" Ya, tidak masalah juga kalian punya hubungan khusus,karna tidak ada peraturan kepegawaian C3 yang melarang karyawannya untuk saling dekat,asal tujuan kedekatannya tidak merugikan perusahaan kita."Timpal Sinta yang membuat keduanya tertunduk dengan fikiran masing- masing.
" Ya, yang penting bukan untuk korupsi, baik korupsi waktu maupun aset, ya kan nyonya." tambah bang Johan setelah melihat Benodan Neni saling diam.
" Mhem...Kalau korupsi kayaknya mereka ngak bakalan dech pak Jo, soalnya keduanya sama- sama orang jujur." Sahut Sinta agar kedua orang kepercayaannya itu tersenyum kembali.
" Tentu nyonya, kami takkan berani mengambil yang bukan Hak kami, apalagi nyonya muda menggaji kami dengan gaji yang lebih dari pantas." Balas Neni seraya mencuri pandang pada Beno. Sedang Beno hanya diam dengan wajah menunduk, bagaimanapun hatinya sedikit tergores kala tersadar orang yang ia cintai saat ini sedang berusaha menyodorkan gadis lain dalam hidupnya.Itu tidak akan mudah.
" Kalau orang pacaran sekantor itu yang susah dihindari korupsi waktunya nyonya muda." Ucap Jono yang sepertinya belum puas mengganggu kedunya.
" Kalau kadarnya masih wajar kita maklumi aja pak, yang penting kerjanya makin semangat."Balas Sinta tersenyum smirk.
" Aku pasti selalu semangat kerja terus demi dirimu nyonya Sinta, bukan untuk Neni." Balas Beno, tapi itu semua cukup terucap dihatinya saja.
" Aku tahu Beno, itulah makanya akumencoba mendekatkanmu dengan Neni, semoga Nenni dapat mengasah hatimu untuk menerima cintanya, karna aku tak mau pria baik dan tampan sepertimu sampai memutuskan untuk hidup sendiri selamanya." Sekarang Sinta yang bermonolog, ia tahu Beno menyukainya sejak pertama pria itu bekarja padanya, itu Sinta rasakan dari perhatian besar yang kadang tanpa sadar pria itu tunjukkan, bahkan kadang Beno suka kelimpungan sendiri saat bekerja sama dengannya saking grogi.Sinta ingin hal ini berangsur berubah sedikit- demi sedikit dengan adanya Neni diantara mereka, sebab itu juga ia mengambil gadis manis nan agresif ini menjadi sekretaris.
Selang beberapa menit sampailah mobil mereka dipelataran parkir restouran yang dituju.Tanpa diminta Beno bergegas membuka selbet dan turun untuk membukakan pintu untuk nyonya Sinta.
Sedang Neni hanya tersenyum saja menyaksikan itu, selain sudah semestinya begitu, ini juga merupakan kali pertama bagi Beno satu mobil dengan bos sekaligus pujaan hatinya itu, walau selama ini mereka selalu pergi bersama untuk urusan pekerjaan, tapi untuk kendaraan beroda empat inilah baru Sinta mau barengan dengan Beno.
" Silahkan nyonya Sinta." Ucap Beno begitu pintu dibukakan.
Sinta menilik Neni dengan ekor matanya, melihat wanita manis itu tersenyum, iapun mengangguk pada Beno." Aku bisa turunkan sendiri Ben, bisa minta tolong kau bantu bukakan selbet Neni, karna selama ini ia selalu repot sendiri, aku yang selalu bantu bukain, bukan begitu bang Jo.?" Ujar Sinta.
" E...eh Iya, mbak Neni memang rada aneh, bisa dengan mudah melakukan apapun kecuali membuka selbet sendiri." Sahut Jono sang sopir yang mengerti makna kedipan nyonya mudanya.
" Ya Tuhan...Susahnya mencintai pria yang menyukai wanita yang lain yang lebih istimewa." Keluh hati Neni melihat Beno melakukan apa yang diperintahkan oleh Sinta tanpa memandang Neni sedikitpun.
" Lainkali hal mudah begini jangan sampai ngak bisa, kalau ngak bisa juga minta bukain sama bang Johan saja, jangan pada nyonya Sinta." Ujar Beno setelah membukakan selbet Neni tanpa memandang gadis manis itu sedikitpun.
" Ngak boleh gitu dong Ben, Neni sedih lho kamu ngak ikhlas gitu bantunya." Ucap Sinta mengingatkan Beno.
" Habis selain cerewet ternyata ia kelewat manja." Balas Beno menggerutu.
" Semoga suatu hari Bos Beno suka pada gadis cerewet dan manja ini." Timpal bang Johan begitu semua sudah pada turun, tinggal dirinya yang masih ingin memposisikan mobil ditempat yang tepat.
Mungkin tak ada lagi yang mendengar ucapan sopir itu, karna tiga orang itu sudah melenggang menuju restaurant, tapi Johan berkata saja, agar para malaikat mengaminkannya, karna pak sopir itu juga mengerti kalau kata- kata adalah doa.Dan ucapan dari orang sekitar kadang- kadar benar- benar menjadi masa depan bagi orang yang diperbincangkan.
Sebuah notif pesan masuk diponsel pak Johan.
Pak Jo juga meski ikut bergabung makan.
Bunyi pesan Sang Bos cantik membuat Senyum pria yang sudah tak muda lagi itu mengembang.
"Anakmu tak ubahnya ikan yang tetap manis walau hidup dilingkungannya asin Rara." Gumam Johan, tanpa tersadar airmatanya mengalir karna mengingat bidadari secantik Rara yang mesti menjadi penghuni kamar 13 karna Depresi 21 tahun yang lalu, istri dari sohib sekaligus guru silatnya ini tak terima suaminya pergi dalam keadaan mengenaskan
saat hari itu. Hari dimana Johan juga merasa sangat buruk karna tidak berhasil menyelamatkan pria tangguh itu dari pembunuhan berencana yang sudah suatu kawanan siapkan untuknya, saat Johan mencari Kudri untuk memberitahu pria itu agar waspada, ternyata ia terlambat, musuh sudah menjalankan rencananya.
Titik air mata Johan masih menggenang sampai ia bergabung dimeja makan, itu tentu saja tidak luput dari pengamatan seorang Sinta." Mhum...Kita makan dulu,berbincang setelah kenyang." Ucap tegas Sinta, walau sebenarnya ia sangat penasaran melihat pak sopir yang biasanya ceria itu tiba- tiba berurai airmata, ia yakin itu bukan karna kelilipan.
Seorang pelayan tersenyum manis setelah mengatur makanan diatas meja." Silahkan dinikmati hidangannya." Ucap lembut pramusaji itu.
" Ya terima kasih." Balas Sinta juga tersenyum.
Pelayan itu mengangguk, lalu berlalu dengan sopan, walau ekor matanya masih curi pandang pada gadis cantik dibalik sutra tipis berwarna merah muda itu.
Selama kurang lebih sepuluh menit makan malam itu berlangsung dengan khidmat, sebelum tiba- tiba sepasang kekasih tiba bergandeng mesra memasuki restauran.
" Kami minta private room untuk makan malam romantis." Ujar Suara Bariton pada resepsionis yang sangat Beno kenal.Dengan hati- hati ditatapnya Sinta, berharap nyonya mudanya tidak menyadari kedatangan suami sang Big Bos dengan menggandeng wanita yang berbeda pula kali ini.
Sinta tersenyum smirk." Aku bahkan sudah tahu saat ia berniat menuju tempat ini Beno." Ujar Sinta melihat asistennya itu cemas.
Sedang Neni yang melihat itu langsung kehilangan selera makan." Cik, dasar buaya buntung, usah punya istri yang mampu buat para bidadari dilangit saja sampe iri, masih saja mencari wanita penghibur. Selera rendah!" Gerutu hati Neni.
Jo yang duduk paling pojok hanya menatap penuh selidik dengan reaksi nyonya mudanya.
" Biarkan saja, kalian kalau mau nambah kita pesan lagi, anggap itu angin lewat." Ucap Sinta membuat semua orangnya melongo.
" Ho...Disini rupanya istriku tercinta makan malam bersama asisten tampannya, wajar ia melupakan suaminya hari ini." Ujar Dirga mendatangi Sinta dan menatap Beno penuh curiga.
" Cik, Udah jangan buat kericuhan disini, urus dulu saja wanitamu itu, nanti dirumah kita bicara."Sahut Sinta berusaha setenang mungkin.
"Oh iya, aku sampe lupa, malam ini prilaku kita cukup adil."Balas Dirga sembari bertepuk tangan.
Beno mengeram kesal,andai lelaki itubukan suami dari Bosnya, ia sudah memecahkan mulut pria itu,tapi apadayanya Sinta sudah memberi kode agar ia tidak berbuat apapun pada bajingan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments