Ya Tuhan, ternyata yang Andika maksud dengan kata bersenang-senang itu adalah bercinta. Aku benar-benar dibuat kebingungan kala Andika mengucapkan kata itu.
Menurutku dia terlalu berbelit-belit, sudah tahu jika aku ini belum pengalamanku jika masalah itu. Dia malah seolah ingin mempermainkan aku.
Sebenarnya aku merasa bahagia karena pagi ini aku bisa melepas rindu dengan suamiku, ehm... maksudku suaminya Andini.
Setelah dua minggu kami berpisah, akhirnya pagi ini aku dan juga Andika bisa melakukan pergumulan yang begitu panas.
Bahkan, Andika tiada hentinya memberikan kenikmatan yang begitu bertubi-tubi kepada diriku. Aku menyukainya.
Entah kenapa, pagi ini aku merasa jika Andika adalah suamiku seutuhnya. Laki-laki yang terlihat begitu mencintai diriku.
Dari sikapnya, dari cara menatapnya, dan dari cara dia menyentuhku, aku merasa jika dia begitu memujaku. Tatapannya seakan berbeda.
Setidaknya itu yang aku rasakan saat ini, aku tahu jika aku memang tidak boleh terbawa perasaan. Karena aku hanya istri kedua, tapi tetap saja perlakuannya membuat aku melambung tinggi.
Hampir dua jam kami melakukannya, setelah melakukan di atas tempat tidur, Andika juga mengajakku untuk bercinta di kamar mandi sebelum kami membersihkan diri.
Aku yakin kenapa dia bisa melakukan hal itu dengan sangat lama, bukan karena sepenuhnya merindukanku, tapi karena memang dia sudah tidak bisa lagi melakukan hal itu dengan Andini layaknya seperti sepasang suami istri yang normal.
Aku sempat searching di internet, jika wanita yang sudah melakukan operasi pengangkatan rahim tidak akan memiliki gairah seksualitas yang normal.
Gairah seksualitasnya akan menurun, bahkan ada wanita yang sampai tidak memiliki gairah seksualitas sama sekali setelah dia melakukan operasi pengangkatan rahim.
Ada juga yang memang gairah seksualitasnya tinggi, tapi karena tidak adanya pelumas yang keluar hal itu membuat wanita itu kesakitan dan tidak mau lagi berhubungan suami istri.
Rencana tinggallah rencana, Andika mengatakan jika hari ini kami akan melakukan pengecekan lapangan. Namun, pada kenyataannya kami malah bergumul di atas tempat hidup.
Bahkan, setelah itu Andika malah mengajakku pergi ke suatu tempat yang terasa sangat nyaman sekali untuk aku nikmati bersama dengan suamiku.
Ternyata Andika masih mengingat tempat yang sangat aku sukai, tempat favoritku. Dia membawa aku ke pantai, aku adalah seorang wanita yang begitu menyukai pantai.
Awalnya aku sempat protes karena ini adalah saatnya aku bekerja, tapi dia berkata jika dia sudah meminta izin kepada pak Jaka.
Dia berkata jika setelah mengajak aku ke lapangan, aku diminta untuk pergi menemaninya bekerja. Dalam hati aku tertawa, pekerjaan macam apa yang aku lakukan dengan Andika coba.
Yang ada aku dikerjain terus sama Andika, bahkan saat ditempat tidur saja dia begitu suka mengerjaiku. Sampai-sampai aku merasa kesal, tapi dia malah tertawa.
Namun, walaupun seperti itu aku begitu menikmati kebersamaan kami. Belum tentu kami akan bisa menikmati kebersamaan seperti ini lagi.
"Aku kangen banget sama kamu, Pimoy. Dua minggu loh kita ngga ketemu, rasanya kangen banget," kata Andika.
Aku langsung mencebikkan bibirku, sedari tadi dia terus saja mengucapkan kata rindu. Bahkan di saat kami sedang bercinta pun, dia terus saja mengucapkan kata-kata rindu.
"Kita itu tinggal di satu kota yang sama, kalau memang kamu rindu kenapa kamu tidak temui aku?" tanyaku pura-pura merajuk.
Aku sampai tertawa di dalam hati, karena aku bisa bersikap manja kepada Andika. Padahal aku sangat sadar jika Andika bukan hanya milikku, tapi aku merasa jika ini adalah kesempatan untuk aku bisa menikmati kebersamaan kami.
"Kamu itu ngga tahu, Pimoy! Setelah aku mengurusi istriku, aku langsung pergi ke luar kota untuk melakukan perjalanan bisnis. Makanya aku tidak bisa menemui kamu," ucap Andika dengan lesu.
"Kamu bisa telepon aku," usulku.
"Bagaimana aku bisa nelpon kamu, Pimoy. Kamu aja ngga ngasih nomor telepon kamu, kamu tuh emang nyebelin!" kata Andika.
Aku ingin tertawa saat melihat dia merajuk seperti itu, dia terlihat sangat lucu. Aku bahkan sampai tidak sadar mencubit dagunya.
Saat ini aku sedang duduk di sampingnya seraya menyandarkan kepalaku di bahunya, aku bahkan sedang memeluk suamiku itu dengan posesif.
Sungguh aku ingin menikmati waktu kebersamaan kami, karena aku tahu jika kami tidak bisa terus bersama setiap waktu.
"Maaf, aku lupa kalau aku belum ngasih nomor ponselku sama kamu," ucapku.
"Ya, tidak apa-apa. Lagi pula sekarang aku sudah menyimpan nomor ponsel kamu di ponsel aku, jadi aku bisa telepon kamu jika rindu," kata Andika.
Andika langsung mengangkat tubuhku dan mendudukkannya di atas pangkuannya, tanpa ragu dia menautkan bibir kami.
Sebenarnya aku malu, takutnya ada orang yang memperhatikan apa yang sedang kami lakukan. Namun, rasanya sangat sayang jika aku harus melewatkan kesempatan ini.
"CK! Kamu tuh bikin aku pengen lagi," kata Andika setelah tautan bibir kami terlepas.
"Aku ngga godain kamu loh," ucapku seraya menarik wajah Andika dan membenamkannya di dadaku.
Dia tertawa, lalu meremat dadaku dengan cukup kencang. "Nakal!" serunya.
Aku tertawa, lalu segera aku turun dari atas pangkuannya dan berlari menyusuri bibir pantai. Aku sengaja melakukan hal itu, aku ingin menikmati dinginnya air di hari yang terik.
Andika langsung bangun dan berlari mengejarku, kami sudah seperti anak kecil. Sangat bebas dan begitu riang. Berlari dan saling mengejar, saat tubuhku tertangkap, Andika langsung menggendongku dan membawaku ke dalam mobil.
"Aku masih mau main," ucapku penuh protes.
"Kita akan main di sini," kata Andika seraya menurunkan jok mobil.
"Mana enak bermain di sini, lagian mau main apaan di sini?" keluhku.
"Main kuda-kudaan, biar seru." Andika mulai merebahkan tubuhku.
"Jangan, Ka. Masa di sini, di dalam mobil? Nanti kalau ada yang liat bagaimana? Lagian ini sempit banget, nanti badan aku bisa sakit," ucapku.
"Ngga sakit, Pimoy. Yang ada malah enak, mau ya? Besok aku harus ke luar kota lagi, bakal lama aku perginya. Aku mau nikmatin waktu berdua sama kamu, please. Kamu mau ya?" tanya Andika.
Ya Tuhan, kenapa setiap hari aku menatap matanya malah seakan terhipnotis dan susah untuk menolak?
Kenapa aku begitu susah untuk berkata tidak? Kenapa aku malah menganggukkan kepalaku dengan perlahan dan seolah sangat pasrah?
Andika tersenyum dan langsung membuka kain yang menutupi tubuhnya, dia terlihat begitu bahagia. Berbeda dengan aku yang malah kebingungan.
"Kenapa punya kamu itu maunya bangun mulu?" tanyaku saat melihat milik Andika yang sudah kembali berdiri.
Sumpah demi apa pun aku merasa aneh, kenapa miliknya itu maunya berdiri terus. Padahal, awalnya aku mengira jika sudah melakukan satu kali dan sudah memuntahkan cairan cintanya, benda menggantung itu tidak akan bisa bangun kembali.
"Kamu tuh kebiasaan, sukanya nanya mulu," keluh Andika.
Padahal aku cuma bertanya, tapi Andika sepertinya kelihatan kesal karena keinginannya terhambat dengan pertanyaanku.
"Kamu mending diem aja, terus nikmati. Eh? Jangan diem juga, harus aktif. Kalau perlu kamu aja yang duluan manjain aku," kata Andika seraya membuka kain yang menutupi tubuhku.
Aku hanya bisa terdiam seraya memperhatikan apa yang akan Andika lakukan terhadap diriku, biarlah dia melakukan apa pun yang dia mau.
***
Selamat Siang, Sayang. Terima Kasih sudah meninggalkan like dan komentarnya, love sekebon nangka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mom La - La
wJar sja sudah 2 mnggu nggak ketemu. pengAntin bru lgi
2023-02-09
0
💜Ϝιαℓσνα💜
jd gmn aulia,, lm juga ikut merasakan bersenang2 tdk?
2022-12-27
1
🟢❤️⃟WᵃfAͬyͧuᷤdͧiaͪℛᵉˣ
pagi semangat nya masih membara. Bisa sampai beberapa ronde
2022-12-13
0