Seperti yang ibunya katakan, di depan sana, terlihat Caesar yang sedang memanasi mesin mobilnya. Pria itu terlihat santai, seolah tidak ada beban. Padahal sebentar lagi bel masuk sudah berbunyi. Fira segera mengalihkan pandangannya saat Caesar tak sengaja menoleh ke arahnya. Gadis itu segera membuka garasi guna mengeluarkan sepeda butut yang ayahnya maksud. Jangan remehkan kemampuan telinga Fira! Sekecil apa pun suara, telinga gadis itu dapat menangkapnya. Buktinya, ia langsung melirik kearah Caesar dengan tajam tatkala suara tertawaan terdengar.
"Wah, mengejekku, hah? Mau kutimpuk pakai sepatu?" kesal Fira seraya mengarahkan telunjuknya langsung ke wajah Caesar. Pria itu tidak takut, tertawaannya tidak berhenti, hanya dikecilkan volumenya saja. Siapa coba yang takut dengan gadis manja seperti Fira? Semut pun sepertinya akan ikut tertawa dan tidak lari terbirit saat melihat gadis itu.
"Hei, kotoran kucing, masih zaman pergi bekerja naik sepeda?" ejek Caesar, sengaja berpose ala-ala model di depan mobilnya, agar memicu rasa iri dengki si gadis emosian yang pernah menonjok wajahnya kala mereka masih mengenakan seragam. Suasana hati yang sudah hancur kini makin bertambah hancur, Fira emosi.
"Apa urusanmu? Ya bagus aku pergi naik sepeda! Daripada kamu? Naik mobil yang cicilannya belum lunas!" Fira memelet ekspresi wajahnya membuat emosi Caesar bangkit. Lagi pula apa salahnya membeli sesuatu secara kredit? Yang penting mampu membayar perbulannya. Caesar paling benci diremehkan, apalagi yang meremehkannya adalah gadis tengil semacam Alfira Mesya.
"Hei! Asal kamu tahu, bulan depan cicilan mobilku lunas!" pekik Caesar, tetapi Fira tidak menggubris. Gadis itu tetap memandang rendah si pria. Sementara Caesar di depan sana masih sibuk mengomeli dan menyerukan ejekan-ejekan yang sudah sering dikeluarkan sejak dulu, Fira buru-buru segera menaiki sepedanya. Meladeni Caesar sama seperti meladeni orang kurang waras. Tidak akan berhenti sebelum Fira mengalah duluan untuk menghentikan perdebatan.
Tapi, baru saja sepeda Fira keluar melewati pagar rumah, tiba-tiba saja rantainya lepas, membuat Fira hampir kehilangan keseimbangan karena itu. Lantas, yang pertama kali telinganya dengar adalah tertawaan Caesar yang menyiratkan sebuah kepuasan. Sedangkan wajah Fira sudah mulai memerah karena tak bisa lagi menahan malunya.
Rasanya Fira ingin menangis. Ia tidak ingin mendapat surat teguran dari kepala sekolah untuk yang kedua kalinya. Sudah cukup semua guru menggosipinya sejak surat teguran pertama keluar. Jika ia memilih untuk naik bus, maka akan memakan waktu yang lama, sebab bus tidak datang lima menit sekali. Membenarkan rantai sepedanya pun butuh waktu juga, belum lagi gerakan ayahnya yang super lelet karena faktor umur. Diam-diam, Fira melirik Caesar yang kini mulai memasuki mobilnya. Tidak ada pilihan lain, lebih baik ia menurunkan gengsinya dan meminta tumpangan dari Caesar.
Tak ingin kehilangan kesempatan, Fira pun segera berlari menuju mobil Caesar. Mengetuk jendelanya dengan kencang selama beberapa kali sembari mempersiapkan kata-kata. Caesar yang memperhatikan tingkah Fira dari balik mobil pun tersenyum, dan kemudian segera menurunkan kaca mobilnya.
"Kenapa? Mau menimpuk kepalaku dengan sepatu tajammu?" tanya Caesar, hanya dibalas Fira dengan decihan.
"Boleh aku menumpang?" tanyanya, tanpa basa-basi.
"Oh, Tuan putri ingin menumpang? Tentu saja boleh, tapi-"
"Tapi apa? Kamu gila, ya? Masa memberi tumpangan harus ada syaratnya?" sentak Fira, sukses membuat telinga Caesar berdenging karenanya.
"Minta maaflah padaku dan akui ketampananku." Caesar tersenyum narsis, membuat Fira rasanya ingin mencengkeram seluruh wajah Caesar, lalu meremasnya seperti adonan roti.
Dan apa tadi kata Caesar? Minta maaf? Hah, selama beberapa tahun mereka mengibarkan bendera perang, Fira sudah bersumpah untuk tidak menjadi orang pertama yang mengeluarkan kata maaf. Lagi, memuji ketampanannya? Biar Fira tanya, sejak kapan ketampanan Caesar diakui? Jika disandingkan dengan oppa-oppanya, wajah Caesar tidaklah ada apa-apanya.
"Tidak akan pernah! Tch, memangnya salahku apa sampai harus minta maaf? Dan... Hah! Tampan? Dilihat dari ujung sedotanpun, simpanse lebih tampan daripada dirimu! Dasar pria sok narsis, cih," serang Fira, cukup sukses membuat amarah Caesar naik. Tapi pria itu tetap dapat mengontrol emosinya. Tidak baik pagi-pagi mengoceh tak jelas hanya karena tersulut api emosi.
"Tidak mau? Yasudah. Selamat menunggu surat cinta dari kepala sekolah." Caesar tersenyum, lalu melanjutkan. "Minggir, aku mau jalan!"
Melihat itu, Fira menutup kedua matanya dengan napas yang memburu. Tak berapa lama, kedua kelopaknya terbuka, katupan birainya pun ikut membuka. "Oke. Baiklah. Caesar Ricardo yang tampan, aku minta maaf jika selama ini aku banyak menyakiti hatimu. Jadi, sekarang.... bolehkah aku menumpang?" katanya dengan penuh penekanan. Sangat ketahuan tidak ikhlasnya. Namun tak apa, Caesar puas.
"Terima kasih pujiannya. Tapi maaf, mobilku tidak menerima kotoran kucing masuk." Si pria tersenyum sinis, sukses membuat Fira tercengang. Sialan! Caesar Ricardo mempermainkannya!
"Dasar dedemit sialan! Lihat saja di sekolah nanti!" teriak Fira setelah mobil Caesar meninggalkan pekarangan rumah, memecah keheningan di pagi hari yang tenang.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments