Dipimpin oleh Mumei, Ryan kini berjalan menyusuri gerbong demi gerbong di dalam Kokujou. Sepanjang perjalanannya, Ryan bertemu banyak Hunter. Namun tak satupun dari mereka yang menyapa Ryan. Mereka semua hanya diam seolah tidak peduli. Bahkan Mumei sendiri tidak menyapa para Hunter lainnya.
Hal yang sama juga terjadi pada Mumei dan Ryan. Mereka berdua baru saja bertengkar. Jadi suasana di antara keduanya masih sangat canggung.
Tak beberapa lama kemudian, mereka berdua tiba di sebuah pintu gerbong "Kita sudah sampai, silahkan masuk." ucap Mumei dengan nada ketus. Rian menganggukkan kepalanya pada Mumei
Saat Ryan akan membukakan pintu, Mumei mendadak ingin mengatakan sesuatu pada Ryan, tapi ia ragu. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk berbicara pada Ryan. "Aku tidak tahu mengapa Kakak memanggilmu, tapi Kakak bukanlah orang yang baik hati seperti Ayame-sama. Kalau kamu membuat kesalahan di depan Kakak, tidak peduli siapapun kamu, kakak pasti akan menghukummu!"
Tangan Ryan terhenti ketika mendengar ucapan Mumei. Ia kemudian melihat ke arah Mumei sambil tersenyum. "Ternyata sebenarnya kamu tahu bahwa Kakak mu bukanlah orang yang baik."
"Hump! Kamu benar-benar menyebalkan!" Mumei membuang wajahnya tak ingin melihat wajah Ryan. "Intinya, jangan bicara macam-macam di depan Kakakku!" Setelah mengatakan semua itu, Mumei langsung meninggalkan Ryan.
"Sudah ku duga, kamu benar-benar imut, bahkan saat marah sekalipun, hehehehe …" gumam Ryan.
'Hanya saja, kamu terlalu mengidolakan Kakak yang hanya menganggapmu sebagai alat! Itulah satu-satunya yang aku benci dari mu, Mumei. Mungkinkah, ini yang namanya cemburu?' Ryan tersenyum memikirkan hal ini. Kemudian Ryan masuk ke dalam gerbong tempat Biba menunggu.
Di dalam gerbong tersebut, Biba duduk tegap membelakangi Ryan sambil membersihkan bilang pedangnya dari darah kabane. Ketika Ryan datang, Biba langsung menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah Ryan.
Entah karena efek pencahayaan gerbong ini yang remang-remang, Ryan merasa wajah Biba terlihat dingin dan menakutkan. Padahal kenyataannya Bibi saat ini sedang tersenyum hangat padanya.
"Selamat datang Ryan. Mohon maaf telah memanggilmu ke sini."
"Nggak usah basa-basi lagi, langsung pada intinya saja." ucap Ryan dengan serius.
"Hahahaha … baiklah, aku langsung saja. Aku dengar dari Mumei, kamu memiliki kemampuan spesial. Bisakah kamu menceritakan padaku tentang kemampuanmu?"
"Apa maksudmu? Aku nggak merasa punya kemampuan yang spesial …"
"Tapi yang aku dengar dari Mumei, kamu bisa membunuh kabane hanya dengan pisau besi biasa. Bahkan kamu bisa membunuh virus yang ada pada tubuh seseorang. Aku jadi sangat penasaran mengenai hal itu." ucap Biba sambil menatap tajam Ryan seakan menatap hewan buruan.
"Aku penasaran, apakah kamu benar-benar dapat membunuh segalanya? Contohnya saja, ketika kamu di depan dinding baja yang melindungi Stasiun dari kabane, apakah kamu bisa membunuh dinding tersebut?"
Mata Ryan terbelak mendengar pertanyaan Biba. Ryan pun seakan mendapat pencerahan dari pertanyaan ini. 'Bagaimana jika semua ini bukanlah sebuah kebetulan? Bagaimana jika Fusujou membawa kabane masuk ke Stasiun Aragane telah direncanakan sebelumnya? Ini semua mulai masuk akal. Biba ingin pergi ke Kongoukaku, maka dari itu ia membutuhkan Ayame untuk masuk!'
"Hahahaha, bisa aja kamu Biba. Pemikiranmu jadi kayak kabane, ingin menerobos dan menghancurkan dinding baja. Ah, benar juga … kamu kan bukan manusia, jadi wajar saja kamu berpikiran seperti itu. Apalagi, kamu sudah membuang sisi kemanusiaanmu setelah Ayahmu membuangmu." Dalam sekejap, mata Ryan berubah menjadi biru es.
Senyum di wajah Biba menghilang mendengar ucapan terakhir Ryan. "Sepertinya Mumei memang benar, kamu bukanlah orang biasa." Biba kemudian memandang langsung mata biru Ryan. "Aku jadi penasaran, sampai sejauh mana kamu tahu?"
"Yang aku tahu, kamu adalah monster yang hidup untuk balas dendam, Amatori Biba!" ucap Ryan sambil mencabut pisau dari pinggangnya.
Bagaikan angin, Ryan melaju menyerang Biba. Dengan cepat, Ryan sudah berada di depan Biba. Pisau di tangan Ryan seakan berubah menjadi taring ular dan menebas dada Biba bagaikan kilat.
Deg Deg Deg
Jantung kabane Biba berdetak kencang seakan memberitahu bahwa kematian telah menghampirinya. Secara reflek, Biba mundur ke belakang.
Slash
Sepotong pelindung dada terbang terlempar dari pakaian perang Biba. Kini, bagian dada Biba terlihat jelas. Jantung Biba kini tampak bercahaya.
"Ryan, kamu benar-benar manusia yang kuat! Bergabunglah denganku!"
"Mohon maaf, tapi aku harus menolaknya. Lagi pula, dari awal aku sangat ingin membunuhmu!" Setelah mengatakan hal ini, Ryan langsung maju sekuat tenaga. Figur Ryan kini tampak seperti ular berbisa di tengah hujan badai. Pisau di tangannya kini lebih mirip taring yang melaju ke arah kepala Biba.
Clang
Suara benturan keras antara pisau dan pedang menggema ke seluruh gerbong.
Mereka berdua pun terus bertukar serangan. Hingga akhirnya, mereka berdua sama-sama terluka dan mundur beberapa langkah. Namun, luka mereka berdua tidak lah serius karena kekuatan mereka seimbang.
"Kalau aku nggak bisa menekanmu menggunakan kekuatan, maka aku akan menekanmu menggunakan kecepatan!" Bagaikan panah yang lepas dari busurnya, Ryan melaju dengan cepat.
Di saat yang sama, bukan hanya Ryan yang menyadari kelemahan lawannya. Biba sendiri juga menyadari kelemahan terbesar Ryan. "Jadi begitu … meski kekuatan fisiknya kuat, namun ia tidak memiliki teknik bela diri. Ia tidak memiliki dasar bertarung!"
"Bagaimana pun Ryan menyerang, setiap serangannya tidak memiliki teknik sama sekali. Ia hanya menyerang secara membabi buta. Oleh karena itu, aku akan menekannya dengan Teknik!"
Biba mengangkat pedangnya ke atas. Dalam sekejap, bilah pedang Biba bercahaya dan menghujani Ryan. Tebasan demi tebasan dari Teknik pedang Biba membuat Ryan kewalahan.
Clang Clang Clang Clang
Ryan hanya bisa terus menangkis serangan Biba yang terus menghujaninya. Saat ini, Biba seakan berubah menjadi Dewa Perang. Biba tidak bergerak satu langkah pum dari tempatnya. Hanya pedang panjang yang ada di tangannya terus bergerak bagaikan badai.
Sedangkan Ryan, ia terus bergerak bagaikan daun yang melayang di tengah badai. Ia terus menghindar dan menangkis semua serangan Biba. Ryan menggunakan kemampuan Mystic Eye of Death Perception untuk melihat arah serangan dengan maksimal sambil terus menunggu kesempatan untuk melancarkan serangan mematikan.
Saat Ryan sedang menunggu kesempatan, Ryan tiba-tiba merasakan hawa membunuh dari belakang. Tanpa ragu lagi, Ryan meninggalkan pertahanannya dan bergerak menyamping.
Dor
Sebuah peluru meluncur dari arah belakang dan menggores pipi Ryan. "Siapa!?"
Ryan kemudian melihat seorang wanita berpakaian ketat layaknya Ninja memegang sebuah Steam Gun. Setelah itu, beberapa Hunter juga masuk dengan Steam Gun di tangan mereka. Di antara para Hunter tersebut, ada Mumei yang terlihat kebingungan dengan semua ini.
"Kakak! Apa yang terjadi?" tanya Mumei. Namun melihat kondisi Ryan dan Biba yang sama-sama menderita luka ringan, ia pun sadar bahwa Ryan dan Kakaknya telah bertarung.
"Semuanya, tembak dia!" perintah Biba
Mendengar perintah Biba, hati Mumei bergejolak. Tanpa ragu ia langsung berteriak. "Jangan tembak Ryan!"
Namun sayang, bagi para Hunter, perintah Biba adalah absolut. Mereka semua serentak mengacungkan Steam Gun pada Ryan.
"Ini gawat! Dengan tempat sesempit ini, aku nggak bisa menghindar!" gumam Ryan.
Bagaikan listrik, Ryan berlari dengan cepat, kemudian ia berputar dan bergerak ke belakang Biba.
Para Hunter yang melihat ini pun langsung membatalkan tembakan mereka. Karena jika mereka menembak, maka peluru yang mereka muntahkan akan mengenai Biba.
Melihat Ryan di belakangnya, Biba langsung berbalik dan menebaskan pedangnya
Slash
Angin tajam berhembus kencang dari tebasan pedang Biba. Namun bukannya menghindar ataupun menangkisnya, Ryan malah membiarkan serangan tersebut mengenai tubuhnya.
Croot
Darah Ryan pun muncrat seketika itu mengenai wajah Biba. Tubuhnya hampir terbelah menjadi dua. Tulang-tulangnya juga hampir patah. Jika bukan karena nilai atribut VIT Ryan yang tinggi, Ryan pasti sudah terbelah menjadi dua.
Walau begitu, Ryan masih tetap menatap tajam Biba dengan mata birunya. Seketika itu, Ryan mengayunkan pisaunya dari bawah ke atas.
Slash
Sebuah lengan tergelatak di atas lantai gerbong. Darah terus mengalir dari bahu Biba di mana lengan tersebut terpotong.
"Kapten!" Para Hunter panik melihat tangan Biba terputus. Namun Biba hanya diam. Ia terus menatap Ryan yang kini sudah mundur beberapa langkah.
Ryan yang terluka parah langsung mengambil botol ramuan penyembuh yang tinggal seperempat botol dan menyiramnya pada luka di tubunya. Dari luka Ryan, mulai muncul asap putih. "Amatori Biba! Akan ku pastikan kamu membayar semua ini!"
"Berikutnya kita bertemu, aku bersumpah akan membunuhmu!" Sambil menahan rasa sakitnya, Ryan kemudian melarikan diri ke gerbong lain.
"Kejar dia!" teriak Biba. Kemudian,para samurai itu langsung mengejar Ryan yang telah lari ke gerbong berikutnya.
Setelah semuanya pergi, Biba terus memegangi lukanya yang terus mengeluarkan darah sambil memandang lengannya yang telah putus. Ia pun teringat momen di mana Ryan memotong lengannya. Tubuh Biba gemetaran mengingat hal itu. "A-aku, ketakutan?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
dimas abiprasetyo08
hahaha
2024-05-12
1
Ayano
😑😑😑
Dia gak tau kalo si ibab yang satu itu juahat pe ke ubun-ubun
2023-06-09
0
Ayano
Aku tambahin piso dapur 🔪🔪🔪🔪🔪
Maju
2023-06-09
1