Seorang perawat baru saja membersihkan tubuh Bisma. Dari suara nafas dan sentuhan yang Ia berikan, Bisma tahu jika perawat wanita itu tengah menahan sebuah rasa di dalam hatinya. Ini adalah perawat ke Dua puluh, dari seringnya Bisma berganti perawat selama pulang dari Rumah sakit.
"Kau gemetar?" tanya Bisma, ketika perawat itu tengah mengancing kemeja nya.
"Ti-tidak, Tuan."
"Kau gugup, pergilah.... Aku bisa sendiri." Bisma merebut pakaian itu, dan mengancing kemeja dengan tangan nya sendiri. Meski sulit dan masih kadang salah.
Perawat itu meraihnya kembali, dan berkali-kali pula di tepis Bisma dengan kasar.
"Pergi!"
"Tuan... Saya tidak-"
"Kau ku pecat... Pergilah, aku tak butuh kau lagi."
"Haish!" perawat itu mencebik kesal, lalu keluar dari kamar Bisma dengan langkahnya yang kasar. Bersamaan, dengan Oma sekar yang masuk untuk mengantar sarapan ke kamar.
Oma hanya mengela nafasnya dengan begitu panjang lalu meletak kan sarapan itu di atas meja. Ia menghampiri sang cucu, dan membantunya membereskan kancing kemeja yang salah. Tanpa bersuara, Bisma faham siapa yang datang padanya.
"Bawa sarapan lagi?"
"Ya,"
"Bisma bilang, Bisma akan turun."
"Dan kamu jatuh tersungkur lagi?"
"Jangan anggap Bisma orang cacat, Oma."
"Tapi kenyataan nya-..... Maaf, sayang. Oma hanya," Bisma hanya diam. Ia meraih tongkatnya dan berjalan keluar. Beberapa kali tersandung dan beberapa kali jatuh, Bisma tetap berjalan sesuai naluri nya sendiri.
Oma hanya menatap nya nanar dari belakang, sembari berjaga-jaga agar Bisma tak benar-benar jatuh dan kembali terluka. Dagu, siku, kening dan pelipis. Semuanya pernah merasakan tajamnya ujung meja dan sakitnya terbentur di lantai yang keras. Bahkan pembantu rumah mereka, di minta mengepel lantai ketika malam hari saat Bisma sama sekali tak keluar dari kamarnya.
Dugggh! Lagi-lagi kaki Bisma terbentur pinggiran meja. Berulang kali dan tetap sama, hingga Bisma tak lagi beteriak atau kesakitan. Ia berjalan kembali seolah tak ada apapun yang Ia alami. Bisma bahkan tak meminta agar sang Oma memindahkan meja itu ke lain tempat yang lebih aman untuknya.
"Den Bisma. Tadi Oma antar makanan ke kamar,"
"Saya mau makan disini. Siapkan sarapan buat saya," pinta Bisma pada sang Bibik.
Bik Is namanya. Ia menatap Oma sekar yang masih diam ditempat, dengan segala air mata yang kembali Ia tahan. Tapi begitulah Bisma, yang tak mau di anggap sebagai orang cacat dan sakit. Padahal, itulah keadaan aslinya.
Oma sekar segera menghampiri. Ia menyuapi putranya, dan kali ini tak dapat menolak lagi. Ia harus kontrol, hingga tampilan nya harus tetap rapi hingga saat nya pulang kembali.
"Daksa mana?"
"Sebentar lagi datang, tunggu saja."dan seperti yang dikatakan, Daksa memang datang setelah sarapan selesai. Ia langsung menghampiri Bisma dan ikut sarapan bersama.
" Bagaimana kantor?" Bisma langsung menyergapnya dengan berbagai pertanyaan. Tak perduli, ketika Ia tahu mulut Daksa masih mengunyah sarapannya.
"Semua situasi baik, stabil dan terkontrol. Surya, sedang ku ajarkan untuk menghadiri rapat dengan salah satu klien."
"Surya?"
"Ya, adik iparmu. Dia harus tahu, bagaimana rumitnya mengurus kantor. Tidak hanya datang, duduk, diam dan meminta hak nya."
"Dia bahkan tak memiliki hak, karena tak melakukan apapun. Hanya karena dia menikahi Diah, adik ku."
"Bisma...." Oma sekar menegurnya sekali lagi, ketika Bisma mulai kesal saat membahas tentang adik iparnya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Enung Samsiah
d episode 1 surya adik papanya??skrg jd adik ipar,,,
2023-04-28
0
Dhew Handy
thor oma kh mama binggung thor
2023-03-06
0
Mari Anah
thor kbntkn typo2 y ya😁😁tolong d perhatikan lgi,bnyk yg bingung😀😁
2023-02-26
2