Malam itu Melvin pulang ke rumah orang tuanya, dia melihat Ibunya sedang memijit kepalanya di ruang keluarga sendirian, dia mendekati Ibunya.
"Mama."
Mendengar suara putranya yang ia tunggu, Ayana mengangkat wajahnya, ia menatap kesal pada Melvin.
Ayana berdiri, mengangkat tangannya.
Plak!
Menampar Melvin dengan air mata bercucuran di wajahnya.
"Mama tak pernah menyangka kamu akan menjadi pria yang tidak bertanggung jawab dan mengkhianati Renata!"
Mendengar suara teriakan, Jarvis yang berada di kamarnya segera keluar. Dia juga sangat marah saat tau kakaknya mengkhianati Renata, tapi pasti Kakaknya mempunyai alasan dibalik perbuatannya.
"Renata sangat kasihan, tadi dia bahkan menangis sepanjang hari. Kalian saling menyukai sejak kecil sampai cinta hadir diantara kalian. Mama melihatnya sendiri, kamu sangat mencintainya. Tapi kenapa? Kenapa?" Sekali lagi Ibunya mengangkat tangannya.
Jarvis berlari mendekati Ibunya, menahan tangan Ibunya yang terangkat.
"Cukup mah, kita dengarkan dulu Bang Melvin bicara. Kita harus berikan kesempatan pada abang." jarvis membela Kakaknya.
"Tidak ada yang perlu aku jelaskan, aku sekarang mencintai wanita itu. Aku tak bisa melepaskan Kayla mah, tapi aku juga akan tetap menikahi Renata," dengan tegas Melvin mengatakannya.
"Melvin! Kamu... Kamu!" Ayana semakin marah.
Melvin tak ingin berdebat dengan Ibunya.
"Jarvis, di telepon tadi kamu mengatakan Renata menginap. Apa dia ada di kamarnya seperti biasa?"
Jarvis mengangguk.
"Mah, aku akan bicara dengan Renata." Melvin berjalan ke kamar yang sering Renata tempati jika sedang tinggal di rumahnya.
Tok... tok... tok...
"Renata, ini aku. Buka pintunya."
Tak lama terdengar langkah dari dalam mendekati pintu, membuka kuncinya.
Ceklek.
Melvin membuka pintu, masuk ke dalam kamar. Dia melihat Renata berjalan pelan sambil tertunduk, dia duduk di atas kasur.
Melvin mendekati Renata, mengambil kursi dan duduk di hadapannya.
"Renata mari bicara."
Renata mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Ia mengangkat wajahnya. "Kenapa kak? Kenapa harus sekarang? Sejak dulu kita baik-baik saja. Apa cintamu untukku sudah berubah, apa kamu tak mencintaiku lagi?"
Melvin menarik kedua tangan Renata, mengelusnya. "Kamu akan tetap menjadi istriku, tapi aku tak bisa melepaskan Kayla. Untuk saat ini, bisakah kamu menghargai keputusanku."
"Tidak mau! Usir dia, lepaskan dia kak! Aku tak ingin membagimu dengannya! Kamu hanya milikku!" Renata memberontak, dia menangis kembali.
Jarvis yang berada diluar pintu ikut merasakan sakitnya perasaan Renata. Dia sangat tau betapa Renata mencintai Kakaknya, bahkan Renata tak pernah memandang dirinya sebagai lelaki, meskipun dirinya sering menggoda Renata.
Melvin memeluk tubuh Renata, "Baik... jangan menangis lagi. Tunggu keputusanku, biarkan aku memikirkannya lagi."
Renata menghentikan tangisannya, hanya terdengar isak tangisnya.
Setelah Renata tertidur, baru Melvin pergi dari kamarnya.
Esoknya Melvin pergi ke Perusahaan, kepalanya terasa berat memikirkan solusinya.
Sedangkan Ayana selama dua hari ini memeriksa latar belakang Kayla. Dia mengetahui jika Kayla baru saja memproses perceraiannya dan dia tau Kayla adalah seorang janda.
Ayana turun dari dalam mobilnya, saat pak mamat supirnya membuka pintu. Benar saja perkataan Renata, di depan rumah putranya beberapa penjaga berdiri siaga.
Bodyguard melihat kedatangannya dan mengenalinya.
"Buka pintunya."
Mereka mencoba menghadangnya tapi akhirnya membuka jalan, karena tak berani pada Ibu tuan majikannya.
"Bi titin." Ayana masuk ke dalam dan memanggil pengurus rumah Melvin.
"Iya Nyonya... "
"Dimana wanita itu?"
"Diatas nyah."
"Panggil dia, suruh turun. Bilang aku ingin bicara padanya."
Bi titin mengangguk, ia tak pernah bisa menolak perintah Nyonya-nya.
Tok... tok... tok...
"Non Kayla, ada yang ingin bertemu."
Kayla membuka pintu, sekarang badannya sudah merasa baikan.
"Siapa bi?"
"Nyonya besar, Ibu den Melvin non... " bi titin sebenarnya merasa gusar karena belum memberitahu majikannya.
"Melvin tau?"
"Belum non, sekarang bibi mau telepon den Melvin."
"Jangan telepon dia bi, biarkan saja."
"Kalaupun bukan saya yang telepon, para penjaga diluar juga pasti telepon Non."
"Ya sudah, tolong jamu dulu ya bi. Saya belum berpakaian pantas."
"Iya non." Bi titin berjalan cepat menuruni tangga turun ke bawah menemui Nyonya besarnya lagi.
Kayla memakai gaun sopan, meskipun ia tidak berharap apapun tapi dirinya juga bukan orang yang tidak mempunyai etika dan sopan santun.
Merapikan rambutnya, memakai riasan tipis. Kayla bercermin, melihat penampilannya dan merasa cukup.
Ayana menatap ke arah tangga saat mendengar suara langkah kaki di tangga, menilai penampilan wanita yang disimpan putranya itu.
"Halo Nyonya, saya Kayla."
Dengan sopan Kayla menyapa Ibu Melvin.
Ayana mengangguk, "Duduklah."
Kayla menurutinya, duduk di depan Ayana.
Ayana menyesap teh dari cangkir di tangannya, lalu meletakkan cangkir teh diatas meja.
"Namamu Kayla."
"Ya Nyonya."
"Sudah berapa lama kamu mengenal putraku Melvin?"
"Belum lama Nyonya."
"Apa saat kamu masih mempunyai seorang suami?"
Kayla tersentak, wajahnya seketika memerah karena malu. "Ya, tapi itu adalah ketidaksengajaan."
Ayana tak bereaksi, wajahnya datar.
"Aku tak ingin membahas lebih jauh tentang pertemuan kalian. Aku tau putraku melakukan kesalahan, aku pun tak ingin membelanya. Tapi Melvin sudah mempunyai calon istri, bahkan besok orang tua Renata akan datang untuk menentukan tanggal pernikahan anak kami. Aku kesini datang secara baik-baik memintamu melepaskan putraku dan pergi darinya."
Kayla berusaha untuk tenang, tapi tetap saja hatinya merasa sakit saat mendengar tentang pernikahan Melvin sebentar lagi.
"Tapi Nyonya, putra Anda yang sepertinya tidak bisa melepaskan saya."
"Aku tau, maka itu aku ingin kamu yang mencari cara agar dia melepaskanmu."
Ayana lalu mengeluarkan amplop yang berisi uang.
"Pakailah untuk pergi dari putraku. Caranya kamu bisa cari sendiri. Tapi jika kamu tak pergi dari hidup Melvin, nanti saat aku datang lagi, aku tak akan sopan lagi seperti sekarang."
Ayana berdiri, berjalan pergi keluar naik ke mobilnya dan pergi dari sana.
Kayla menatap uang diatas meja, tak menghiraukannya. Ia menunggu kedatangan Melvin malam itu, tapi Melvin tak kunjung datang.
Esoknya malamnya, Melvin menyambut kedatangan orang tua Renata.
Renata berwajah ceria, ia sengaja menyembunyikan kesedihannya.
"Jadi kapan kalian ingin menikah? Dua bulan lagi bagaimana? Kita punya cukup waktu untuk mempersiapkannya," ucap Ema, Ibu Renata.
Dua keluarga besar berkumpul di ruang keluarga setelah makan malam, membahas pernikahan Melvin dan Renata.
Renata mengangguk setuju, sedangkan Melvin hanya diam saja.
"Aku tidak setuju mba. Ayah Renata kan harus berangkat ke Singapura untuk berobat lagi, sebelum itu kita harus mengadakan pernikahan ini secepatnya. Bagaimana jika satu bulan lagi?" Ayana ingin mempercepat pernikahan karena merasa gusar akan perilaku putranya.
Akhirnya semua orang setuju, pernikahan Melvin dan Renata akan diadakan bulan depan.
*
Kayla mengangkat telepon rumah, Ibu Melvin meneleponnya.
"Dua keluarga sudah memutuskan waktu pernikahan, kami akan mengadakan pernikahan Melvin dan Renata bulan depan. Secepatnya kamu tinggalkan putraku Melvin."
Kayla mencengkram gagang telepon, membuang nafasnya perlahan.
"Baik, saya tidak akan menganggu putra Anda lagi."
Setelah perbincangan di telepon, Kayla memikirkan berbagai cara yang akhirnya hanya ada satu cara yaitu nyawanya.
Tengah malam saat semua orang sudah terlelap dalam tidurnya. Melvin pergi menuju rumahnya yang ditinggali Kayla.
Masuk ke dalam kamar, tapi ia terkejut melihat Kayla belum tertidur. Kayla berdiri di depan jendela dengan wajahnya yang tanpa ekspresi.
"Kay... " Melvin mendekatinya.
Kayla membalikkan badan, menatap tajam Melvin.
"Melvin maukah kamu menikahiku?"
Melvin menatap wajah Kayla yang tanpa ekspresi, ia tak bisa melihat apa yang sedang dirasakan Kayla.
"Aku sudah bilang padamu, aku tidak bisa."
"Kalau begitu lepaskan aku, aku tak ingin menjadi simpananmu." Kayla maju mendekati Melvin.
"Kamu jangan membuatku marah Kay! Sudah aku bilang turuti saja semua perintahku! Hiduplah dengan nyaman sebagai kekasihku, aku akan memberikan uang yang bisa kau habiskan seumur hidupmu!"
Kayla berjalan ke arah nakas mengambil black card yang ditinggalkan Melvin. Kartu itu masih tergeletak di atas nakas karena dia tak pernah menyentuhnya.
"Uang! Aku tak membutuhkannya Melvin!"
Kayla mengambil gunting yang ada di dalam nakas. Menggunting black card itu menjadi dua bagian dan melemparkannya ke wajah Melvin.
"Lepaskan aku jika kau tak bisa menikahiku! Aku tak ingin menjadi duri di pernikahan orang lain! Kau membuatku menjadi wanita murah4n!"
Kayla berteriak sejadi-jadinya, menarik rambutnya sendiri seperti orang gila dengan gunting yang masih dipegangnya.
Melvin melihat gunting itu akan menggores pipi Kayla, ia berusaha mengambilnya.
Kayla sadar Melvin semakin mendekatinya, ia dengan cepat memundurkan tubuhnya menjauhi Melvin. Mengangkat gunting digenggamannya ke arah lehernya, mengeratkan pegangannya.
"Lepaskan aku atau aku akan mati di depanmu!"
"Kayla! Buang gunting itu, kita bicarakan lagi. Kemarilah..."
Melvin gemetar, tak menyangka Kayla akan berbuat nekat.
"Tidak! Sebelum kau melepaskanku, aku akan terus mencoba membunuh diriku!"
"Kay... jangan begini... "
Kayla membuktikan ucapannya, ia menekan gunting itu lebih dalam dan menggores kulit lehernya sampai membuat goresan itu mengeluarkan tetesan darah.
"Tidak! Kay tunggu, jangan gegabah. Baiklah, aku berjanji akan melepaskanmu." Melvin akhirnya menyerah.
Kayla melihat kejujuran di dalam mata Melvin dan melepaskan guntingnya, seketika tubuhnya ambruk.
"Kay!" Melvin menangkap tubuh lemas Kayla, memangkunya dan membaringkannya di atas ranjang.
"Tunggu, aku akan mengambil kotak obat."
Melvin mengobati luka goresan di leher Kayla, "Sebegitu bencinya kah kamu menjadi kekasihku, bahkan kamu lebih baik mati daripada bersamaku."
"Aku tidak ingin menghancurkan hati calon istrimu dan hati Ibumu. Renata wanita baik, dia juga sangat cocok untukmu. Seperti yang kamu bilang, aku tak pantas untukmu."
Melvin tak membalas perkataan Kayla, sebenarnya saat waktu itu ia mengucapkannya hanya untuk menyakiti hati Kayla.
Melvin berdiri, berjalan ke arah pintu, "Pergilah besok, aku takkan pernah mencarimu lagi."
Kemudian Melvin benar-benar pergi meninggalkan Kayla tanpa ingin melihat lagi ke belakang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ𝕸y💞Putri𖣤᭄𒈒⃟ʟʙ⏤͟͟͞͞R
ternyata penderitaan mu masih panjang kay
2022-10-30
0
OFF🍭ͪ ͩჁօsղαⁿᶦᵏᵒ🏀👻ᴸᴷ
uda tau dari awal tapi tetap menjalankan.. akhir nya sama² terluka. good kay jika malvin kg bisa ambil putusan. sebaiknya menjauh walau sakit
2022-10-28
0
Yunia Afida
kamu bakal nyesel vin
2022-10-27
0