Aulia benar-benar tidak menyangka jika Andika akan meminta dirinya untuk menjadi istri keduanya, Andika akan meminta dirinya untuk mengandung keturunannya.
Padahal, dia menyarankan Andika untuk menikah lagi dengan wanita lain itu hanya asal saja, bukan berarti dia menginginkan dirinya sendiri untuk menjadi istri dari lelaki yang sejak dulu dia cinta itu.
"Gue mau makan, gue mau nyari makan di luar aja. Gue males makan di sini, ada elu," kata Aulia cepat.
Padahal dia mengatakan hal itu agar dirinya bisa menghindari kontak mata dan kontak fisik antara dirinya dan juga Andika, dia takut jika hatinya akan luluh.
"Jangan pergi, Pimoy. Gue serius sama permintaan yang gue ucapin tadi," kata Andika memelas.
Aulia langsung menatap Andika dengan tajam, dia sudah berkali-kali berkata jika dirinya tidak mau menikah dengan Andika dan menjadi istri kedua dari lelaki itu.
"Ngga mau gue," jawab Aulia.
Hatinya merasa kesal setiap kali Andika meminta dirinya untuk menjadi istrinya, Aulia memang mencintai Andika, tapi bukan dengan cara seperti itu, pikirnya.
Aulia terlihat bangun dari duduknya dan berjalan dengan cepat untuk keluar dari kantin itu, dia memilih untuk menghentikan obrolannya dengan Andika.
Melihat Aulia yang semakin menjauhi dirinya, Andika ikut bangun dan segera mengejar sahabatnya itu.
Karena Aulia berjalan dengan tergesa, tanpa sengaja dia menabrak seorang wanita paruh baya yang berjalan di hadapannya.
"Aduh!" keluh wanita itu seraya mengusap pundaknya.
Aulia benar-benar menyesali perbuatannya, karena terlalu kecewa terhadap Andika, dia berjalan dengan teegesa sehingga menabrak wanita paruh baya yang berada di hadapannya.
"Maaf, Nyonya. Maafkan saya, saya tidak sengaja," kata Aulia seraya membungkukkan badannya beberapa kali.
Melihat wanita muda yang menabrak dirinya terlihat begitu sopan, wanita paruh baya itu pun tidak ada niatan untuk memarahi Aulia.
"Eh? Tidak apa-apa," jawab wanita paruh baya itu.
Mendengar suara yang sangat familiar di telinganya, Aulia langsung menegakkan tubuhnya. Lalu, dia menatap wajah wanita paruh baya itu.
"Tante Alika," panggilnya dengan lirih.
Aulia menatap wanita paruh baya itu dengan penuh rindu, wanita yang sudah tiga tahun ini tidak dia temui.
Wanita paruh baya yang berada di hadapannya terlihat kebingungan, saat perempuan muda yang berada di hadapannya mengenali dirinya.
Wanita yang dipanggil tante Alika itu, terlihat memindai penampilan Aulia dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
Aulia terlihat begitu cantik dengan dress selutut berwarna navy, rambutnya terlihat dicepol secara asal. Wajahnya terlihat memakai riasan tipis, dengan bibirnya yang di poles gincu berwarna merah muda.
Dia seperti mengenali wajah itu, tapi dia bingung siapa wanita yang ada di hadapannya itu. Dia seakan familiar dengan suaranya, tapi siapa.
"Dia Pimoy, Mom." Suara Andika terdengar nyaring di telinga Alika.
Lelaki itu terlihat bernapas dengan tersenggal karena berlari untuk mengejar Aulia, dia takut ditinggalkan oleh sahabatnya itu.
"Pimoy, sahabat kamu?" tanya Alika.
Dia benar-benar terlihat tidak percaya saat melihat wanita yang kini berada di hadapannya itu adalah Aulia, karena dulu Aulia terlihat memiliki bobot badan berlebih.
"Ya, kenapa? Mom pasti ngga percaya karena gadis yang selalu Mom panggil Pimoy, kini malah terlihat kurusan," kata Andika seraya menghampiri Alika.
"Oh ya Tuhan, Aulia, Sayang. Pimoynya Tante Alika, ke mana saja kamu, hem? Tante kangen banget," kata Alika.
Alika terlihat memeluk Aulia tanpa permisi, wanita paruh baya itu begitu merindukan gadis muda yang kini berada di hadapannya itu.
Dia sudah seperti anaknya sendiri, karena dulu Aulia hampir setiap hari akan datang ke rumahnya bersama dengan Andika.
"Kamu semakin cantik, Tante ngga nyangka kamu bisa berubah seperti ini. Padahal dulu tomboi banget," kata Alika penuh rindu.
"Ehm, kan, biar ada yang ngelirik Tante. Biar cepet punya suami," canda Aulia.
"Oh ya ampun, kamu belum menikah?" tanya Alika seraya melerai pelukannya.
"Belum laku, Tan." Aulia nyengir kuda.
"Kalau gitu jadi mantu Tante saja, istrinya Andika ngga punya-punya anak. Sepertinya dia takut kalau badannya akan melar kalau hamil," pinta Alika.
Alika selalu menyangka jika istri dari Andika itu tidak mau hamil karena tidak mau badannya melar, padahal Andini juga wanita biasa. Dia juga ingin memiliki keturunan, hanya saja Tuhan berkata lain.
"Mana bisa, Andika sudah punya istri," tolak Aulia seraya terkekeh.
Aulia bisa saja terlihat santai di depan Alika, padahal hatinya benar-benar merasa gundah gulana. Karena baru saja Andika meminta dirinya untuk menjadi istrinya, sekarang Alika pun meminta permintaan yang sama kepada dirinya.
"Biar saja, biar mereka bercerai. Tiga tahun nikah kok ngga ada tanda-tanda hamil, Tante kesel," kata Alika.
Aulia bisa melihat dengan jelas raut kekesalan di wajah Alika, tapi dengan cepat dia mengelus lembut tangan Alika dan berkata.
"Mungkin belum waktunya saja," kata Aulia mencoba membela.
Mendengar apa yang dikatakan oleh Aulia, Alika terlihat mencebikkan bibirnya. Dia tidak suka karena Aulia membela Andini, menantunya.
"Lama, Pimoy, Sayang. Tante sudah tidak sabar untuk memiliki cucu," kata Alika dengan bibir mengerucut.
"Sabar ya, Tan." Aulia mengelus lembut lengan wanita paruh baya yang sudah dia anggap seperti ibunya sendiri itu.
Sebenarnya dalam hati Andika merasa senang, karena ibunya meminta Aulia untuk menjadi istrinya.
Sayangnya dia kurang suka jika dirinya harus menceraikan Andini, karena itu artinya dia begitu kejam sebagai seorang lelaki.
Namun, jika dia terang-terangan berbicara kepada ibunya jika dirinya akan menjadikan Aulia sebagai istri kedua, ibunya pasti akan menolaknya.
Karena Alika sangat membenci yang namanya poligami, dulu dia dikhianati oleh suaminya. Suaminya menikah lagi tanpa sepengetahuan dirinya.
Pada akhirnya dia mengetahui suaminya sudah beristri, setelah suaminya itu mengalami kecelakaan bersama dengan istri sirinya.
"Eh? Tunggu dulu, kenapa kamu ada di Rumah Sakit?" tanya Alika.
"Ibu kritis, kanker stadium empat," jawab Alika bersedih.
Dia benar-benar merasa sedih karena ibunya, Aisyah, tanpa sepengetahuannya menderita kanker otak stadium empat.
Dia benar-benar merasa menjadi anak yang paling durhaka, karena tidak bisa merawat ibunya.
"Tante turut sedih," kata Alika seraya mengelus lembut punggung Aulia.
Dia merasa iba kepada wanita yang sedari dulu selalu ada untuk putranya itu, di saat dia sibuk bekerja saja Aulia selalu menemani Andika.
"Terima kasih," jawab Aulia.
Aulia terlihat bahagia karena mendapatkan support dari wanita yang sudah melahirkan lelaki yang dia cintai itu.
Setelah bertanya kepada Aulia, Alika terlihat menolehkan wajahnya kepada Andika. Dia merasa heran, kenapa putranya itu berada di Rumah Sakit yang sama bersama dengan Aulia.
Padahal ini adalah jam kerja, seharusnya putranya itu berada di kantornya.
"Terus kamu kenapa di sini?" tanya Alika seraya melirik ke arah putranya.
****
Selamat pagi menjelang siang, hatur nuhun sudah mampir. Sayang kalian selalu, ditunggu like dan komentnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂
emaknya Adika egois ya,padahal dia korban poligami.lah kenapa nyuruh anknya bercerai ,Andika juga kenapa g jujur aja kalo istrinya g bakalan pernah hamil
2023-04-06
0
Mom La - La
tuh kan benar yg aku bilang. he he he.
Aulia pasti di jadiin istri kedua.
2023-02-09
0
Mom La - La
tuh kan benar yg aku bilang. he he he.
Aulia pasti di jadiin istri kedua.
2023-02-09
0