Tiga hari telah berlalu sejak kemenangan licik Ryan atas Kurusu. Sekarang, semua samurai tidak lagi memandang rendah Ryan. Malah mereka mulai menghormatinya.
"Pagi Ryan …"
"Pagi semuanya …" Rian membalas sapaan para samurai yang ia temui. Ryan saat ini sedang berkeliling di atas dinding. Ia sampai saat ini masih belum tahu kapan plot akan dimulai. Maka dari itu, Ryan hanya bisa menunggu dan mengawasi dari atas dinding.
Para samurai membiarkan Ryan sendirian saat berjaga. Bahkan jika Ryan membolos, mereka tidak akan protes dan menutup mata. Namun, Ryan memilih untuk tetap bekerja demi mendapat jatah makan. Selain itu, dengan tetap menjaga gerbang, ia bisa mendapat informasi dengan cepat saat ada kereta yang tiba di Stasiun Aragane.
Ryan saat ini memiliki 5400 poin. Dengan Poin tersebut, Ryan bisa saja menukarkan poin yang ia miliki dengan mata uang dunia ini. Tapi ia tidak mau melakukannya. Poin yang sudah ditukar tidak akan bisa dikembalikan. Terlebih dunia ini sudah kiamat. Tidak ada yang bisa dinikmati di dunia ini.
Waktu berjalan dengan cepat, tengah hari pun tiba. Ryan turun dari dinding untuk mengambil jatah makannya di kantin. Saat Ryan sedang makan, Kurusu datang menghampiri. Kurusu pun langsung duduk di depan Ryan.
"Apakah lukamu sudah sembuh?"
Ryan hanya bisa tersenyum kecut mendengar pertanyaan yang sama selama tiga hari berturut-turut. Kurusu selama tiga hari ini selalu mendatangi Ryan dan menanyakan kabar lukanya. Ia selalu berusaha menantang Ryan kembali berduel dengannya.
"Bagaimana mungkin bisa sembuh secepat itu. Lihat nih, tanganku masih terluka!" ucap Ryan sambil menunjukkan lengan kirinya yang diperban. Tentu saja luka Ryan sudah sembuh. Setelah kompetisi selesai, Ryan meneteskan sedikit ramuan penyembuh pada lukanya. Alhasil, luka Ryan dapat sembuh secara instan. Ia hanya berpura-pura agar Kurusu tidak mengajaknya berduel.
"Hah~ aku baru menang sekali saja kamu sudah dendam padaku. Apakah pikiranmu begitu sempit?"
"A-aku tidak dendam padamu! A-aku hanya ingin berduel melawan mu lagi, itu saja." bela Kurusu. Ia tampak masih dendam dengan Ryan atas kekalahannya. namun karena harga dirinya yang tinggi, Kurusu tidak mau mengakuinya.
'Ini kah yang namanya tsundere?' pikir Rian
"Kurusu, kamu di mana?" Dari arah belakang Kurusu, suara seorang wanita terdengar mencari Kurusu. Mendengar ada yang memanggilnya, Kurusu pun menoleh ke belakang. Begitu ia melihat siapa yang memanggilnya, Kurusu langsung berdiri dengan gugup.
"Ayame-sama!"
Ryan kemudian melihat ke arah wanita yang memanggil Kurusu. 'Yomogawa Ayame! Salah satu plot karakter dalam anime ini. Akhirnya aku bisa bertemu dengan orang yang terkait dengan misi keduaku.'
Ayame melihat ke arah Ryan. Ia sedikit menundukkan kepalanya. "Maaf mengganggu kalian."
Belum sempat Ryan menjawab, Kurusu menggelengkan kepalanya dengan cepat. "Ti-tidak kok. Ayame-sama sama sekali tidak mengganggu kami. Lagi pula pembicaraan kami tidaklah penting!"
'Anjir, kenapa sikap kurusu berubah 180 derajat setiap Ayame di dekatnya!' pikir Ryan.
'Tapi setidaknya rencanaku berhasil! Aku berani melawan Kurusu saat itu bukan hanya karena kemunculan misi sampingan saja. Namun, juga agar aku bisa bertemu dengan target misi keduaku, Yomokawa Ayame!'
“Siang, Ayame. Kamu benar-benar cantik seperti yang dirumorkan!” puji Ryan.
Namun, bagi Kurusu, ucapan Ryan sangatlah tidak sopan. “Jaga cara bicaramu! Ayame-sama adalah putri tertua keluarga Yomokawa. Di masa depan, kemungkinan besar Ayame-sama akan menjadi Gubernur Stasiun Aragane. Kamu harus berbicara dengan sopan pada Ayame-sama.”
Ryan terbiasa hidup di dunia modern, jadi sulit baginya untuk berbicara sopan pada orang yang seumuran dengannya. “Aku kan cuma orang asing dan bukan juga bawahan dari Ayame, jadi buat apa aku harus sopan? Apalagi kita berdua seumuran.”
“Kau!” Kurusu sangat marah hingga ingin menghunuskan pedangnya. Namun Ayame menghentikan Kurusu.
Saat Ryan menyebut dirinya orang asing, Ayame akhirnya sadar siapa identitas Ryan. “Apakah kamu orang asing yang mengalahkan Kurusu?”
Mendengar ucapan Ayame, Kurusu yang tadinya sangat marah menjadi diam karena malu. Ryan sangat senang melihat ekspresi Kurusu. “Itu benar, akulah orang yang mengalahkan Kurusu. Walaupun aku memang karena memakai cara yang licik, hehehe …”
“Berdasarkan kekuatan dan Teknik Berpedang, aku tidak akan kalah darinya!” bela Kurusu.
“Iya, aku tahu, aku tahu … tidak perlu kamu perjelas lagi. Namun kalah tetap lah kalah, hehehe …” ejek Ryan sambil menepuk-nepuk punggung Kurusu. Ekspresi Kurusu pun jadi mirip orang yang mengalami konstipasi.
“Hahaha …” Ayame menutupi mulutnya sambil tertawa kecil melihat interaksi antara Ryan dan Kurusu. Tawa Ayame malah membuat Kurusu depresi. Melihatnya seperti itu, Ayame langsung memberi penjelasan. “Maaf Kurusu, aku tidak sedang menertawakanmu kok. Aku hanya berpikir kalau Ryan sangatlah menarik.”
“Hahaha … aku hanya ingin menjahili Kurusu saja. Hal ini sudah menjadi kebiasaanku dulu saat masih bersekolah, hehehe …”
Mata Kurusu dan Ayame terbelak mendengar ucapan terakhir Ryan. “Kamu pernah bersekolah?”
“Tentu saja–” Ucapan Ryan langsung terhenti begitu mengingat setting dunia ini. Ryan kemudian termenung. ‘Anjir, aku lupa kalau aku sekarang di dunia Kabaneri The Iron Fortress. Pada setting jaman ini, yang bisa bersekolah hanyalah keluarga bangsawan dan cendekiawan saja. Apalagi sejak ada bencana Kabane, banyak sekolah yang telah hancur di luar sana.’
Kondisi Ryan ini diartikan lain oleh Ayame dan Kurusu. Mereka mengira Ryan sedang sedih karena sekolah dan teman-temannya hilang akibat serangan Kabane. Ayame yang bersimpati pada Ryan kemudian bertanya padanya. “Apakah Stasiun tempatmu berasal telah dihancurkan kabane?”
Mendengar pertanyaan Ayame, Ryan paham bahwa Ayame telah salah paham. ‘Untunglah kalian salah paham. Karena kalian sudah beranggapan seperti itu, maka hal ini akan memudahkan dalam membuat backstory-ku.’
“Iya … semua teman-temanku telah hilang. Mereka semua telah dimangsa oleh kabane! Sejak saat itu, aku berjalan tanpa arah sambil bersembunyi dan menghindar dari kejaran Kabane. Hingga akhirnya, aku sampai di stasiun ini …”
“Jadi begitu … pantas saja Ryan tidak pernah belajar Teknik Berpedang maupun Bela Diri. Ternyata kamu dulu adalah seorang cendekiawan. Gerakan mu yang lebih cepat dari orang biasa pun pasti karena kamu sering lari dari kabane. Sifat tidak takut mati pun pasti karena kabane. Semua ini jadi masuk akal” ucap Kurusu.
Ayame merasa kasihan dengan kisah hidup Ryan. Ia pun ingin membantu Ryan. “Bagaimana kalau Ryan bekerja pada keluarga Yomogawa sebagai samurai?”
“Maaf atas kelancangan saya, Ayame-sama. Tapi saya tidak setuju jika Nona merekrut Ryan sebagai samurai. Teknik dan juga kekuatan Ryan masihlah kurang. Ia belum pantas untuk menjadi seorang samurai.”
“Belum pantas? Tapi bukankah Ryan sudah mengalahkanmu?” tanya Ayame sambil memiringkan kepalanya.
“Itu …” Kurusu tidak bisa menjawab pertanyaan Ayame. ‘Kenapa Nona harus membahasnya sekarang!’ teriak Kurusu dalam Hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
AGDHA LY
poinnya gak bsa dipake buat beli senjata kah? kan lumayan
2023-06-23
1
1 iklan mendarat
2023-04-07
0
® END © [tamat]
beli mc teknik senjata
2023-03-01
0