"Kok elu ngomongnya gitu, itu artinya elu ngatain bodi gue yang dulu," keluh Aulia dengan bibir yang mengerucut.
"Ck! Elu makin cantik kalo cembertut , gue baru nyadar. Ayo duduk dulu, gue mau ngobrol sama elu. Gue kangen banget," kata Andika.
Tanpa permisi Andika langsung menautkan tangannya ke tangan Aulia, kemudian dia mengajak sahabatnya itu untuk duduk di salah satu bangku yang ada di kantin tersebut.
Aulia hanya bisa pasrah, karena walau bagaimanapun juga dia merindukan sahabatnya itu. Lelaki yang dia cintai itu.
"Sumpah gue kangen sama elu," kata Andika lagi.
Berulang kali pria itu mengatakan hal yang sama, apa yang dikatakan oleh Andika itu sukses membuat Aulia susah untuk bernapas.
"Dari tadi ngomong kangen gue mulu, bini elu gimana?" tanya Aulia.
Sengaja dia bertanya seperti itu, agar Andika sadar jika dirinya kini sudah menikah. Bahkan, usia pernikahannya sudah tiga tahun. Mungkin saja Andika sudah mempunyai bayi mungil, pikir Aulia.
"Bini gue pingsan, tadi dia ngamuk. Dia sedih karena tidak terima dengan hasil tes kesehatan yang baru saja dilakukan," kata Andika seraya menatap wajah sahabatnya dengan lekat.
Andika sengaja duduk di kantin seraya menikmati secangkir kopi, hal itu dia lakukan agar pikirannya lebih tenang.
"Maksudnya?" tanya Aulia tidak paham.
Andika menghela napas panjang kemudian menghembuskannya secara perlahan, dia terlihat mencondongkan tubuhnya lalu berkata.
"Nyokap minta cucu, jadinya kami memutuskan untuk melakukan pemeriksaan. Ternyata, bini gue mandul. Bahkan di rahimnya ada kanker, dia harus operasi pengangkatan rahim. Gue bingung," kata Andika dengan sedih.
Dia benar-benar syok saat mengetahui hal itu, dia tidak menyangka jika istrinya yang begitu cantik, seksi dan juga sempurna malah tidak bisa memiliki keturunan.
Dia dinyatakan mandul dan harus melakukan operasi pengangkatan rahim, sungguh itu adalah bencana untuk dirinya.
"Gue ikut sedih dengernya, kalian pasti saling mencintai. Soal anak bisa adopsi, bisa milih yang cantik dan lucu-lucu." Aulia mencoba menenangkan.
Dia menatap sahabatnya dengan iba, tangannya tanpa sadar terulur dan menepuk-nepuk punggung tangan Andika.
"Sayangnya nyokap pengen anak kandung dari gue, kalau nyokap tahu bini gue mandul. Gue pasti di suruh cerai, gue ngga mau. Kesannya kaya habis manis sepah dibuang," jelas Andika.
Andika menyugar rambutnya beberapa kali dengan kasar, dia merasa prustasi. Dia bingung harus bagaiman, dia bingung harus apa.
"Gue ngga paham," celetuk Aulia.
Selama tiga tahun dia pergi, selamat itu juga dia tidak tahu apa yang terjadi terhadap sahabatnya. Yang dia tahu Andika begitu bahagia berumah tangga dengan wanita yang sudah dijodohkan oleh ibunya itu.
Karena dia masih sangat ingat ketika Andika berkata akan menikah dengan wanita seksi pilihan dari ibunya, dia pasti tidak akan menyesal karena menikah dengan wanita pilihan dari ibunya itu.
"Perusahaan nyokap dulu hampir bangkrut, gue disuruh kawin sama Andini buat nyelametin perusahaan. Jasa dia banyak, bahkan perusahaan miliknya udah digabung sama perusahaan milik nyokap."
Andika terlihat menghela napas berat, kemudian dia mengeluarkannya dengan perlahan. Rasanya begitu sulit untuk menceritakan semuanya kepada sahabatnya itu.
"Kedua orang tuanya udah ngga ada, rasanya kejam banget kalau gue cerain dia," ungkap Andika.
Aulia terlihat mengerutkan dahinya ketika mendengar apa yang dikatakan oleh Andika, Andika mengatakan hal tersebut seolah dia mengaku jika dia tidak begitu mencintai istrinya.
Dia hanya menikah demi harta, demi menyelamatkan perusahaan. Apakah ini yang dinamakan pernikahan bisnis, pikir Aulia.
"Jangan diceraikan, mungkin kamu bisa menikah lagi dengan wanita lain. Tapi istri kamu jangan sampai tau, kamu bisa mempunyai keturunan dari istri kedua kamu," cetus Aulia.
Untuk sesaat Andika terdiam, dia sedang memikirkan ide yang dilontarkan oleh sahabatnya itu.
"Malah bengong, gue bercanda. Dah ah gue mau makan, laper perut gue," kata Aulia seraya mengelus perutnya yang terlihat rata.
Andika langsung menolehkan wajahnya ke arah perut Aulia, dia tersenyum melihat perut rata sahabatnya.
"Tapi ide elu bagus, gue setuju." Andika tersenyum melihat wajah sahabatnya.
Andika terlihat menatap wajah sahabatnya dengan lekat, hal itu membuat Aulia menjadi salah tingkah.
"Dih! Elu ngapain ngelihatin gue kaya gitu? Elu jadi aneh," kata Aulia.
"Gue ngga aneh, gue mau nikah sama elu. Elu sahabat gue, elu tahu banget gue. Gue ngga bakal salah kalau milih elu, elu pasti wanita terbaik yang Tuhan kirimkan untuk gue," kata Andika.
"Ka, elu ngga salah minum obat, kan? Nikah bukan mainan loh," kata Aulia dengan sedih.
Dia merasa jika hidup seakan mempermainkan dirinya, dia memang mencintai Andika.
Namun, bukan berarti dia harus menikah dengan Andika dan menjadi orang ketiga dalam rumah tangga sahabatnya itu.
"Elu gila, gue ngga mau nikah sama elu. Gue ngga mau jadi orang ketiga di dalam rumah tangga elu," kata Aulia memelas.
"Please, gue mau elu hamil anak gue. Elu itu orangnya baik banget, pengertian, perhatian. Elu juga cantik, pasti anak gue bakal cantik dan pinter kaya elu," kata Andika.
Andika terlihat merayu Aulia, karena baginya Aulia adalah wanita yang terbaik jika dia harus menikah kembali.
Menurutnya, tidak ada wanita sebaik Aulia. Karena istrinya saja terkadang tidak mengerti apa yang dia mau dan apa yang dibutuhkan.
Tidak seperti saat dirinya bersama dengan Aulia dulu, Aulia selalu paham dengan apa yang dia inginkan dan juga dia mau.
"Bagaimana dengan nyokap sama bini elu?" tanya Aulia.
Andika terdiam, dia seperti sedang memikirkan apa yang harus dia lakukan ke depannya.
"Jangan sampai mereka tahu," pinta Andika.
Aulia terlihat kaget karena ternyata Andika benar-benar menginginkan pernikahan itu, pernikahan yang dilakukan demi mendapatkan keturunan untuk ibunya.
"Ngga mau gue, itu ide gila yang pernah gue denger. Gue ngga mau," tolak Aulia.
"Please, gue mau elu yang jadi ibu dari anak gue," pinta Andika memelas.
"Ngga bisa, gue ngga bisa ngelakuin itu!" kesal Aulia.
Andika berdecak, dia menatap netra Aulia dengan lekat. Dia tersenyum lalu berkata.
"Kenapa ngga mau? Elu takut jatuh cinta sama gue, ya?" tanya Andika seraya menadang Aulia dengan lekat.
Aulia terlihat mmembulatkan matanya dengan sempurna ketika mendapatkan pertanyaan seperti itu dari Andika, dia bukan takut untuk jatuh cinta.
Justru dia takut cintanya akan semakin dalam kepada Andika dan dia akan lebih sulit untuk meninggalkan Andika ketika dia melahirkan nanti.
"Ngga ada, mana ada kaya gitu." Aulia memalingkan wajahnya, dia tidak berani memandang lelaki yang dia cintai itu.
"Kalau begitu, berarti elu mau jadi istri gue." Andika tersenyum seraya menggenggam tangan Aulia.
"Ngga usah pegang-pegang tangan gue," kata Aulia seraya menarik tangannya dengan cepat.
"Ciee, salting nih sohib gue." Andika mencuil dagu Aulia.
"Ngga lucu, Ka." Aulia menepis tangan Andika dengan cepat.
****
Selamat siang, dua bab sudah meluncur. Terima kasih sudah meninggalkan komentarnya, Love seempang kong Jali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Mom La - La
hmmm, kayaknya aku bisa nebak apa yg sedang andika pikirkan.
hati2 Aulia ucapanmu akan kembali kpdamu.
2023-02-09
0
Hanipah Fitri
Aulia cuma mau dimamfatkan Andika doang,
2023-01-13
0
Sandisalbiah
semoga Aulia gak bego dan memikirkan resiko utk masadepanya dan smoga Andika gak egois.. cuma memikirkan kepentingan sendiri dan gak mikirin hidup Aulia kedepannya..
2023-01-08
1