Setelah meminta restu kepada ibu, tiba-tiba saja ada pak ustadz yang masuk dan juga beberapa orang yang akan menjadi saksi pada pernikahan kami.
Ada juga dokter yang ikut menjadi saksi di malam pernikahan kami ini, dan dua orang perawat yang sengaja Andika minta tolong untuk hadir.
Walaupun pernikahan kami hanyalah sebatas pernikahan Siri, ternyata Andika juga menyiapkan mas kawin yang tidak sedikit.
Dia memberikan satu unit apartemen mewah untuk aku tinggali setelah menikah dengannya, Andika juga memberikan kartu unlimited berisi uang yang aku tidak tahu berapa jumlahnya.
Bahkan, lelaki itu juga memberikan aku satu buah mobil sebagai kado pernikahan. Andika benar-benar mempersiapkan semuanya dengan baik, padahal persiapan pernikahan kami hanya sebentar.
Bahkan, tidak ada setengah hari. Namun, semuanya terlihat sudah siap dan juga rapi. Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang, jika uang sudah berbicara semuanya pun akan mudah.
Acara pernikahan pun sudah selesai, semua saksi yang hadir sudah membubarkan diri. Pak ustadz juga sudah terlihat pulang ke rumahnya diantarkan oleh Fikri.
Kini Tinggal ada aku, Ibu, Adisha dan juga Andika. Ibu terlihat tersenyum ke arah Andika, kemudian dia berkata.
"Nak Andika, Ibu ingin pulang sekarang juga. Ibu tidak betah tinggal di Rumah Sakit," pinta Ibu. Aisyah.
Andika terlihat bingung untuk menuruti permintaan ibu, karena seperti yang aku tahu, jika penyakit kanker otak itu sangatlah berbahaya. Penyakit seperti Ibu membutuhkan perawatan yang khusus.
"Nanti saja, Bu. Pulangnya kalau Ibu sudah sembuh, semua biaya dan apa pun yang Ibu butuhkan tinggal bilang sama Aku. Nanti aku akan mengurusnya," ucap Andika.
Ibu terlihat menggelengkan kepalanya dengan lemah, dia seolah tidak setuju dengan apa yang diusulkan oleh Andika.
"Tidak Nak Andika, Ibu mendingan pulang saja. Semua pengobatan yang ibu lakukan hanya akan menambah beberapa hari saja usia ibu di dunia ini, tapi tidak akan bisa menyembuhkan penyakit kanker otak yang Ibu derita," celetuk Ibu.
Aku merasa sangat sedih mendengar apa yang Ibu katakan, padahal aku masih berharap jika ibu akan sembuh. Walaupun itu terasa sulit dan terkesan mustahil.
"Ibu, ibu jangan berkata seperti itu," ucapku seraya memeluk ibu.
Ibu tersenyum lalu membelai puncak kepalaku dengan sangat lembut, dia terlihat benar-benar menyayangiku.
"Kamu nggak boleh cengeng, pokoknya Ibu mau pulang. Ibu lebih baik menghabiskan waktu bersama kalian, dari pada menghabiskan waktu di Rumah Sakit untuk berobat," kata ibu lagi.
"Bu, jangan ngomong aneh-aneh!" Adisha ikut memeluk ibu.
"Ibu tidak bicara aneh-aneh, Sayang. Ibu hanya bicara soal fakta, Ibu tidak mau membesarkan harapan untuk diri sendiri. Padahal, pada kenyataannya tidak seperti itu," ucap Ibu lagi.
Tiba-tiba saja aku merasakan ada yang mengelusi punggungku dengan lembut, saat aku menolehkan wajahku, ternyata Andika yang melakukannya.
Dia seolah sedang berusaha untuk menenangkanku, bahkan dia tersenyum manis seolah menguatkan diriku.
Aku membalas senyuman dari Andika, kemudian aku melerai pelukanku dengan ibu dan duduk tepat di sampingnya.
"Ya sudah, kalau Ibu maunya pulang sekarang aku akan memintanya pada dokter. Ibu harus tinggal di apartemen yang sudah saya berikan untuk Aulia saja, biar Ibu lebih nyaman. Di sana juga ada dua pelayan yang akan membantu kalian dalam mengerjakan apa pun," kata Andika.
Aku tertegun mendengar apa yang dia katakan, ternyata Andika sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat baik. Bahkan dia juga memikirkan Ibu serta Adisha, aku terharu mendengarnya.
"Tidak usah, Ibu mau pulang ke rumah Ibu saja. Walaupun sederhana tapi terasa nyaman," kata Ibu Aisyah.
"Tidak, pokoknya kalian harus pulang ke apartemen yang sudah aku berikan. Di sana fasilitasnya juga sudah lengkap, kalian tidak akan kekurangan apa pun. Aku mohon," Kata Andika.
Ibu terlihat berpikir untuk sejenak, tidak lama kemudian ibu tersenyum. Lalu, dia pun menganggukkan kepalanya.
"Baiklah, ajaklah ibu ke apartemen yang sudah Nak Andika belikan untuk putri Ibu," kata Ibu Aisyah.
Mendengar apa yang Ibu katakan, Andika terlihat melebarkan senyumannya. Dia terlihat bahagia sekali.
"Iya, tentu, tentu saja. Karena setiap apa pun yang aku punya, setiap apa pun yang aku berikan kepada Aulia, itu juga berarti milik kalian. Karena aku bukan hanya menikahi Aulia, tapi aku juga harus menikah dengan keluarganya. Ibu dan juga Adisha," kata Andika.
Oh Tuhan, aku benar-benar merasa bahagia saat Andika mengatakan hal itu. Karena ternyata Adisha dan juga Ibu Aisyah sangat berharga di mata Andika.
"Terima kasih," ucap Ibu tulus.
Andika terlihat tersenyum, kemudian dia kembali mengambil benda yang selalu dia bawa kemana pun dia pergi. Yaitu ponsel pintarnya.
Hanya menunggu lima belas menit saja ternyata Ibu sudah diperbolehkan untuk pulang, sesuai dengan janji Andika Ibu langsung dibawa pulang ke kediaman baru yang Andika berikan kepadaku.
Sebenarnya aku merasa malu, aku merasa jadi istri kedua yang matre. Wanita yang menikahi Andika hanya untuk harta, tapi kembali lagi pada niat awalku.
Aku menikahi Andika karena aku memang mencintainya, satu hal yang pasti. Aku ingin memberikan keturunan untuknya, setelah itu aku janji aku akan pergi dari kehidupan Andika.
Aku akan menjauh, aku tidak ingin menjadi beban untuknya. Aku juga tidak mau menjadi orang ketiga di dalam rumah tangganya, ini hanya sementara.
Semua ini harus aku jalani, karena inilah yang sudah aku putuskan. Namun, sebisa mungkin aku tidak akan membebani kehidupan Andika. Kecuali jika memang Andika yang ikhlas memberikannya untukku.
Saat tiba di apartemen mewah yang Andika berikan, ternyata apartemen itu benar-benar mewah, fasilitasnya benar-benar lengkap
Di sana ada empat kamar yang bisa ditempati, satu buat ibu, satu buat Adisha dan satu lagi buatku. Tentu saja yang satunya untuk tempat tinggal kedua pelayan yang disebutkan oleh Andika.
Saat aku masuk, semua perabotan rumah tangga sudah tersedia. Bahkan, saat aku masuk ke dalam kamarku semua yang aku butuhkan sudah ada di sana.
Dari mulai baju, sepatu, tas, make up dan semuanya sudah tersedia. Sepertinya Andika benar-benar sudah matang memikirkan hal ini, aku malah jadi heran dengan pria yang kini menjadi suamiku itu.
Hanya beberapa jam saja tapi semuanya sudah terlihat siap dan sempurna, ini sangat luar biasa.
"Kamu suka?" tanya Andika ketika aku sedang memperhatikan kamarku.
"Sangat, tapi ini sangat berlebihan," ucapku.
"Tidak, untuk calon ibu dari anak-anakku ini tidak berlebihan," kata Andika.
Setelah mengatakan hal itu, Andika tiba-tiba saja memelukku dari belakang. Lalu dia menyadarkan kepalanya di pundakku, aku sangat kaget.
"Mau mandi dulu, atau mau langsung bikin dedek bayi dari sekarang?" tanya Andika.
"Hah?"
Aku benar-benar merasa kaget dengan apa yang Andika tanyakan, rasanya ini terlalu cepat. Oh Tuhan, apakah harus saat ini juga Aku menyerahkan diriku kepada Andika?
***
Up tengah malam, kegabrutan Othor yang tidak bisa merem.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mom La - La
akh... senangnya habis nikah langsung dpat kado mobil mewah.
2023-02-09
0
N⃟ʲᵃᵃ࿐D̳e̳d̳e̳k̳
lihat saja nanti 🤔
2022-12-13
1
💜Ϝιαℓσνα💜
mau nanti atau skrg juga sama aja Aulia udh SAH dan Halal juga😅😅
2022-12-13
2