Karena SP.4 sudah resmi menjadi desa difinitif dan bernama Sido Rejo, Muntari menyarankan agar masalah yang dihadapi Jaka dibicarakan bersama perangkat desa. Muntari bersedia mendampingi Jaka sebagai saksi atas kejadian aneh yang dialami Jaka.
Dua hari berselang, kepala desa dan perangkatnya membicarakan masalah yang dihadapi Jaka.
"Saya mengerti, ini tidak masuk akal. Tapi itulah yang terjadi," kata Jaka setelah menceritakan sejak pertemuannya dengan Nikky hingga kejadian tiga malam lalu.
"Sekedar tambahan untuk menguatkan keterangan pak Jaka,sebetulnya sejak awal masuk wilayah penempatan ini saya sudah tau kalau Nikky dan neneknya bukanlah manusia biasa," ujar Muntari.
Karena yang bicara adalah Muntari, tokoh agama yang disegani didesa tersebut, maka semua tidak berani menyanggah.
"Kalau pak Muntari percaya akan keterangan pak Jaka bahwa nenek dan Nikky telah berpindah alam, mau gimana lagi, pak Jaka kan belum pecah KK dengan keluarga di Jawa, begitu juga Nikky. Ia masih tercatat dalam kartu keluarga Nenek. Nanti tinggal saya kasih surat pengantar untuk mengubah status perkawinannya," kata kepala desa.
"Tapi kalau dari pihak Babinsa masih penasaran dan perlu bukti untuk laporan, silahkan saja bila Babinsa ingin mencari keberadaan nenek dan Nikky." Muntari menambahkan.
"Maksud kami juga begitu pak. Kita tidak ingin nantinya dituduh membuat laporan fiktif. Setelah kita sudah berusaha mencari mereka berdua dan ternyata tidak juga diketemukan, kita baru bisa membuat kesimpulan." ujar Babinsa, bribda Ferdian.
"Bagaimana dengan Rama?" tanya sekdes.
"Sementara ini diasuh istri pak Muntari, nanti bila semua sudah clear, kemungkinan Rama akan diserahkan pada ayah kandungnya di Semarang."
Keesokan harinya bribda Ferdian mengumpulkan beberapa orang warga untuk menyisir hutan disekitar desa Sido Mulyo mencari keberadaan nenek dan Nikky. Mulanya Ferdian hanya minta sepuluh orang, namun warga lain pun ikut serta berpartisipasi mencari nenek dan Nikky. Satu dua orang warga lokal yang berdomisili di desa Sido Mulyo membawa senjata rakitan menjaga segala kemungkinan.
"Kita akan melakukan penyisiran dalam radius 5 km dengan formasi rotasi searah jarum jam. Kita mencari nenek dan Nikky, tapi mungkin mereka berdua sudah berubah wujud sebagai macan kumbang. Maka saya ingatkan bagi yang membawa senjata rakitan, bila ketemu macan kumbang lebih dari seekor, jangan ditembak."
Mereka semua saling berpandangan karena baru kali ini mendengar kalau nenek dan Nikky adalah siluman macan kumbang.
"Bagaimana kalau ternyata kita ketemu macan kumbang beneran pak?" tanya salah seorang warga.
"Kalau hanya satu ekor, waspadai saja tapi tetap tidak boleh ditembak."
"Kalau ketemu babi atau beruang gimana pak?"
"Misi kita mencari nenek dan Nikky dalam wujud macan kumbang jadi tidak berburu. Paham!?"
"Paham........"
Team dibagi empat masing masing 8 orang. Mereka bergerak keempat penjuru mata angin sejauh satu kilo meter kemudian kekanan sampai ketemu team lainnya kemudian kembali lagi mengambil jarak 5 meter, begitu seterusnya sampai ada perintah kembali dari Ferdian.
Satu jam berselang, team 3 menemukan sobekan pakaian Nikky. Ferdian yang berada diposisi team 1 minta foto sobekan pakaian Nikky yang bentuknya seperti tercabik cabik untuk dikonformasi pada Jaka.
"Benar ini pakaian yang terakhir dikenakan Nikky sebelum ia lenyap," kata Jaka.
"Mungkinkah ia dimangsa binatang buas?" tanya Ferdian.
"Nggak pak, pada saat ia berproses menjadi macan kumbang, pakaiannya memang tercabik cabik seperti itu."
"Berarti pak Jaka yakin kalau Nikky dan nenek memang raib begitu saja?"
"Yakin pak.'
Ferdian perintahkan semua kembali ke balai desa, ia menyimpulkan bahwa Nikky dan nenek raib sesuai keyakinan Jaka.
Besuknya kepala desa kembali membicarakan langkah selanjutnya untuk menyerahkan Rama pada Satria di Semarang. Jaka sengaja tidak menghubungi Harun dan Satria lebih dulu karena akan kesulitan menjelaskan melalui telephon.
Untuk menguatkan pernyataan Jaka, kepala desa memberi surat pengantar penyerahan Rama agar tidak terjadi kesalah pahaman.
Sebetulnya Muntari menyarankan agar Jaka tidak menyerahkan Rama pada Satria. Untuk sementara istri Muntari bersedia merawat Rama paling tidak sampai ia kelas dua sekolah dasar, namun Jaka sudah terlanjur kecewa. Ia tidak menyangka kalau Nikky sampai tega mengkhianati cintanya dan berhubungan dengan saudara seayah sendiri.
Karena status Jaka masih mengambang, maka kepala desa Sido Mulyo yang mengeluarkan ijin untuk Jaka membawa Rama ke Semarang didampingi salah seorang perangkat desa sebagai saksi.
Keesokan harinya Jaka dan Rama serta Mujahid, Humas desa Sido Mulyo berangkat. Sampai di Semarang mereka langsung menuju ke Ungaran.
"Lho, Nikky mana kok nggak ikut?" tanya Harun begitu Jaka datang membawa Rama.
"Kenalkan saya Mujahid, humas di desa Sido Mulyo dimana mas Jaka dan mbak Nikky tinggal. Keikut sertaan saya kemari karena ada masalah yang menimpa mas Jaka." kata Mujahid.
Selanjutnya Mujahid, menerangkan masalah yang dihadapi Jaka. Harun terperanjat, ia minta Satria ke Ungaran.
"Kenapa sampai terjadi seperti ini?" tanya Harun pada Satria.
"Maaf pak, saya khilaf."
"Sekarang kalau sudah begini bagaimana coba. Nikky dan nenek lenyap, Jaka tidak bersedia merawat Rama karena memang ia anak kamu."
"Ya sudah, semua sudah terjadi. Sementara Rama biar disini dulu sama ibu, malam nanti bawa Kunti kesini kita bicarakan bagaimana nanti." ujar istri Harun.
Setelah serah terima Rama hitam diatas putih, Jaka dan Mujahid kembali ke Pangkalan Bun.
Tangis Kunti pecah begitu mendengar kabar dari mertuanya tentang keberadaan Rama. Ia tidak terima Satria punya anak dari Nikky.
Sejak awal Kunti sudah mencurigai gelagat mereka saat Nikky tinggal di Ungaran, tapi Satria selalu punya alasan untuk mengelak.
"Sekarang kamu mau alasan apa lagi mas, semua sudah terbukti."
" Maaf Kunti, aku khilaf."
"Saya tidak bisa memaafkan kamu mas."
"Kunti, lima tahun kita menikah, sampai saat ini kamu belum juga diberi momongan. Mungkin ini cara Tuhan memberi kita anak."
"Jangan bawa bawa Tuhan, ini jelas jelas kesalahan kamu. Saya tidak bisa menerima Rama."
Keputusan Kunti sudah bulat tidak bersedia menerima Rama, ia bahkan tidak mau ke Ungaran menemui mertuanya. Akhirnya Satria kembali lagi ke Ungaran seorang diri.
Mendengar itu Harun langsung menelpon Kunti, namun handponnya tidak aktif.
"Tadi dia ngomong apa sama kamu?"
"Setelah ibu telpon ngabari soal Rama ia marah besar. Saya sudah bilang sebaiknya kita ke Ungaran bicarakan sama bapak dan ibu. Kunti tidak mau. Intinya ia tidak bersedia menerima Rama."
"Biarkan aja dulu, mungkin ia emosi sehingga tidak bisa berpikir jernih. Besuk bapak aja menemui Kunti . Mungkin kalau ketemu bapak ia melemah," ujar ibu.
"Sebaiknya sama ibu juga.Bawa Rama sekalian," kata Harun.
Sekitar pukul sembilan malam Satria pamitan pulang ke Semarang. Sepanjang perjalanan ia memikirkan bagaimana caranya agar Kunti bersedia mengasuh Rama. Bila perlu ia akan bersimpuh memohon didepan Kunti.
Belum lagi Satria sempat masuk rumah, tetangga sebelah cerita kalau Kunti pergi setengah jam lalu bawa koper pakaian.
"Mau kemana katanya?"
"Nggak tau mas, saya nggak berani tanya soalnya mbak Kunti kayaknya lagi marah gitu."
Satria berdiri termangu mangu didepan pintu, ia urung masuk rumah, kembali lagi kerumah orang tuanya di Ungaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Didit Suryadi
siap
2021-05-15
0
Nikodemus Yudho Sulistyo
semangat..!!
2021-05-15
0