Four

Fira menguap, melakukan peregangan setelah bangun tidur di atas kasur empuknya. Terlalu malas untuk beranjak dari ranjang karena hari ini adalah hari libur yang sangat ia tunggu-tunggu, yang hanya datang seminggu dua kali. Karena profesinya, terkadang, ia tidak bisa menikmati hari liburnya. Dan hari ini, mumpung ia diberi kesempatan untuk menikmati nyamannya hari libur, ia memilih untuk kembali memejamkan matanya, kembali masuk ke dunia mimpi yang penuh akan romantisme.

Posisi tubuhnya segera ia rubah, hendak mencari spot yang nyaman untuk kembali membuai diri dalam keempukan kasur yang sudah menemaninya sejak masih SMA. Dan tak berapa lama setelahnya, ia segera memekik, tatkala indera penciumannya menangkap aroma tak sedap dari bantal kepala yang tengah ia gunakan. "Aish, Ya Tuhan!" kesalnya, mengusap sudut bibirnya yang basah dengan punggung tangan.

Dengan segala kecerobohannya, semalam, sebelum tidur, ia lupa menyikat giginya. karena kelelahan, tanpa berganti pakaian, ia langsung menjatuhkan diri di atas kasur, dan tak lama setelahnya, ia sudah tertidur lelap. Oh ayolah, mari melihat pada nyatanya kehidupan. Ck, setelah ini ia pasti akan mendengar omelan dari ibu tercinta.

Alfira Mesya! Usiamu sudah dua puluh lima tahun, dan lihatlah! Tidur saja masih ngiler! Pantas hilal jodohmu belum kelihatan sampai sekarang! Mana ada yang mau menikahi gadis jorok sepertimu!

Selalu seperti itu, dan Fira yakin. Gadis itu beranjak dari posisi baringnya, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, lalu segera melepas sarung bantal kepala yang terkena ilerannya.

Setidaknya, jika tidak ingin dimarahi, ia harus segera meletakkan sarung bantal ini ke dalam mesin, lalu mencucinya sendiri agar ibunya tidak melihat tanda ileran yang membekas sempurna pada sarungnya. Alfira Mesya tidak mau hari liburnya yang berharga menjadi hari di mana ia mendengar siraman rohani dari ibunya. Tahu sendiri jika seorang ibu meluapkan kekesalannya, bisa-bisa merembet ke mana-mana, seperti kobaran api yang melahap segalanya. Belum lagi Fira sadar jika selama ini ia hidup sebagai pribadi yang pemalas, tidak pernah membantu orang tua. Harus dicubit dulu baru Fira akan bergerak untuk beres-beres rumah.

"Sedang ada tamu?" Fira mengucek matanya, sedangkan satu tangannya sudah terulur untuk menekan kenop pintu. Ah, dirinya paling malas untuk keluar kamar jika orang tuanya sedang menerima tamu. Sejak dulu, ia selalu bersembunyi di kamar jika teman ayah atau ibunya datang berkunjung. Paling malas jika harus menjawab pertanyaan dari teman-teman orang tuanya, yang baginya terkesan sangat tidak penting. Paling ditanya; wah, Fira peringkat berapa di kelas? Jika Fira menjawab, mungkin kedua orang tuanya akan menunduk malu. Sebab Fira menduduki peringkat dua dari belakang. Sungguh miris jika mengingat kebodohan Fira saat masa sekolah.

Dan sekarang, pertanyaannya pasti beda lagi. Tahu sendiri 'kan, apa yang akan ditanyai pada seorang gadis berusia dua puluh lima tahun? Kapan menikah? Ya Tuhan, Fira terlalu miris ketika mendengarnya. Terakhir kali ia pacaran saat masa-masa kuliah, dengan teman satu angkatan, tetapi berbeda program studi. Dan setelah itu, tidak ada lagi pria-pria yang mendekati Fira guna melakukan pendekatan. Sialan memang, si mantan pasti sudah menyebarkan gosip yang tidak-tidak.

Fira melihat sarung bantalnya kembali, yang sekarang tengah bertengger manis pada pundak kanannya. Ia menghela napas, lalu segera membuka pintu kamar dan keluar dari sarangnya. Setelah pintu terbuka, suara cengkrama di ruang tamu lantai dasar semakin terdengar jelas. Entah apa yang mereka perbincangkan, tetapi Fira mendengar kata-kata menikah disela-sela pembicaraan.

Tiba-tiba langkah Fira terhenti, tidak jadi menuruni anak tangga. Pikirannya mulai terbang entah ke mana, bagaimana jika orang tuanya berniat menjodohkan dirinya? Tidak, tidak! Fira benci dengan yang namanya perjodohan. Ia terlalu sering menonton sinema menyedihkan di televisi, tentang cinta yang tak akan pernah datang ketika mereka menikah karena perjodohan.

"Bagaimana jika Mama dan Papa berniat menjodohkanku dengan anak temannya? Oh tidak, tidak. Aku tidak mau membuang masa dan usiaku hanya untuk melayani orang yang tidak kucintai. Cih, lihat saja! Akan kutolak dia mentah-mentah!" Fira bertekad, lalu segera menuruni anak tangga dengan cepat. Jika yang tengah ia asumsikan adalah benar adanya, maka tak tanggung-tanggung, Fira akan langsung menolak. Jika bisa, dirinya akan pura-pura kesurupan hantu gereja yang mengikutinya karena ia jarang sekali beribadah.

"Ma-" langkah Fira melambat ketika melihat siapa tamu yang datang berkunjung di pagi hari yang cerah ini. Ia tersenyum singkat, lalu bernapas lega. Hanya tetangga depan, tak jadi menyemburkan penolakan absurdnya. Sudah biasa jika orang tuanya dengan orang tua si dedemit Caesar saling berkunjung ke rumah guna mengobrol santai. Namun, yang menjadi tidak biasa adalah... kenapa si dedemit harus ikut juga?

Caesar membuang wajahnya, memasang ekspresi ingin muntah ketika melihat Fira. Pria itu merinding, Fira jelaslah bukan manusia normal. Lihat saja, betapa percaya dirinya dia memperlihatkan bekas ilerannya yang sudah mengeras pada sudut bibir. Oh Tuhan, rasanya Caesar ingin membanting meja yang ada di hadapannya. Bagaimana bisa ia menyerahkan kehidupannya pada seorang gadis yang sama sekali tidak becus mengurus dirinya sendiri?

"Fira! Sana ke belakang! Basuh wajahmu dulu. Aish, anak ini memang tidak tahu malu!" geram sang ibunda, menatap Fira dengan tajam. Sedangkan yang ditatap tidak mengerti dengan apa yang menjadi masalah, sampai ia harus disuruh ke belakang untuk membasuh wajah.

"Kenapa sih, Ma? Pagi-pagi sudah sewot dengan anak sendiri," tanya Fira pelan, kan dirinya merasa tidak enak jika harus dijelek-jelekkan oleh orang tua sendiri di depan tamu. Memang ya, ibunya ini hobi sekali menjelekkan dirinya.

"Bersihkan dulu ilermu!" Sang ibu menggeram, membuat Fira sadar dan segera mengusap sudut bibirnya, membuat kerak-kerak air liurnya mengelupas. Ah sial! Kenapa ia harus berpenampilan seperti ini di depan orang tuanya Caesar? Seketika, wajahnya memerah, dan tak menunggu lama, ia segera pamit ke belakang untuk mencuci wajahnya. ****, mau diletakkan di mana wajahnya setelah ini?

Fira tahu, tatapan ibunya beberapa saat yang lalu seolah memberi kode agar Fira ikut duduk di ruang tamu bersama dengan mereka setelah selesai membasuh wajah. Karena takut tidak diberi makan oleh ibunya, mau tak mau, setelah dari kamar mandi, iapun bergegas kembali ke ruang tamu.

Bersambung ....

Wkwkwk, siapa yang tidak malu kalau kepergok ngiler? Fira, Fira, Fira.

Terpopuler

Comments

Juno

Juno

Fira ampun dah..dah 25 thn masa y ga ngerti baru bangun tidur main langsung keluar aj sih

2022-10-21

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!