"Andika," ucapnya dengan rasa sesak di dadanya.
Aulia tidak menyangka jika setelah tiga tahun pergi untuk menghindari Andika, dia malah langsung dipertemukan kembali dengan lelaki itu.
Bahkan, satu hal yang paling dia benci ketika melihat wajah Andika, rasa cinta itu masih saja ada di dalam hatinya.
Bahkan hatinya berdebar dengan sangat kencang ketika melihat lelaki yang begitu dia cintai itu terlihat sedang asik melamun, rasa cinta, iba, haru dan kesal campur aduk menjadi satu.
Dia ingin sekali berlari, tapi kakinya seakan susah untuk digerakkan. Bahkan untuk bergeser sedikit pun tidak bisa.
Andika terlihat menghela napas berat, kemudian dia bangun dan hendak pergi dari kantin. Namun, tatapannya malah terpaku pada seorang wanita cantik yang sedang berdiri di ambang pintu seraya memperhatikan dirinya.
Awalnya dia terlihat diam saja, dia memandang Aulia seraya memicingkan matanya. Dia seolah tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Andika bahkan sampai mengucek matanya berkali-kali, dia takut jika dirinya salah mengenali orang.
"Aulia! Elu, elu Aulia, kan?" tanya Andika.
Dengan cepat Andika menghampiri Aulia, dia memindai penampilan wanita itu dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Penampilannya memang benar-benar berubah, tapi dia sangat yakin jika wanita yang ada di hadapannya itu adalah sahabat karibnya.
"Ah, gue yakin ini elu. Elu berubah banget, elu jadi makin cantik. Elu pakai dress, ya ampun Aulia. Gue seneng banget ketemu sama elu," kata Andika seraya memeluk Aulia dengan erat.
Andika begitu bahagia bisa bertemu dengan sahabat dari kecilnya, Aulia. Dia bahkan sampai memeluk Aulia seraya menggoyang-goyangkan tubuhnya.
Berbeda dengan Aulia, dia masih terdiam terpaku tanpa berniat sedikit pun untuk membalas pelukan dari Andika.
Dia masih bingung harus melakukan apa, dia masih bingung haruskah dia membalas sapaan Andika. Hati dan pikirannya kini seakan berperang, dia benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Otaknya serasa kosong, dia hanya berdiri seperti patung yang tidak bernyawa. Bingung dan kaget masih dia rasa.
"Ya ampun, Pimoy. Elu balik juga akhirnya, gue kangen banget sama elu. Kenapa elu pergi. ngga pamit lagi sama gue? Tega banget sama sohib sendiri," keluh Andika.
Andika yang sejak tadi terlihat murung dan juga bersedih, kini berubah menjadi ceria. Dia terus saja memeluk Aulia dengan penuh kerinduan.
Bahkan, beberapa orang yang ada di kantin tersebut terlihat memperhatikan interaksi di antara kedua insan manusia berbeda jenis kelamin tersebut.
Andika terus saja berbicara meluapkan rasa rindunya terhadap Aulia, wanita yang dulunya sangat tomboi dan juga selalu ada untuk dirinya.
Wanita yang selalu menemani dan membantu dirinya dikala kesusahan, Aulia benar-benar seperti bayangan untuk dirinya.
Namun, saat dia menikah Aulia malah menghilang. Dia mencari sahabatnya itu ke mana pun, sayangnya tidak ketemu.
Dia sempat bertanya kepada Adisha, tapi anak itu hanya menggedikkan kedua bahunya. Sungguh saat itu Andika sangat kesal karena tidak bisa bertemu dengan Aulia.
Berbeda dengan Aulia, dia merasa sangat sedih karena Andika malah membangunkan rasa cintanya untuk semakin tumbuh dengan apa yang pria itu lakukan.
Air mata langsung turun di kedua pipinya, tapi dengan cepat dia menyusut air matanya. Dia tidak mau terlihat cengeng di hadapan pria yang dia cintai itu.
Dia tidak mau menjadi bahan tertawaan sahabat sekaligus lelaki yang dia cintai itu, dia ingin terlihat kuat dan tegar.
"Sorry, gue terlalu seneng sampai-sampai lupa buat ngajakin elu duduk," kata Andika seraya melerai pelukannya.
Dia pandang wajah sahabatnya yang sangat dia rindukan itu, rasa bahagia begitu membuncah di dalam dadanya.
"Ngga apa-apa," jawab Aulia seraya menahan tangisnya.
Jika saja bisa, dia ingin segera berlari dan menangis sejadi-jadinya di tempat yang tersembunyi, tapi kakinya begitu susah untuk digerakkan.
Pikirannya ingin berlari dari pria yang berada di hadapannya, tapi tubuhnya ingin terus berada di samping pria itu.
"Oh ya ampun, elu nangis," kata Andika seraya mengusap pipi Aulia dengan lembut.
Ada rasa hangat yang menyeruak ke dalam hatinya, tapi dengan cepat dia tepis tangan itu. Dia tidak mau jika rasa itu tumbuh dan akan menyiksa dirinya kembali.
Untuk sesaat dia terdiam memikirkan alasan apa yang harus dia katakan, tapi tidak lama kemudian Aulia pun berkata.
"Gue lagi sedih, nyokap gue kritis," ucap Aulia.
Dia memang sedang bersedih karena ibunya kritis, jadi dia tidak salah berucap bukan. Karena itu memang kenyataannya.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Aulia, Andika terlihat sangat kaget. Karena dulu dia cukup dekat dengan wanita yang bernama Aisyah itu, wanita itu selalu saja bersikap baik kepada Andika.
Bahkan setiap kali dia pergi ke rumah Aulia, pasti Andika akan makan dengan lahap masakan wanita itu.
Andika memang terlahir dari keluarga kaya, tapi untuk masalah makanan dia memang tidak pernah pilih-pilih.
Dalam bergaul pun dia tidak pernah pilih-pilih, maka dari itu Aulia begitu menyukai sosok Andika. Tanpa terasa cinta pun tumbuh di dalam hatinya dan tak terbalas, bahkan tanpa diketahui oleh Andika.
"Tante Aisyah sakit?" tanya Andika.
Aulia menunduk lesu, dia sangat sedih saat Adisha berkata jika ibunya menderita penyakit kanker otak stadium empat.
"Iya, kanker otak stadium empat." Aulia menjelaskan.
"Oh ya ampun, gue turut sedih. Gue pengen ketemu nyokap elu, ajak gue ke ruang perawatan nyokap elu."
Andika merangkul pundak Aulia, tapi dengan cepat dia menepis tangan sahabatnya itu. Andika terlihat tidak senang, dia kecewa.
"Elu berubah, kenapa?" tanya Andika dengan wajah sendunya.
Pertanyaan Andika terdengar begitu konyol di telinga Aulia, Andika adalah pria beristri. Rasanya sangat tidak pantas Andika merangkul pundak Aulia, apalagi memeluk dirinya seperti tadi.
"Gue ngga berubah!" sangkal Aulia.
Andika berdecak sebal ketika Aulia mengatakan hal itu, dia bisa melihat sendiri jika Aulia seakan begitu menghindari dirinya sedari tadi.
"Elu berubah, elu terlihat makin cantik. Elu juga makin seksi, tapi elu galak," kata Andika jujur seraya menatap Aulia dengan lekat.
Dulu Aulia memang wanita yang memiliki bobot tubuh berlebih, dia juga merupakan wanita tomboi. Namun, dia sangat baik dan respek terhadap siapa pun.
Maka dari itu Andika begitu menyukai dirinya, Andika sangat suka bersahabat dengan wanita itu.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Andika, Aulia terlihat mencebikkan bibirnya. Selama tiga tahun ini dia meratapi kesedihannya karena ditinggal menikah oleh Andika.
Makanya bobot tubuhnya yang dulu mencapai delapan puluh kilo kini menyusut hingga enam puluh lima kilo, hal itu terjadi bukan karena dia sering olah raga.
Namun, setiap hari dia hanya menangis dan bersedih meratapi nasibnya yang ditinggal menikah oleh sahabat yang dia cintai itu.
"Kok elu ngomongnya gitu, itu artinya elu ngatain bodi gue yang dulu," keluh Aulia dengan bibir yang mengerucut.
****
Selamat siang, selamat beraktifitas. Terima kasih sudah meninggalkan like dan komentarnya, sayang kalian selalu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Debbie Teguh
baperan bgt sih aulia
2023-07-13
0
Mom La - La
hmmm, yang namanya jodoh, walaupun kamu berlari keujung dunia pasti kalian tetap akan bertemu lagi.
n dia pasti sedang menunggumu.
2023-02-09
0
Hanipah Fitri
ceritanya enak dibaca
2023-01-13
0