Ketika Ryan telah membaca informasi mengenai misi yang diberikan sistem pengendali Reincarnation Room, mendadak Ryan merasa seperti sedang jatuh melayang di udara. Pandangan Ryan pun mulai terdistorsi. Kepala Ryan terasa sangat sakit melihat distorsi ini.
Beberapa saat kemudian, perasaan tidak nyaman yang diakibatkan transfer antar dimensi akhirnya hilang. "Anjirr, sakit sekali kepalaku! Ughh … aku jadi ingin muntah!"
Ryan pun akhirnya muntah. "Bleeerghh …"
Setelah sedikit tenang, Ryan mulai melihat sekelilingnya. "Apa-apaan ini!? Kenapa semua yang aku lihat dipenuhi garis-garis!?"
Rian terkejut dengan aktifnya Mystic Eye of Death Perception. Walau semua yang ia lihat terdapat garis pada permukaannya, namun Rian masih bisa melihat sekelilingnya dengan normal. Ia pun jadi sedikit tenang setelah beberapa kali mengambil nafas yang dalam.
Saat ini, Rian berada di sebuah rumah yang tampak tua. Rumah ini terlihat seperti rumah model jepang. Tapi tidak ada tatami di sini, yang ada hanyalah papan kayu yang melintang membentuk persegi mengelilingi tempat pembakaran. Di atas tempat pembakaran, terdapat teko besi berisi air yang sedang dipanaskan. Melihat semua itu, Ryan merasa ia sedang hidup di zaman Edo.
Namun, penglihatan yang Ryan miliki sekarang sedikit merusak suasana. Dinding, tanah, api, teko, dan juga asap dari kayu bakar, semua memiliki garis-garis yang saling bertabrakan layaknya grafiti. Rian juga dapat melihat dunia ini diambang kehancuran. Banyak sekali garis yang hampir terputus di sekitarnya. Dengan sedikit sentuhan saja, Ryan dapat dengan mudah menghancurkan dunia ini.
Lama kelamaan, Ryan semakin tidak nyaman. "Pantas saja Ryougi Shiki dan Tohno Shiki tidak tahan menggunakan mata ini dalam jangka waktu yang lama."
Ia pun mulai mengingat-ingat bagaimana pengguna Mystic Eye of Death Perception mengendalikan kekuatannya. Tohno Shiki tidak dapat menonaktifkan Mystic Eye-nya. Ia harus menggunakan kacamata khusus yang bernama Mystic Eye Killer untuk menyegel matanya.
Sedangkan Ryougi Shiki, ia dapat mengaktifkan dan menonaktifkan matanya sesuai keinginan. Namun Ryougi Shiki dapat melakukannya setelah beberapa lama beradaptasi dan juga menerima instruksi dari seseorang. "Bisakah aku melakukan hal yang sama seperti Ryougi Shiki? Oke lah, aku coba dulu."
Ryan kemudian memejamkan matanya. "Tertutup!" Ryan mengucapkan kata itu sambil membayangkan ia menempatkan segel pada matanya.
Perlahan, Ryan membuka matanya. Pupil mata Ryan tidak lagi berwarna biru, tapi kembali normal menjadi hitam. Di sekelilingnya, tidak muncul garis-garis lagi. Rian pun bernafas lega melihat hasil positif ini. "Haah~ akhirnya aku bisa melihat dengan normal."
Rian mencoba menguji kembali pengendaliannya. Kali ini, ia melakukannya tanpa memejamkan matanya. "Terbuka!" Saat itu juga, warna pupil mata Ryan berubah menjadi biru es dengan corona pelangi yang mengelilinginya. Dunia yang Rian lihat juga menjadi dipenuhi dengan garis.
"Sepertinya aku berhasil mengendalikannya, hahhahaha … hahahaha … tertutup!" Mata Rian kembali normal setelah Rian mengucapkannya.
"Sepertinya, Mystic Eye of Death Perception milikku lebih condong mirip dengan milik Ryougi Shiki dibanding dengan milik Tohno Shiki." Saat Rian sedang merenung, tiba-tiba pintu kayu rumah tua ini terbuka.
Kreak
"Hei kamu, orang asing! Kenapa kamu masih di sini?" Tanya salah seorang pria dengan pakaian ala Samurai. Kedua pria yang masuk itu terlihat membawa pedang katana pada pinggang mereka.
Melihat hal ini, Ryan langsung waspada dan bersiap-siap untuk menghunuskan pisaunya. Tapi reaksi kedua Samurai itu benar-benar meremehkan Ryan dan bertindak seakan tidak melihat apa-apa. Bagi mereka, derajat Samurai lebih tinggi dibanding warga biasa. Terutama orang asing yang datang dari luar tembok.
"Aku tak menyangka kamu malah bermalas-malasan. Bahkan suara tawamu sangat keras hingga terdengar keluar!"
"Cepat berjaga di gerbang kota! Atau kamu tidak akan mendapat makanan!" Bentak kedua Samurai tersebut.
'Menjaga gerbang kota? Kenapa aku harus menjaganya?' Saat Ryan bingung dengan semua ini, informasi dari Reincarnation Room masuk ke dalam kepalanya.
'Hmm, jadi begitu. Agar kemunculan para Reincarnator di dunia ini tidak membuat keributan bagi orang dunia ini, maka Reincarnation Room akan mempersiapkan identitas Reincarnator di dunia ini. Dan kali ini, aku mendapat identitas sebagai orang asing, orang yang berasal dari luar tembok.' Setelah paham dengan posisinya di dunia ini, Ryan ingin memastikan kembali pekerjaannya.
"Menjaga gerbang kota ya … berarti kita bisa bertemu Kabane?"
Perkataan Ryan membuat suasana mendadak menjadi hening. Kedua samurai itu pun terlihat ketakutan saat mendengar kata 'Kabane'. Ryan kembali mengingat setting dari anime Kabaneri The Iron Fortress yang pernah sekilas ia tonton dulu.
Setting Kabaneri The Iron Fortress terletak di Jepang tahun 1860an. Di era ini, revolusi industri telah menyebar. Jadi banyak negara yang sudah menerapkan teknologi berbasis uap. Tetapi, semua itu berubah ketika sosok monster haus darah tiba-tiba muncul.
Kabane adalah monster haus darah yang berasal dari bangkitnya manusia yang telah mati. Mereka bangkit dari kematian dan menjadi buas. Berbeda dengan zombie biasa yang ada di film-film, kekuatan fisik Kabane sangatlah kuat. Mereka tidak akan bisa dibunuh kecuali jantungnya dihancurkan. Tetapi, ada sebuah membran yang menyelimuti jantung Kabane. Membran ini sekuat besi sehingga sangat sulit untuk ditembus.
Dengan keuntungan seperti itu, Kabane jadi susah untuk dibunuh. Mereka pun dengan cepat menyebar dan menghancurkan berbagai kota. Dengan instingnya yang selalu haus akan darah, Kabane telah membunuh banyak orang. Sekali manusia tergigit oleh Kabane, manusia tersebut akan terinfeksi dan lambat laun akan berubah menjadi Kabane.
Untuk mencegah lebih banyak korban, pemerintah Shogun yang menguasai Jepang membangun tembok besi yang melindungi kota-kota dan juga warganya. Mereka menyebut kota yang berlindung dibalik tembok besi sebagai Stasiun. Stasiun-Stasiun inilah yang menjadi harapan terakhir manusia untuk bisa bertahan hidup dari serangan Kabane.
Setelah Ryan mengingat setting cerita dari Kabaneri The Iron Fortress, Ryan menjadi sedikit tidak tenang. 'Berdasarkan informasi dari Reincarnation Room, aku sekarang berada di Stasiun Aragane, yang juga menjadi misi utama nomor 2. Berdasarkan cerita anime-nya, Stasiun inilah akan jatuh dan diinvasi oleh Kabane. Aku nggak tahu waktu yang pasti kapan tragedi itu akan terjadi. Namun aku harus siap menghadapi mayat hidup haus darah itu!"
Memikirkan masa depan yang harus Ryan lalui, ia kemudian mengusap-usap pisau yang ada di pinggangnya. 'Apakah pisau biasa bisa membunuh Kabane? Tapi dengan mata ini, tidak ada yang tidak bisa ku bunuh!'
"Mayat hidup? Apakah benar mereka susah untuk dibunuh? Aku jadi tak sabar untuk menguji Mystic Eye of Death Perception." gumam Ryan sambil tersenyum. Ia benar-benar tidak sabar untuk berburu sekaligus menguji kekuatan matanya. Ryan kemudian keluar mengikuti kedua Samurai itu menuju gerbang kota.
~***~
Cahaya matahari di siang bolong menyinari seluruh Stasiun Aragane. Tempat ini lebih mirip seperti desa dibandingkan dengan kota. Banyak rumah yang terbuat dari kayu. Tidak satupun nampak bangunan bertingkat. Begitu pula dengan jalan yang masih berupa tanah, bukan aspal.
Di bawah pimpinan kedua samurai tadi, Ryan perlahan berjalan menyusuri jalanan. Ryan merasa tidak nyaman karena ia menjadi tontonan warga sekitar. Bagaimana tidak, pakaian yang Ryan gunakan adalah kemeja kerah lengan panjang berwarna biru. Kemeja ini adalah kemeja yang ia gunakan sebelum tewas. Warga belum pernah melihat pakaian seperti itu.
Beberapa menit kemudian, sampailah mereka bertiga di gerbang kota. Di sana, Ryan melihat banyak Samurai yang mondar-mandir berjaga. Namun mereka semua tidak membawa pedang katana, melainkan sebuah senjata proyektil bernama Steam Gun.
Steam Gun adalah senapan yang menggunakan energi uap untuk menembakkan peluru. Sebuah Backpack Engine dibutuhkan sebagai alat penghasil uap. Backpack Engine inilah yang disambungkan ke senapan dan membuat uap mendorong peluru untuk ditembakkan tanpa perlu mesiu.
"Berjagalah di posisi itu!" perintah salah satu samurai.
"Bisakah kamu memberikanku senjata?" tanya Rian sambil menunjukkan tangannya yang kosong.
"Itu bukan urusan kami. Jika kamu ingin senjata, maka belilah sendiri! Kalau ada kabane yang muncul di dinding kota, kamu harus memukul mundurnya. Jika sampai kamu membiarkan kabane lolos, maka orang pertama yang akan mati adalah kamu!" Kemudian, kedua Samurai tersebut pergi meninggalkan Ryan.
"Bahkan mereka tidak memberiku Steam Gun? Lalu bagaimana jika kabane memanjat dinding? Apakah aku harus melompat turun dan menghajar kabane yang berusaha naik?" Ryan hanya bisa pasrah atas perlakuan semena-mena ini.
Ryan kemudian mulai berjaga di atas tembok yang terbuat dari baja. Rian melihat seluruh Samurai yang berjaga di atas tembok memasang wajah tegang. Mereka semua melihat ke arah yang sama, yaitu hutan. Di hutan tersebut, terlihat bayangan-bayangan manusia yang berjalan sempoyongan
"Sepertinya bayangan yang ada di hutan itu adalah kabane …"
Ryan kemudian melihat sekelilingnya. Ia menyadari bahwa tidak ada satupun Samurai yang mengawasinya. Ryan kemudian diam-diam menyelinap turun dari dinding baja. Saat Ryan melompat ke arah pohon yang ada di dekat dinding, Ryan terpeleset dan jatuh.
Brak
"Aduh!" Ryan meringis kesakitan akibat jatuh dari pohon. Setelah beberapa menit beristirahat, rasa nyeri pada tubuhnya menghilang.
"Oke, sekarang saatnya berburu kabane, hehehehe …" Ryan segera menggunakan pisau yang ada di pinggangnya dan mengiris telapak tangan kirinya. Darah mulai mengalir dari luka Ryan. Ia kemudian menyobek kain kemejanya untuk menutupi luka di tangannya agar tidak infeksi.
Seketika itu juga, dari kejauhan banyak kabane yang terpancing dengan bau darah dari Ryan. Ryan kemudian bersembunyi di semak-semak sambil terus mengintai.
Kresek Kresek
Sesosok pria dengan baju sobek-sobek berjalan sempoyongan. Kulit pria itu berwarna abu-abu pucat. Di bagian dadanya, terlihat jantungnya bersinar oranye kekuningan. Jantung tersebut tertutup sebuah membran yang mirip akar menjalar di sekitar area dada.
"Jadi inikah kabane?"
Saat Ryan bergumam, kabane tersebut langsung menengok ke arah Ryan dan bersuara seperti binatang buas. "Graaaa"
Melihat kabane itu mendekatinya, Ryan masih bersikap tenang. Secara perlahan, mata Ryan berubah menjadi biru. Saat Mystic Eye of Death Perception aktif, Ryan dapat melihat garis-garis seperti grafiti yang terdapat pada tubuh kabane. "Hanya orang mati yang tidak memiliki garis. Namun kabane bukanlah orang mati, mereka masih hidup!" Rian kemudian langsung berlari menerjang kabane.
Swiishh
Saat Ryan sudah di dekat kabane, tangan kabane itu berusaha menangkap Rian. Dengan cepat, Rian memotong garis yang ada pada tangan kabane tersebut.
Slash
Tangan kabane itu pun langsung tergelatak di tanah. Darah berwarna merah gelap pun keluar dari lengan yang Ryan potong. "Graaaaaa"
Serangan Ryan sangatlah cepat. Inilah keunggulan AGI dengan 6 poin. Tak berhenti di situ, Ryan kemudian memutarkan badannya. Pisau yang ada di tangannya pun berubah menjadi seperti kilatan cahaya dan memotong kedua kaki kabane dengan mudah.
Puchii
Darah terus bercucuran dari kaki dan tangannya. Wajah Ryan pun di penuhi darah. Tubuh kabane itu akhirnya jatuh. Tanpa kaki dan tangan, kabane tersebut terus berteriak. "Graaaa"
Tanpa ragu, Rian kemudian langsung menusuk jantung kabane.
Krak
Dengan mudah, pisau milik Ryan menembus membran baja kabane. Seketika itu juga, kabane tersebut berhenti bergerak. Garis-garis yang tadinya terlihat pada tubuh kabane pun menghilang. Yang artinya, kabane itu sudah benar-benar mati.
Darah masih terus menetes dari pisau Ryan. "Ternyata, membunuh itu mudah …"
Ding
[Membunuh 1 kabane, +100 poin]
"Jadi begitu cara menyelesaikan misi ke 3. Aku bisa mendapatkan poin dengan membunuh banyak kabane. Jika syarat untuk menyelesaikan misi ke 3 adalah aku harus mendapatkan 3000 poin, maka aku harus membunuh 30 kabane untuk menyelesaikannya!"
Misi ini pasti sulit untuk pemula, namun hal itu tidak berlaku untuk Ryan. Dengan Mystic Eye of Death Perception, membunuh kabane adalah hal mudah.
"Misi pertama dan misi ketiga adalah yang paling mudah. Aku bisa mengerjakannya secara bersamaan."
Kresek Kresek
Mendengar suara daun yang diinjak, Rian langsung melihat ke sekelilingnya. Di sana, mulai muncul banyak kabane yang tertarik dengan bau darah.
Melihat semua ini, Ryan tersenyum menakutkan bak seorang psikopat. Ia kemudian membersihkan noda darah yang ada pada pisaunya. "Sepertinya ini akan sulit, hehehehe …" Ryan kemudian langsung lari menyerang di tengah rindangnya pepohonan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
AGDHA LY
banyak cuy 30 itu, kalo misal bunuhnya dengan cara di bom, masih masuk hitungan gk ya?
2023-06-02
1
AGDHA LY
HEH jatuh lagi kwkwkwkw 🤣
2023-06-02
0
AGDHA LY
wei yg bener aja, masa gak dikasih senjata. ini mah nyuruh ryan jadi tameng hidup 🥲
2023-06-02
0