Tidak Percaya

Pagi telah menjelang, aku merasakan tubuhku sangat sakit semua. Apalagi area intiku, rasanya benar-benar terasa perih sekali.

Semalam Andika benar-benar langsung meminta haknya sebagai suamiku, padahal aku mengira jika dia tidak akan memintanya secepat itu.

Aku menjadi bertanya-tanya di dalam hatiku, apa mungkin istrinya sudah lama tidak memberikan haknya, karena Andika begitu bersemangat saat menggauliku.

Satu hal yang aku tahu, dia melakukannya dengan penuh kelembutan. Bahkan rasa sakit yang teramat itu hanya datang sebentar saja, setelahnya bergantikan rasa nikmat yang luar biasa.

Mungkin, inilah yang disebut dengan namanya surga dunia. Andika bahkan melakukannya sampai dua kali, padahal gelombang kenikmatan pertama yang dia berikan saja belum seutuhnya pergi dari tubuhku.

Namun, pria itu tidak lama kemudian terlihat berhasrat kembali untuk memadu Kasih dengan diriku. Aku baru menyadari, ternyata sahabatku itu mempunyai gairah seksualitas yang tinggi.

Aku menolehkan wajahku kerarah pria yang kini terlelap di sampingku, dia terlihat begitu tampan dari dulu sampai sekarang.

Aku merasa jika semua ini masih tidak nyata, semuanya terasa seperti mimpi. Namun, nyatanya Andika benar-benar berada di sampingku.

Matanya terlihat terpejam, tapi tangannya begitu posesif memeluk pinggangku. Aku tidak menyangka jika sahabatku kini menjadi suamiku.

Walaupun pada kenyataannya aku hanya menjadi istri kedua, istri siri dari Andika. Wanita yang hanya dibutuhkan untuk mengandung benihnya, wanita yang dibutuhkan untuk kepentingan urusan keturunan.

Aku jadi teringat akan novel yang pernah aku baca, Ibu pengganti. Oh ya Tuhan, hidupku sudah seperti di dalam novel. Sangat menyedihkan, tapi ini pilihan hidupku.

Dari pada aku memikirkan hal itu, lebih baik aku berpikir jika ini adalah pernikahan simbiosis mutualisme. Pernikahan yang membuat kedua belah pihak, merasa diuntungkan.

Hidupku yang tadinya serba biasa, kini aku bisa merasakan yang namanya hidup mewah setelah menikah dengan Andika.

Begitu juga dengan Andika, dia yang tidak bisa memiliki anak dari istrinya, tapi dia bisa mengharapkanku untuk menjadi Ibu dari anak-anaknya.

Saling menguntungkan bukan?

Hanya saja satu hal yang aku anehkan dari Andika, istrinya baru saja dioperasi pengangkatan rahim tadi sore. Namun kenapa Andika malah begitu betah tidur bersama dengan diriku?

Kenapa tidak ada niatan untuknya menemani istrinya di Rumah Sakit saja? Apakah dia tidak khawatir dengan keadaan istrinya? Apakah dia tidak takut jika istrinya tengah malam terbangun dan mencari dirinya?

Aku menjadi aneh dibuatnya, tapi... dari pada memikirkan hal yang tidak-tidak. Lebih baik sekarang aku memikirkan diriku sendiri.

Sepertinya aku harus segera berendam dengan air hangat, setelah itu aku bisa melaksanakan shalat subuh.

Sepertinya dengan melakukan hal itu akan membuat tubuhku lebih segar, milikku yang terasa perih juga bisa lebih baik.

"Sepertinya memang berendam dengan air hangat memang paling enak," ucapku lirih.

Aku mencoba menyingkirkan tangan suamiku yang memelukku dengan posesif, setelah itu aku pun menggeserkan tubuhku dengan perlahan agar tidak membangunkan Andika.

Sayangnya, rasa sakit dan juga perih di area intiku membuat aku begitu susah untuk turun dari tempat tidur.

"Aduh!" ucapku memekik kesakitan kala aku berusaha untuk menurunkan kakiku ke atas lantai.

Andika yang sedang tertidur pulas langsung terbangun, sepertinya dia kaget saat mendengar suaraku.

"Eh? Kamu sudah bangun? Mau ke mana?" tanya Andika.

Aku yang hendak turun langsung terdiam, satu hal yang aku sadari. Kini tubuhku dalam keadaan polos, aku berusaha untuk menarik selimut dan menutupi tubuhku karena sangat malu.

Melihat akan tingkahku yang seperti itu, Andika langsung terkekeh kemudian dia bangun dan menarik lembut tubuhku ke dalam pelukannya.

"Aku sudah melihat semuanya, kamu sangat seksi. Aku suka," kata Andika seraya meremat dadaku.

Sontak saja tubuhku serasa meremang kala Andika melakukan hal itu, sentuhan tangannya seperti mengandung magic yang bisa membuatku berubah dari tadinya merasa kesakitan kini malah menginginkan disentuh lebih dari itu.

"Aku mau mandi dulu, Ini sudah pagi," ucapku seraya melirik jam digital yang berada di atas nakas.

Waktu menunjukkan pukul 04.01 pagi, itu artinya aku harus segera mandi dan bersiap untuk melakukan kewajibanku.

Andika kembali terkekeh, kemudian dia menunduk dan mengusap rahngku. Lalu, dia mengecup bibirku beberapa kali.

"Iya, aku tahu kamu harus segera mandi. Aku hanya akan membantumu, aku tidak akan memintanya lagi untuk saat ini. Aku tahu kamu masih merasa kesakitan," ucapnya.

Setelah mengatakan hal itu, tanpa ragu Andika langsung menggendong tubuh polosku menuju kamar mandi.

Aku benar-benar merasa malu karena kini tubuh kami sama-sama polos, tapi tidak dengan Andika. Dia nampak biasa saja.

Saat tiba di dalam kamar mandi, Andika mendudukan aku di atas kloset tertutup. Kemudian, dia menyiapkan air hangat di dalam bathup.

Setelah itu, dia kembali menggendong tubuhku dan memasukkan tubuhku ke dalam bathup. Rasa hangat langsung menjalar ke seluruh tubuhku, bahkan area intiku yang terasa sedang sakit terasa lebih baik.

"Berendamlah dulu sepuluh sampai lima belas menit, agar punya kamu itu tidak sakit lagi. Oke?" kata Andika seraya mengelus milikku.

Ck! Tangannya itu nakal sekali, bisa-bisanya dia menunduk dan memasukkan tangannya ke dalam air hanya untuk mengusap milikku.

Aku langsung mendelik sebal mendengar apa yang dikatakan oleh Andika, aku juga kesal karena tangannya itu sangat nakal.

Padahal, ini semua karena perbuatannya. Kalau saja dia tidak melakukannya, aku tidak akan merasakan sakit yang teramat.

Oh iya, satu hal lagi. Aku merasa aneh terhadap Andika, kenapa dia begitu tidak sabar untuk meminta haknya?

Dia seperti lelaki yang sudah lama tidak mendapatkan haknya dari istrinya, sebenarnya ada apa, ya?

Ah, sebaliknya aku ngga usah ikut campur. Lebih baik aku mengurus diriku sendiri dan juga mengurus ibu.

Andika seperti menyadari kekesalan di wajahku, dia tersenyum dengan sangat manis. Lalu, dia menunduk lalu mengecup bibirku beberapa kali.

"Maaf, karena tadi malam aku sudah memintanya dengan tidak sabar," ucap Andika.

Aku bisa melihat raut penyesalan di wajah Andika, tatapannya begitu dalam dan terasa menghipnotis.

"Hem!" jawabku acuh.

Aku langsung menyandarkan tubuhku dan memejamkan mataku, karena sesungguhnya aku masih merasakan enggan untuk bersitatap mata dengan Andika.

Aku benar-benar takut jika rasa cintaku akan semakin dalam dan aku akan merasa serakah. Lalu, aku malah tidak ingin melepaskan Andika.

"Aku hanya takut setelah ini aku akan susah menemuimu, aku pasti akan repot mengurusi Istriku yang baru melakukan operasi. Maaf jika nanti aku tidak datang untuk beberapa hari," ucap Andika lesu.

Setelah mengatakan hal itu, aku langsung membuka mataku. Lalu, aku menatap wajah Andika dengan lekat.

"Maksudnya?" tanyaku bingung.

"Semua fasilitas untuk kamu sudah aku persiapkan dengan baik, kamu tidak akan kekurangan apa pun. Hanya saja untuk beberapa hari ini aku tidak bisa menemuimu," jelas Andika.

Rasa kecewa menyusup ke dalam hatiku, belum satu hari kami menikah tapi Andika sudah mengatakan hal itu.

"Kenapa?" tanyaku.

"Karena aku harus mengurusi Andini, aku juga takut mom akan curiga kalau aku datang ke sini untuk saat ini," jelas Andika lagi.

Dalam hati aku merasa sedih, karena itu artinya aku tidak akan bertemu dengan suamiku untuk beberapa hari ini.

Namun, aku segera menyadarkan diriku bahwa Andika memanglah suami dari wanita lain. Aku yang datang sebagai orang ketiga di sini, aku tidak boleh kecewa dan juga egois.

Eh? Tunggu dulu deh, dari tadi aku dan Andika berkata aku dan kamu. Ya Tuhan, ke mana kata gue dan elu yang selalu kami ucapkan?

Apakah ini artinya dia sudah benar-benar menganggapku sebagai istri? Maka dari elu gue tidak ada lagi terucap dari bibirnya, juga bibirku.

"Aih! Aku lagi ngomong kamu malah bengong, apa mau dikasih salam perpisahan dulu sebelum aku pergi?" tanya Andika.

Aku yang sedang melamun langsung tertarik ke alam nyata, kemudian aku menatap wajah Andika dengan lekat.

Tentu saja hal itu aku lakukan karena aku tidak paham dengan apa yang dia katakan, aku langsung bertanya.

"Maksudnya salam perpisahan apa?" tanyaku.

Andika terkekeh, kemudian dia menunduk lalu menautkan bibirnya ke bibirku. Tangan kirinya terasa meremat dadaku dengan lembut, sedangkan tangan kanannya menarik tengkuk leherku agar ciuman kami semakin dalam.

Tentu saja mendapatkan perlakuan seperti itu, aku langsung merasa melayang ke angkasa. Tubuhku terasa ringan, seperti kapas dan tidak berbobot.

"Mau mengulang yang tadi malam tidak?" tanya Andika setelah tautan bibir kami terlepas.

Andika menatapku dengan tatapan penuh damba, aku bisa melihat jika dia begitu menginginkan diriku.

Lagi-lagi melihat sikap Andika yang seperti itu membuat aku bertanya di dalam hatiku, kenapa dia seolah sudah lama tidak pernah merasakan yang namanya bercinta?

****

Happy morning all, semoga kalian sehat selalu dan murah rezeki. Sayang kalian selalu, love sekebon kembang.

Terpopuler

Comments

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

꧁𓊈𒆜🅰🆁🅸🅴🆂𒆜𓊉꧂

sepertinya Andika sudah lama tidak melakukan hubungan intim dengan istrinya,istrinyakan sakit

2023-04-06

0

Mom La - La

Mom La - La

hmmm, klaw menurutku bukan ibu pengganti, lbih tepatnya rahim pengganti.

2023-02-09

0

Hanipah Fitri

Hanipah Fitri

walaupun aku tdk suka langkah yg diambil Andika adalah salah, menikah' wanita lain saat istrinya di rmh sakit

2023-01-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bertemu Kembali
2 Rindu
3 Mau Ya, Jadi Istri Gue?
4 Pertemuan Aulia Dengan Alika
5 Deal
6 Tidak Mengerti
7 Meminta Restu
8 Sah
9 Tidak Percaya
10 Pagi Yang Indah
11 Minta Bekal
12 Rindu?
13 Klienku Ternyata
14 Melepas Rindu
15 Menghabiskan Waktu Bersama
16 Sakit Tapi
17 Kepikiran
18 Sedih
19 Sepertinya---
20 Jujur atau Tidak?
21 Pertanyaan Yang Menegangkan
22 Bibir Tersenyum Tapi Hati
23 Nampak Tidak Biasa
24 Pertanyaan Andini
25 Beralasan
26 Menenangkan Diri
27 Obrolan Dengan Mantan
28 Lebih Tenang
29 Obrolan Rahasia
30 Terlampau Bahagia
31 Tidak Terduga
32 Kaget Dan Syok
33 Akan Mom Ikuti Alurnya
34 Sudah Paham
35 Seperti Tidak Ada Kesempatan
36 Memperhatikannya
37 Faktanya
38 Rencana Aulia
39 Perjuangan Aulia
40 Kegelisahan
41 Bayi Yang Satunya?
42 Ungkapan Hati Aulia
43 Merasa Tidak Percaya
44 Keraguan Hati Andini
45 Pemuda Aneh
46 Tahu Semuanya
47 Pertengkaran
48 Flash Back 1
49 Flash Back 2
50 Flash Back 3
51 Perbincangan Suami Istri
52 Tidak Enak Hati
53 Haruskah?
54 Berpulang
55 Kesedihan
56 Ingin Menemui
57 Kembali Ke Ibu Kota
58 Memeluknya
59 Perasaan Campur Aduk
60 Kabar Baik
61 Ingin Bertemu
62 Bimbang
63 Berbicara Baik-baik 1
64 Berbicara Baik-baik 2
65 Merayu
66 Baiklah, Aku Akan Ikut.
67 Pulang Ke Rumah
68 Kesempatan
69 Menggodanya
70 Maafkan Aku
71 Merenung
72 Tidak Akan
73 Pertanyaan
74 Kerinduan
75 Bertemu Sahabat Sang Ayah
76 Tidak Keberatan
77 Mau Ikut
78 Obrolan hangat
79 Merajuk
80 Merajuk 2
81 Merayu
82 Sudah Siap
83 Akhir Bahagia
84 Pengumuman Novel baru
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bertemu Kembali
2
Rindu
3
Mau Ya, Jadi Istri Gue?
4
Pertemuan Aulia Dengan Alika
5
Deal
6
Tidak Mengerti
7
Meminta Restu
8
Sah
9
Tidak Percaya
10
Pagi Yang Indah
11
Minta Bekal
12
Rindu?
13
Klienku Ternyata
14
Melepas Rindu
15
Menghabiskan Waktu Bersama
16
Sakit Tapi
17
Kepikiran
18
Sedih
19
Sepertinya---
20
Jujur atau Tidak?
21
Pertanyaan Yang Menegangkan
22
Bibir Tersenyum Tapi Hati
23
Nampak Tidak Biasa
24
Pertanyaan Andini
25
Beralasan
26
Menenangkan Diri
27
Obrolan Dengan Mantan
28
Lebih Tenang
29
Obrolan Rahasia
30
Terlampau Bahagia
31
Tidak Terduga
32
Kaget Dan Syok
33
Akan Mom Ikuti Alurnya
34
Sudah Paham
35
Seperti Tidak Ada Kesempatan
36
Memperhatikannya
37
Faktanya
38
Rencana Aulia
39
Perjuangan Aulia
40
Kegelisahan
41
Bayi Yang Satunya?
42
Ungkapan Hati Aulia
43
Merasa Tidak Percaya
44
Keraguan Hati Andini
45
Pemuda Aneh
46
Tahu Semuanya
47
Pertengkaran
48
Flash Back 1
49
Flash Back 2
50
Flash Back 3
51
Perbincangan Suami Istri
52
Tidak Enak Hati
53
Haruskah?
54
Berpulang
55
Kesedihan
56
Ingin Menemui
57
Kembali Ke Ibu Kota
58
Memeluknya
59
Perasaan Campur Aduk
60
Kabar Baik
61
Ingin Bertemu
62
Bimbang
63
Berbicara Baik-baik 1
64
Berbicara Baik-baik 2
65
Merayu
66
Baiklah, Aku Akan Ikut.
67
Pulang Ke Rumah
68
Kesempatan
69
Menggodanya
70
Maafkan Aku
71
Merenung
72
Tidak Akan
73
Pertanyaan
74
Kerinduan
75
Bertemu Sahabat Sang Ayah
76
Tidak Keberatan
77
Mau Ikut
78
Obrolan hangat
79
Merajuk
80
Merajuk 2
81
Merayu
82
Sudah Siap
83
Akhir Bahagia
84
Pengumuman Novel baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!