"Jujur, aku sebenarnya bisa saja pergi dari sini sekarang. Tapi aku memilih untuk tetap di sin! Ini semua aku lakukan untuk membalas budi pada mu, dan juga Ikoma."
"Kalau kamu sudah nggak membutuhkanku, bilang saja nggak apa-apa. Aku juga sudah membayar sebagian hutangku. Namun satu hal yang kamu perlu tahu. Saat ini, hanya aku yang bisa memberimu darah!" Setelah itu, Ryan menonaktifkan Mystic Eye of Death Perception. Matanya pun kini kembali menjadi hitam seperti sedia kala. Ia juga telah menarik kembali pisau yang menempel pada leher Mumei. Kemudian, Ryan berdiri bersandar pada dinding gerbong dan menutup matanya.
Mumei seakan tidak peduli dengan emosi Ryan, tetap berusaha untuk keluar dari gerbong ini. Namun, saat tangannya akan memegang pintunya, lagi-lagi tangan Mumei terhenti. "Bagaimana mungkin? Kenapa hawa kabane yang aku rasakan mendadak hilang!?"
Mumei menoleh ke belakang dan melihat Ryan. "Apakah kamu sudah memprediksi ini?"
Namun Ryan hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan Mumei. Melihat Ryan mengabaikannya, Mumei menggertakkan giginya. "Hump!" Mumei kemudian berdiri bersandar pada dinding gerbong yang berlawanan dengan tempat Ryan bersandar dan menutup matanya.
Ikoma hanya bisa menghela nafas panjang melihat pertengkaran Ryan dan Mumei.
Waktu berjalan dengan cepat, sore hari pun tiba. Suasana di gerbong terakhir ini sangatlah canggung. Sampai akhirnya, suara langkah kaki terdengar dari luar.
"Ada orang yang datang!" ucap Ikoma. Ryan dan Mumei langsung membuka mata mereka. Dengan tatapan tajam, mereka memandang ke arah pintu.
"Ryan …" suara merdu seorang wanita terdengar dari balik pintu.
Ryan langsung mengenali suara ini. "Ayame?"
Ikoma terkejut dengan kedatangan Ayame. “Ayame-sama, mengapa Nona kemari?”
“Aku hanya ingin bertanya, apa kalian bertiga membawa makanan? Kami bisa memberikan kalian bertiga makanan jika kalian tidak membawanya.” tanya Ayame dari balik pintu. Ia sama sekali tidak membuka pintu gerbong tempat Ryan berada saat berbicara.
Ryan terdiam mendengar tawaran Ayame. ‘Aku sudah memiliki kue kering penambah energi, jadi aku tidak memerlukannya. Ikoma dan Mumei sendiri tidak membutuhkan makanan manusia. Yang mereka berdua butuhkan hanyalah darah. Terlebih lagi, rasio makanan yang ada dalam Koutetsujou sangat terbatas. Jika kami menerimanya, sudah pasti para samurai yang melayani keluarga Yomogawa akan protes. Walau begitu, Ayame tetap bersedia untuk memberi kami bertiga makanan. Kamu benar-benar wanita yang baik, Ayame …’ pikir Ryan sambil tersenyum
Belum sempat Ryan menjawab, Mumei menjawabnya terlebih dahulu. “Kami tidak memerlukan makanan, yang kami butuh hanyalah darah …” Dengan cepat, Ryan langsung menutup mulut Mumei. “Ummm ummm ummm …”
“Terima kasih Ayame, tapi kebetulan kami masih memiliki sedikit makanan dan air. Jadi untuk sementara waktu, kita tidak memerlukannya." ucap Ryan.
Ikoma juga tidak ingin Ayame tahu bahwa mereka membutuhkan darah. Ia pun ikut menjawab untuk menyembunyikannya. "Iya, itu benar Ayame-sama … Nona tidak perlu mengkhawatirkan kami, jadi Nona bisa tenang."
"Syukurlah … aku lega mendengarnya. Oh ya, dalam beberapa menit, Koutetsujou akan berhenti sebentar."
"Kenapa berhenti? Apakah ada kerusakan?" tanya Ikoma.
“Baru saja kami tahu, bahwa tangki air di kereta ini bocor dan jumlah air di dalamnya tidak cukup untuk melakukan perjalanan panjang. Jika ini dibiarkan, maka ketel uap akan berhenti bekerja dan Koutetsujou akan mogok. Maka dari itu, kita harus berhenti untuk mencari air.”
“Apakah aku perlu untuk ikut memperbaikinya?” Bagaimanapun juga, Ikoma adalah seorang montir kereta. Sehingga ia memiliki rasa kewajiban untuk membantu memperbaiki Koutetsujou.
“Jangan khawatir, teman-teman sejawatmu juga ada di dalam Koutetsujou. Kalau cuma tangki air, mereka pasti bisa memperbaikinya.” Ayame menolak Ikoma secara halus. Jika Ayame membiarkan Ikoma ikut memperbaiki tangki, maka akan muncul kepanikan di antara para warga.
“Mengenai Koutetsujou yang akan berhenti sebentar lagi, tolong jangan buat panik orang-orang.”
“Kami mengerti!” jawab Ikoma dengan tegas.
“Terima kasih.” Setelah itu, Ayame kembali ke gerbong depan.
Malam telah tiba. Koutetsujou pun berhenti sebentar sesuai dengan ucapan Ayame. Satu persatu pintu gerbong terbuka. Para warga mulai keluar dari gerbong. Mereka semua berkumpul membentuk lingkaran dan membuat api unggun. Sedangkan para samurai, sebagian ada yang berjaga, sebagian lagi ada yang membantu mengisi tangki air. Sementara para montir, merek sibuk memperbaiki tangki yang bocor.
Ryan, Mumei, dan Ikoma juga keluar dari gerbongnya. Melihat orang-orang berdoa di depan api unggun, Mumei bertanya pada Ikoma. “Sedang apa mereka?” Namun Ikoma hanya diam tak menjawab pertanyaan Mumei.
Ryan melihat ke arah api unggun dengan serius. “Mereka berdoa untuk sanak-saudara mereka yang telah mati.”
“Hiks hiks hiks …” Tak lama kemudian, suara isak tangis mulai muncul. Suasana sedih pun menyeruak.
Melihat semua ini, membuat Ryan teringat dengan Ayahnya yang telah meninggal satu tahun yang lalu. Ia juga mulai rindu dengan Ibunya. ‘Bagaimana kabar Ibu sekarang? Apakah Ibuku akan sedih melihatku meninggal? Mungkin setelah misi ini berakhir, aku akan kembali ke Bumi sebentar …’
Dengan ekspresi sedihnya, Ryan berjalan menuju api unggun dan mulai berdoa. Kemunculan Ryan di depan api unggun memunculkan berbagai reaksi. Ada yang hormat kepadanya, ada yang sangat berterima kasih padanya karena telah melindungi mereka, dan ada juga yang tidak suka padanya. Untuk golongan yang terakhir, kebanyakan dari mereka adalah samurai yang menonton pertandingan ulang antara Kurusu dan Ryan. Serta para pendukung seorang pejabat pemerintah yang berselisih dengan Ryan saat di Stasiun.
Rian tidak memperdulikan semua itu. Setelah ia selesai berdoa, Ryan menjalan menuju seorang wanita hamil. Ketika ia berpapasan dengan wanita tersebut, Ryan berbisik pada wanita itu. “Jika kamu ingin melahirkan anak yang ada dalam kandunganmu dengan selamat, datanglah padaku …”
Mata wanita tersebut terbelak mendengar bisikan Ryan. ‘Apakah aku bisa melahirkan anakku ini sebelum aku berubah menjadi kabane?’
Ucapan Ryan tadi seakan menjadi secercah harapan bagi wanita tersebut. Ia kemudian mengusap-usap perutnya yang membesar. “Demi anakku yang ada dalam kandungan!” Resolusi yang kuat pun mulai terlihat di matanya.
~***~
Di dalam hutan, wanita hamil itu terus mencari Ryan. ‘Aku harus menemukan pria itu! Demi anakku …’ Ia terus berjalan ke depan, menyusuri hutan yang gelap, dengan harapan untuk dapat menemukan pria yang membisikinya tadi.
Di saat yang sama, Ryan terus mengikuti wanita tersebut dari belakang dengan mata birunya. Ryan dengan serius memandang tubuh wanita tersebut. Namun, apa yang dilihat Ryan bukanlah tubuh wanita tersebut, melainkan sesuatu yang jauh ada di dalam tubuhnya.
“Konsentrasi …” gumam Ryan. Di matanya, Ryan melihat banyak garis kematian pada tubuh target.
“Mengunci target …” Tidak ada yang tidak bisa dilihat oleh Ryan. Semua yang ada dalam tubuh wanita itu dapat Ryan lihat dengan jelas dalam bentuk garis kematian. Apa pun yang memiliki kematian, ia dapat melihatnya.
“Hanya ada satu cara untuk melindungi bayi dalam kandunganmu …” Dengan pisau di tangannya, Ryan berancang-ancang. “Yaitu membunuhmu!”
Dalam sekejap, Ryan menusuk wanita itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Arthurzynxavier
Hmmmm mcnya sifatnya lumayan
2022-12-16
1