Sebenarnya aku merasa malu, karena tiba-tiba saja Andika menarik tanganku untuk segera bisa mengikuti langkahnya. Walaupun dia menarik tanganku dengan sangat lembut, tetap saja aku tidak enak hati.
Rasanya, Andika tidak pantas melakukan hal itu, takutnya ada orang yang melihat dan akan ada yang memberitahukannya kepada tante Alika ataupun kepada Andini.
Aku berkali-kali menolehkan wajahku ke kanan dan ke kiri, takutnya ada orang yang kukenal melihat kebersamaan kami.
"Kita mau apa sih?" tanyaku penasaran. "Kenapa kamu narik-narik tangan aku kayak gini?" tanya aku kepada Andika.
"Kita akan bersenang-senang," jawab Andika.
Aku langsung mengernyitkan dahiku saat mendengar apa yang dikatakan oleh Andika, mau bersenang-senang katanya.
Bukankah tadi dia berkata akan mengajakku untuk mengecek lokasi secara langsung, lalu kenapa dia malah mau mengajakku untuk bersenang-senang coba.
Lagi pula di sini tidak ada pusat permainan, di sini hotel. Tidak ada tempat yang bisa dipakai untuk bersenang-senang.
"Bersenang-senang bagaimana? Di sini tidak ada zona permainan," ucapku kepada Andika.
Mendengar apa yang aku katakan, Andika langsung menghentikan langkahnya. Kemudian, dia menatap wajahku dengan lekat. Tidak lama kemudian dia pun tertawa.
"Ya ampun, ternyata istriku ini sangat polos sekali," kata Andika seraya mengusap ujung matanya yang terlihat berair.
Aku langsung tersenyum kecut ketika dia mengatakan kata istriku, rasanya itu sangat lucu terdengar di telingaku.
Aku hanya terdiam dengan apa yang dikatakan oleh Andika, karena aku benar-benar tidak mengerti tentang apa yang dia katakan itu.
"Sudah jangan bengong, mendingan kamu ikut aku. Nanti kamu paham dengan ajakan aku," kata Andika.
Aku tidak banyak bicara, aku hanya bisa menganggukkan kepalaku karena memang aku benar-benar tidak paham dengan apa yang dia katakan dan aku tidak paham dengan apa yang dia maksudkan.
Kembali Andika menarik tanganku dengan lembut, lalu tidak lama kemudian dia membawaku ke dalam satu kamar yang berada di hotel tersebut.
Saat tiba di dalam kamar hotel, Andika menuntunku untuk duduk di atas sofa yang ada di dalam kamar tersebut.
"Aku kangen banget sama kamu, Pimoy!" kata Andika seraya menarik lembut diriku ke dalam pelukannya.
Aku tidak berkata apa-apa, aku hanya bisa membalas pelukan Andika yang terasa begitu tulus. Jujur saja di dalam hatiku, aku juga merasa rindu. Hanya saja bibir ini terasa kelu untuk berkata.
"Dua Minggu loh, aku ngga ketemu kamu. Rindu banget tau, dia juga rindu pengen masuk," kata Andika.
Dia? Dia siapa pikirku, siapa yang Andika maksudkan? Kenapa dia malah membicarakan orang lain coba?
Lagi pula aku merasa aneh dengan dirinya, tadi saja dia begitu cuek terhadap diriku. Bahkan menatapku saja serasa begitu enggan, tapi saat ini malah berbanding terbalik dengan saat meeting berlangsung.
"Dia, siapa? Terus yang mau masuk siapa? Masuk ke mana?" tanyaku.
"Oh ya ampun, Sayang. Istri aku ini benar-benar polos, aku lupa kalau aku menikahi seorang gadis yang masih bersegel. Belum pernah pacaran sama sekali," kata Andika seraya melerai pelukannya.
Aku merasa kesal kala dia mengatakan hal itu, bagaimana bisa aku berpacaran dengan orang lain, jika hatiku saja sudah terpaut dengan dirinya sejak dulu.
"Mana bisa aku pacaran kalau kamu selalu mengajak aku setiap ke mana pun kamu pergi," ucapku seraya memonyongkan bibirku dengan kesal.
"Ah, aku lupa. Kamu tuh dari dulu memang selalu ada buat aku," ucap Andika seraya mengecup bibirku dengan gemas.
"Ngga usah kecup-kecup," ucapku dengan kesal bercampur rasa malu.
"Kalau begitu kita langsung saja," kata Andika seraya mengangkat tubuhku dan merebahkan tubuh ini dengan perlahan di atas tempat tidur.
"Langsung apa?" tanyaku.
Sumpah aku benar-benar bingung dengan apa yang dimaksud oleh Andika, karena sedari tadi Andika terasa berbelit-belit dan tidak mengatakan hal inti yang ingin dia sampaikan.
"Ya ampun, istri aku ini belum paham juga," kata Andika. "Aku mau kamu, Yang. Mau ini, mau cepet ngerasain lagi," kata Andika seraya mengusap milikku yang masih terbungkus rapi dengan rok span yang aku pakai.
"Oh ya ampun, kamu nakal sekali!" keluhku.
Dalam hati aku benar-benar merasa malu dengan apa yang Andika lakukan terhadap diriku, bisa-bisanya dia berkata seperti itu dan mengusap milikku.
"Biar, biar saja aku nakal. Toh aku suami kamu, aku berhak atas kamu, Pimoy, Sayang." Andika langsung menunduk dan mengecupi pipiku.
"Aduh, jangan gigit. Nanti berbekas," ucapku kala dia mulai mengecupi dan menggigit leherku dengan gemas.
"Maaf, habisnya aku gemas," kata Andika.
"Tapi ngga gigit juga," keluhku.
Tentu saja aku merasa sangat takut jika Andika akan memberikan tanda cinta di leherku, aku ini hanya istri siri.
Aku hanya istri simpanan, tidak ada orang yang mengetahui tentang hubungan kami. Lalu, apa tanggapan orang jika mereka melihat tanda cinta dari Andika di leherku, coba.
"Iya, Sayang. Kalau begitu, aku kasih tandanya di sini saja," kata Andika seraya membuka kancing kemeja milikku.
"Jangan, Ka. Nanti baju aku kusut," ucapku saat Andika sudah berhasil membuka bajuku dan melemparkannya dengan sembarang.
"Nanti kita beli lagi," kata Andika enteng.
"Tapi---"
"Ssshht! Aku sudah rindu, tolong jangan bicara apa pun lagi," kata Andika seraya menurunkan rok span yang aku pakai.
Kini hanya ada kain yang menutupi area intiku dan juga dadaku, rasanya sangat malu karen Andika menatapku dengan tatapan penuh gairah.
"Kamu mau apa?" tanyaku saat Andika mulai membuka pengait bra yang aku pakai.
"Mau kamu, udah ngga tahan banget. Dua Minggu ngga ganti oli, udah seret banget," ucapnya.
Lalu Andika menunduk dan mulai menyesap ujung dadaku dengan rakus.
Oh Tuhan, aku sangat kaget. Rasa nikmat dan juga geli tiba-tiba saja datang bagai sebuah gelombang dahsyat yang menerjang kewarasanku.
"Bulat banget, bikin gemes." Andika meremat kedua dadaku.
Sebenarnya hatiku merasa sangat kesal saat dia bermain dengan dadaku, dia kira squishy apa, segala dibilang bulat dan menggemaskan.
"Geli, Ka. Aku ngga kuat," ucapku seraya menggeliatkan tubuhku. Karena Andika kini malah melebarkan kedua kakiku dan mulai menunduk untuk bermain dengan inti tubuhku.
"Cantik, bersih. Aku suka," ucapnya.
Ya Tuhan, rasa apa ini? Kenapa sangat nikmat? Apa coba yang sedang dia lakukan?
Aku yang merasa penasaran langsung mendongakkan kepalaku, aku sangat kaget saat melihat Andika bermain dengan bibir bawahku.
Dia seperti orang yang sedang menikmati makanan yang sangat enak sekali, dia sempat menatapku dan tersenyum. Lalu kembali melanjutkan kegiatannya.
"A--aku ngga kuat, sudah hentikan!" ucapku.
Andika terkekeh, lalu dia menghentikan kegiatannya. Dia mensejajarkan wajahnya dengan wajahku, dia mengecupi setiap inci wajahku dengan penuh kasih.
Lalu dia bangun dan berdiri di atas kedua lututnya, dia terlihat membuka kain yang menutupi tubuhnya dengan cepat.
Aku hanya bisa memperhatikan apa yang sedang dia lakukan, karena jujur saja aku rindu tapi tidak tahu harus berbuat apa.
"Dia mau masuk," ucapnya seraya menyentuh inti tubuhnya yang menegang.
***
Wilujeung siang sadayana, sayang kalian selalu. Jangan lupa tinggalkan like dan komentarnya, Love sekebon kembang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Shella Saelani
haduhhhhhh
2023-07-23
0
Mom La - La
senang2 untuk melepas rindu he he he...
2023-02-09
0
💜Ϝιαℓσνα💜
astagaaa andika klo ngomong g di filter🤣🤣🤣
2022-12-27
1