Kayla kembali bekerja, Rico berjanji akan mengurus semua tentang perceraian mereka. Tapi yang membuat Kayla sedih adalah ucapan Rico tentang anaknya.
Kayla mengingat lagi ucapan Rico tadi pagi padanya.
"Jangan percaya orang tuamu, anakmu tidak ada bersama mereka. Ayahmu pernah bilang, saat mereka mengambilnya dari Rumah Sakit mereka menaruh anakmu di suatu tempat di kota Paris. Detailnya aku kurang tau, sebaiknya jangan terlalu berharap lagi pada keluargamu."
Kayla memijat kepalanya yang sakit, merasa frustasi.
Tok... tok... tok...
Kayla menghentikan tingkahnya, ia lupa dirinya sedang berada di kantor. Ia melihat Tristan berdiri di ambang pintu kantor, seperti menunggu dirinya mengijinkan masuk.
"Hei! Sejak kapan kau masuk ruanganku mengetuk pintu lebih dulu," Kayla menunjukkan wajah cerianya seperti biasa, menutup rasa sedihnya.
Tristan sebenarnya tahu kalau Kayla sedang banyak masalah, tapi dirinya tak berani terlalu ikut campur jika Kayla tak bersedia bercerita padanya. "Sejak kau melupakanku, sejak ada kehadiran Thania posisiku jadi tergantikan," Tristan berpura-pura berwajah menyedihkan.
Kayla akhirnya tersenyum lepas, "Maaf, apakah hatimu terluka tampan?" Kayla melempar candaan seperti biasanya.
Tristan memegang sebelah dadanya, wajahnya benar-benar seperti orang yang patah hati. "Sangat terluka."
"Misi, minggir sad boy. Kalian mending mojok gih di pojokan sana. Aku mau 'ko jadi setannya," Thania melewati tubuh Tristan yang berdiri di ambang pintu, sengaja menyenggolnya.
Tristan hanya tertawa mendengar celotahan Thania, ia sebenarnya sudah mengenalnya saat ada pekerjaan ke Paris. Tak disangka mereka bisa bertemu lagi di Perusahaan dirinya bekerja.
"Jujur, sampai sekarang aku masih belum percaya kalian berdua sahabatan," Tristan menggelengkan kepalanya.
"Apalagi aku, saat tau kamu rekan dekat Kayla. Wow... benar kata ungkapan, dunia ternyata memang sangat sempit. Aku kira kalian hanya kenalan satu Perusahaan saat aku tahu Perusahaan kalian sama, eh ternyata... " Thania sekarang bahkan bukan hanya tau mereka rekan dekat, tapi ia juga tau Tristan menyukai Kayla dari cara dia memperlakukan Kayla.
"Baiklah, aku cuma mau mengantarkan dokumen yang perlu kamu tanda tangani Kay. Aku akan langsung pergi denga rasa sakit ini, meninggalkan kalian berdua dengan gosip-gosip kalian," canda Tristan seraya menyerahkan dokumen ke Kayla lalu pergi dari sana.
"Thania saat waktu itu kamu bilang sedang mengejar laki-laki di Perusahaan ini. Apakah itu Tristan?" Kayla baru ingat perkataan Thania saat pertama kali datang.
"Bukan! Kau salah dengar. Aku bilang aku akan mengejar salah satu laki-laki disini, ckkkk... kau mulai pikun," bohong Thania, ia belum berani mengatakannya.
Thania masih merasa belum sanggup mengejar seorang lelaki yang cintanya untuk wanita lain, apalagi wanita itu sahabatnya sendiri.
"Benarkah?" tanya Kayla merasa ia tak salah dengar.
"Ya, kau waktu itu banyak melamun."
"Kalau begitu kejarlah Tristan, aku jamin dia adalah laki-laki yang bisa kamu andalkan," dorong Kayla menjodohkan mereka berdua.
"No! Jangan pura-pura tak tau Kay. Tristan sangat menyukaimu, meskipun dia tau kamu adalah istri pria lain," tolak Thania.
"Ah soal itu... Tristan tau kalau aku hanyalah istri diatas kertas saat kami tak sengaja membahas topiknya. Tristan saat itu sempat bertanya kenapa aku belum punya anak. Menurutku perasaan Tristan padaku tidak serius, apalagi dia tau aku baru saja mengalami keguguran, pasti pikirnya aku sudah mulai berhubungan dengan Rico," Kayla berkata ringan, tak ingin terlalu mendalami perasaan Tristan padanya.
Thania tak membalas perkataan Kayla, ia tau dengan sangat pasti perasaan Tristan pada Kayla lebih dari sekadar menyukai. Ada suatu kekaguman dan harapan yang terpancar dari sorot mata Tristan saat menatap Kayla.
"Bisakah kita hangout nanti malam Kay?" Thania mengalihkan topik.
"Hm, baiklah. Aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu. Aku benar-benar butuh dukunganmu kawan, sini peluk aku," Kayla merentangkan kedua tangannya.
Thania pikir Kayla sedang bercanda, tapi saat ia melihat air mata menggenang di kedua matanya, ia tau Kayla benar-benar sedang dalam masalah besar.
Thania maju memeluk Kayla, ia mengusap punggungnya tanpa kata-kata berusaha menunjukkan keperduliannya.
"Uhuk... kalian sedang drama pelangi? Kalau begitu aku akan pergi, nanti balik lagi," Tristan kembali melemparkan candaannya.
"Hei! Ada apa lagi?" Tanya Kayla seraya melepaskan pelukan Thania.
Thania dan Kayla tak tertawa dengan candaannya seperti biasanya, wajah muram mereka berdua membuat Tristan merasa aneh.
"Aku lupa mengatakan, besok kita harus bertemu klien di sebuah hotel. Pakailah pakaian rapi, aku akan menjemputmu. Ah... apakah aku tak perlu menjemputmu, bukankah kamu sudah pindah ke rumah suamimu?" tanya Tristan.
"Lihat besok Tris, aku kabari lagi," balas Kayla lesu.
Tristan yang merasakan suasana yang muram, tak ingin berlama lagi disana. Ia tau, jika Kayla memang ingin bercerita, dia takkan menutupi sesuatu dari dirinya.
"Ok, aku lanjut kerja," Tristan meninggalkan ruangan kantor Kayla.
"Aku juga mau lanjut kerja, nanti pulang bareng. OK," ucap Thania menatap Kayla.
"Ya."
Setelah Thania pergi, ponsel Kayla bergetar. Melvin meneleponnya, tapi ia menolak panggilannya dan menyetel ponselnya dengan mode senyap. Ia malas meladeni keangkuhan Melvin dan tak suka dengan semua perintahnya seakan dirinya benar-benar mudah untuk ditindas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
𝑨͢𝒔𝒌𝒂
sabar Kayla suatu saat nanti pasti kamu akan bertemu dengan anak mu
2022-10-25
0
ᵘⁿⁱ🅢🅐🅡🅘💋E𝆯⃟🚀`oғғ
mungkinkah laki laki yg disukai Thania adalah Tristan....
2022-10-23
0
ᵘⁿⁱ🅢🅐🅡🅘💋E𝆯⃟🚀`oғғ
ya ampun,,,, keluarganya sangat kejam....
2022-10-23
0