesar Ricardo— aish rotiku," rengek Fira ketika melihat rotinya yang terjatuh di depan teras rumah akibat terkejut melihat sosok Caesar yang sepertinya baru selesai berolahraga di pagi hari. Ia menggeram sesaat, lalu segera mengambil kembali rotinya yang terjatuh, meniupnya, berharap agar debu-debunya hilang. Baru saja Fira hendak menggigit rotinya, mempatenkan makanan tersebut agar tidak direbut paksa oleh Caesar, tiba-tiba saja selembar roti panggang tersebut langsung dirampas paksa oleh Caesar, sukses membuat gigi Fira terasa ngilu karena hanya menggigit udara.

"Dasar jorok! Ini sudah kotor. Masuk, biar kubuatkan yang baru," ajaknya. Melihat Fira yang tidak kunjung bergeming, mau tak mau, Caesar pun segera menarik lengan Fira, menyeret gadis itu masuk ke dalam rumah.

Fira duduk di kursi makan, memperhatikan bagaimana telatennya Caesar membuat roti panggang. Dan tak berapa lama setelahnya, selembar roti panggang dan segelas susu murni tersedia di hadapan Fira.

"Kamu pernah pacaran ya saat kuliah ...." Caesar buka suara, membuat Fira menyemburkan susu yang baru saja ia minum. Matanya membelalak, bagaimana pria di depannya bisa tahu.

"Siapa namanya ya... eum... ah! Mito."

"Miko, bodoh! Mito, Mito, emangnya merek HP!"

"Ah... benar Miko-"

Fira seketika tersadar jika ia sudah membeberkan rahasianya pada Caesar, tentang dirinya yang berpacaran dengan Miko saat kuliah. Membuatnya kelabakan untuk mencari sebuah kebohongan. "A-ah, lagipula aku dan dia tidak pacaran lama. Hanya... hanya tiga hari," bohongnya. Padahal ia dan Miko pacaran selama tiga tahun, putus ketika tengah disibukkan dengan pengajuan judul skripsi.

"Ah, biasanya orang pacaran pasti melakukan sesuatu yang menyenangkan, kan?" tanyanya, bangkit dari kursi, entah hendak ke mana.

Seakan sadar, Fira pun segera menyahut "O-oh tentu tidak. Kami tidak pernah melakukan apa pun." Lalu tertawa hambar, takut-takut jika apa yang telah ia lakukan dengan Miko bisa ditebak dengan mudah oleh pria di depannya.

"Bohong." Fira terkejut ketika mendengar bisikan Caesar. Entah sejak kapan pria itu sudah berada di belakangnya.

"Apanya yang bohong! Aku jujur! Alfira Mesya mana pernah berbohong―"

Pria itu mengeluarkan senyum tipisnya, lalu segera meraih dagu Fira, mengecup birai ranum milik si gadis yang dua hari lalu sudah pernah ia cicipi. "Kamu melakukan ini, iya kan?" tanyanya, menyeringai tipis.

"Alfira Mesya, aku akan mengadukan perbuatanmu ke calon Mama dan Papa mertua—"

"JANGAN!" teriaknya, tidak mau sampai kedua orang tuanya tahu akan hal menjijikan itu. Namun sayangnya terlambat, Caesar sudah keburu menarik tangannya dan melesat pergi untuk menyambangi rumah Fira yang berada di seberang.

"Caesar Ricardo!" panggil Fira, mulai mengejar pria yang telah menjatuhkan harga dirinya. Fira berlari sembari menghapus air matanya, sekuat tenaga berusaha melebarkan langkahnya agar si pria dapat tersusul.

Hingga salah satu mobil kuno membunyikan klaksonnya. Terdengar suara jeritan kakek-kakek yang menyuruh Fira untuk segera minggir sebelum tertabrak. Gadis itu tidak bisa memikirkan apa pun, kakinya seolah sengaja ia pakukan ke aspal. Biarkan saja si kakek menabraknya. Toh orang tuanya akan menyalahkan dirinya karena ceroboh dan tidak bisa menyeberang jalanan sempit dan sepi dengan baik.

Sampai akhirnya, rambut panjangnya mulai terkibas ketika tangan kekar tersebut menariknya, membawanya ke dalam dekapan hangat yang penuh akan ketakutan.

"Aku menjagamu dengan baik, selalu menarikmu dari para lelaki. Tapi kenapa kamu tidak bisa menjaga diri dengan baik ketika menempuh pendidikan, Alfira?" bisik Caesar.

"Lalu, biar kutanya.... apa urusanmu, Sar?"

"Orang tuamu menitipkanmu padaku, kamu juga tahu itu," ungkapnya.

"Aku... aku melakukannya karena cinta. Dan Caesar Ricardo... kumohon jangan katakan itu pada kedua orang tuaku. Ayahku punya penyakit jantung, aku tidak ingin melihat sakitnya kambuh karenaku. Yaa... Caesar, ya?" la mendongak, menatap Caesar yang jauh lebih tinggi darinya.

Caesar menghela napasnya, “Kamu berhutang padaku, nona kotoran kucing."

Bersambung ....

Maaf

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!