Twelve

Setelah mengganti piyama kotornya dengan kaus oblong putih tanpa lengan, Caesar memutuskan untuk melesat naik ke atas ranjangnya. Ia sempat berhenti sejenak, melirik ke arah Fira yang sekarang tengah tertidur dengan damai. Ahh, lihatlah, betapa menyebalkannya wajah Fira yang sebentar lagi akan selalu ia lihat setiap harinya.

Saat ia hendak menjatuhkan dirinya di atas tumpukan kapuk empuk, tiba-tiba saja hidungnya mencium aroma yang tidak sedap sehingga refleks ia menjepit hidungnya dengan jari tangannya. Diliriknya Fira sekilas, dan Oh Tuhan... Caesar lupa jika kemeja Fira juga terkena cipratan muntahan gadis itu sendiri. Aish, gadis ini benar-benar sangat merepotkan. Dan lagi pula, kenapa dia bisa nyasar ke sini? Jelas sekali jika tipe dan warna rumah mereka berbeda, patutlah Fira tidak bisa membedakannya dikala alkohol telah mengambil kesadaran.

Pria itupun tak jadi menikmati kenikmatan ranjangnya, memilih untuk melangkahkan tungkai ke arah lemari kayu miliknya yang berada di sudut kanan kamar, dekat dengan meja kerjanya. Dibukanya lemari dua pintu kepunyaannya, hadiah ulang tahun dari sang ayah ketika ia menginjakkan usia ke tujuh belas, lalu mulai mencari kaos bekas untuk disematkan ke tubuh Fira.

Ck, Caesar tidak akan pernah merelakan kaos bagusnya dipakai oleh gadis jorok seperti Fira. Masih terbayang jelas bagaimana berantakannya kamar gadis yang tubuhnya menguarkan aroma alkohol ini. Membuat Caesar bergidik, tak mampu membayangkan apa yang akan terjadi dengan mereka jika pernikahan itu terjadi.

Tidak segan-segan Caesar pun melucuti kemeja yang tengah Fira kenakan. la meyakinkan dirinya sendiri jika tidak akan tergoda dengan tubuh sedatar tripleks milik Fira. Lagi pula, birahinya tidak akan naik hanya karena perawakan Fira yang tak menarik sama sekali. Ia menertawakan si gadis, mengejeknya. Dan ketika kemejanya sudah tertanggalkan, Caesar terdiam sejenak.

Baiklah, sekarang ia menertawakan dirinya sendiri. Lihatlah bagaimana baiknya Fira menyembunyikan d**anya yang terlihat lumayan di balik pakaian yang selalu dikenakannya. Tidak besar, tetapi tidak terlalu kecil juga. Jika diterka-terka, sepertinya sangat pas dengan tangan besar Caesar. Mendapati apa yang tengah ia pikirkan sekarang, Caesar pun segera menggelengkan kepalanya, menyingkirkan pikiran kotornya. Ya... namanya juga lelaki normal, pasti akan memikirkan hal tersebut saat disodori oleh pemandangan indah seperti sekarang.

Setelahnya, Caesar mulai memasangkan kaos kebesaran yang sudah banyak tampalan di tubuh Fira. Ini kaosnya dari SMA, yang ia beli hasil dari uang jajan yang ia tabung setiap harinya. Terlalu enggan untuk membuangnya, lebih baik ditampal dengan kain bekas apa pun untuk menutupi lubang pada kaos berharganya. Jujur, selain enak dipakai, kaosnya ini mempunyai banyak kenangan.

Caesar mengusap setitik peluh yang berada pada dahinya. Gadis ini berulah ketika Caesar memasangkan kaosnya. Bergerak ke sana kemari, membuat Caesar kesulitan, butuh waktu lama untuk menyematkan pakaian di tubuh si gadis. Menyebalkan memang, akan lebih baik jika ia meletakkan Fira diluar. Toh, tidak akan ada yang tahu jika Caesar lah yang meletakkannya di teras rumah. Namun, mengingat jika Fira sangat takut dengan anjing, yang di mana kompleks ini banyak berkeliaran anjing liar ketika bulan menampakkan diri, Caesar jadi mengurungkan niatnya untuk meletakkan Fira di teras rumah.

Si pria mulai berjalan naik ke atas ranjang, merebahkan tubuhnya sesaat lalu segera menarik selimut sebatas dadanya. Ia sudah mencoba untuk terlelap dalam posisi telentang, tetapi sayangnya, sudah dua puluh menit berlalu mimpi belumlah menjemputnya. Tak lama setelahnya, Caesar mulai memiringkan tubuhnya ke sebelah kanan, berharap jika dirinya akan cepat terlelap. Dan sayangnya lagi, tiga puluh menit bertahan pada posisi itu, ia masih juga belum mendapat panggilan hangat dari alam bawah sadarnya.

"Hufftt ...." Caesar menghela napasnya, dan kemudian segera berbalik arah, memiringkan tubuhnya ke arah kiri dengan pemandangan seorang Alfira Mesya yang tengah tertidur pulas layaknya bayi tanpa dosa. Caesar berdecak, meratapi nasib sialnya karena harus tidur seranjang dengan si gadis yang selalu melayangkan kalimat kasar padanya. Bisa-bisanya Tuhan menciptakan seorang gadis bermulut kasar seperti Fira.

Huh, memang ya, Tuhan itu tidak pernah menciptakan manusia dengan sifat yang sama. Akan sangat monoton jika Tuhan hanya menciptakan orang-orang baik saja. Dunia tidak akan semenarik ini tanpa orang-orang jahat, benar?

Tak kunjung bisa melelapkan diri, akhirnya Caesar pun menyerah dan memilih untuk melihat wajah Fira sampai rasa kantuk mulai menyerang. Disentuhnya luka pada pelipis Fira. Masih ingat jelas jika luka itu ialah yang menyebabkannya. Karena hal sepele, hanya memperebutkan sebuah mainan pedang-pedangan yang dipinjami oleh kakak lelakinya Fira. Melihat Fira yang tidak mau mengalah dan memberinya pinjaman, Caesar pun segera merebut paksa pedang tersebut, lalu mulai melukai pelipis Fira dengan ujungnya yang lumayan lancip. Karena desain pedangnya yang tidak sempurna maklum barang murah, pelipis Fira berhasil terluka. Dan sampai usianya menginjak dua puluh lima tahun, bekasnya masih terpatri sampai sekarang, walau sudah memburam- sedikit.

Pria itu terdiam ketika melihat kedua kelopak mata Fira terbuka pelan. Ia segera menarik tangannya dari pelipis Fira, lalu berdehem sejenak. Lama mereka berdua saling menatap satu sama lain, sampai akhirnya Fira mulai berceletuk. "Ahh, bahkan di mimpiku saja kamu masih menampakkan diri dedemit bajingan," umpatnya, membuat Caesar merasa kesal karena panggilan dedemit yang Fira berikan untuk pria setampan dirinya.

Yang benar saja Fira memberinya nama mengerikan seperti itu! Sewaktu SMA ia mendapat julukan sang Pangeran kelas sebab selalu menaklukkan hati para gadis di SMA sebelah, yang sekolahnya masih satu gendung dan hanya dibatasi oleh lorong masuk. Sewaktu menempuh pendidikan di Universitas, ia mendapat julukan si Pria emas, karena Caesar bisa melakukan apa saja dan tidak takut akan hal apa pun. Dirinya juga pintar dan dikenal oleh para dosen karena kapasitas otaknya. Dan di tempat kerjanya yang sekarang, ia bahkan mendapat julukan Guru Tampan, yang diberikan oleh para guru muda serta siswi yang tergila-gila dengannya.

Dan gadis ini... dedemit... Ya Tuhan! Kenapa Caesar harus disatukan dengan seorang gadis yang tidak ia sukai kehadirannya? Apasih yang Tuhan rencanakan sekarang?

Tiba-tiba bibir Fira mencebik, lalu mulai memukul dada si pria dengan pelan. "Jahat," tuturnya dengan sedih, seolah akan menangis ketika kata tersebut berhasil lolos dari birainya.

"Kamu yang jahat, augh ...." Caesar melayangkan tangan kanannya, berniat untuk menggetok kepala Fira. Namun, ia tak jadi melakukannya karena gadis ini sedang tidak sadar melantur.

"Kamu selalu saja mengataiku sebagai gadis yang tidak punya body dan be**ada rata. Aku terluka karena kamu mengatai fisikku. Karenamu aku harus rela pergi ke gym setiap hari sabtu agar tubuhku berbentuk dan minum susu kedelai agar dadaku bisa menjadi sedikit lebih besar—”

Fira meraih tangan Caesar, lalu mengarahkan telapak tangan lebar tersebut ke arah dadanya, membuat mata Caesar melebar sempurna karena benda kenyal yang sekarang berada dalam genggamannya. “Lihat! Ini tidak datar, bodoh! Ada gundukannya!" ujar si gadis, dan setelah kalimat tersebut selesai di lontarkan, Caesar segera menarik tangannya dari dada Fira. Tiba-tiba hawa di sekitar menjadi terasa lebih panas dari biasanya.

"Gila," umpat Caesar, lalu segera membalikkan lubunnya ke arah kanan.

"Padahal Miko menyukainya ...." Mendengar nama orang asing yang ia yakini adalah pria disebutkan, Caesar pun segera membalikkan dirinya lagi. Terlihat jika sekarang Fira sudah menutup kelopak matanya rapat. "Miko?" tanyanya, penasaran. Siapa Miko?

"Dia menyukai apa?" Caesar bertanya lagi, dan tak disangka jika Fira akan menjawab pertanyaannya.

"Semuanya." ungkapnya jujur. Ia tidak mengada-ada, Mikolah yang mengatakan itu padanya ketika Fira bertanya, apa yang Miko sukai darinya. Sedangkan diluar sana, pria setampan Miko banyak yang menolaknya karena fisiknya tidak menarik. Ya meskipun ada juga yang menerimanya karena wajah cantiknya, bukan karena bentuk tubuh.

"Pacarmu?"

"Saat masih di Universitas."

Dari jawaban Fira, dapat Caesar simpulkan jika pria yang bernama Miko tersebut statusnya sekarang adalah mantan, karena setahu Caesar, sampai sekarang tidak ada satu lelakipun yang mendekati Fira.

"Apa yang pernah dia lakukan padamu saat masih pacaran dulu?“

"F*******y."

"Ah benar, f********y."

Mendengar penuturan Fira yang kelewat jujur, ada rasa sesak yang menghampiri dada Caesar. Sedari kecil ia sudah diamanahkan oleh orang tua Fira untuk menjaga gadis ini. Namun, lihatlah apa yang telah terjadi ketika mereka tidak menempuh pendidikan di universitas yang sama. Fira menghilang dari pengawasannya, berpacaran dengan pria yang berani macam-macam dengan gadis yang telah ia jaga.

"Aku menjagamu mati-matian, Fira. Tapi kenapa kamu memberikan pria asing sebuah akses untuk menjelajahi setiap inchi tubuhmu?"

"Karena aku mencintainya―"

Bersambung ....

Caesar, tercengang?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!