USAI PESTA

Nenek dan Nikky dibuat heran akan jalannya upacara pernikahan adat Jawa. Kesakralan sebuah pernikahan kental sekali. Apalagi dengan pakaian adat Jawa yang berganti sampai tiga kali dan setiap mode pakaian punya makna masing masing.

Hiasan rangkaian janur dikombinasi dengan berbagai macam hasil pertanian seperti padi, kelapa, tebu, pisang raja, semua ada muatan filosofi tersendiri.

Selama ini baik Nenek maupun Nikky melihat resepsi pernikahan di desa air durian layaknya sebuah pesta joget dengan iringan musik dang dut. Tidak terasa nuansa kesakralannya.

Nenek tidak kuasa menyembunyikan air mata melihat tamu undangan layaknya air mengalir, tak putus putusnya. Entah siapa siapa saja mereka yang jelas bukan warga desa setempat saja tapi banyak yang datang menggunakan sepeda motor maupun mobil.

Dibelakang persiapan jamuan makan baik yang siap saji maupun yang masih berupa bahan menumpuk di dapur. Semua bahan bahan makanan tersebut dari warga desa dan luar desa.

Pukul lima sore acara pesta pernikahan baru usai. Jaka dan Nikky masuk kamar temanten yang ditata indah, bunga melati ditabur diatas ranjang temanten. Nikky dan Jaka duduk termenung dibibir ranjang.

Pesta pernikahan yang mewah dan meriah ini membuat Harun, Nenek dan ibunya Jaka lega, haru. Akhirnya apa yang mereka impian terkabul juga. Tapi bagi Nikky dan Jaka, pesta ini terasa hampa entah kenapa.

Indahnya kamar pengantin justru membuat Jaka dan Nikky tersiksa batinnya karena hakekat kesakrakalan sebuah pernikahan sudah mereka rengut bahkan sebelum nikah siri. Jangankan malam pertama sebagai moment terindah sebuah pernikahan, hendak tidur satu ranjang saja tidak bisa karena khawatir Nikky akan berubah.

"Nikky, Jaka, nenek tau bagaimana perasaan kalian malam ini.Mudah mudahan ini ujian terakhir kalian. Nenek mohon kalian bersabar," ujar nenek ketika menemui mereka dikamarnya.

Hanya nenek yang tau bagaimana tersiksanya penganten baru itu tidak berani tidur satu ranjang karena tidak mungkin mereka membawa kelinci atau ayam kekamarnya bila hendak kumpul. Sementara Nikky berusaha menahan diri sekuat imannya agar tidak tergoda untuk menemui Satria berdua meski pun jiwanya bergejolak hebat.

Satu Minggu setelah tinggal dirumah Harun, Nikky, Jaka dan nenek pulang ke SP4. Sampai disana SP.4 tengah panas panasnya perang program dari masing masing kandidat kepala desa. Persaingan ketat yang paling mencolok antara kubu Dani dan kubu Arif. Sedang Huda biasa biasa saja.

Dari kubu Dani team suksesnya sudah bergerilya melakukan money politik secara terang terangan, bukan lagi serangan fajar. Alek salah seorang team sukses Dani ditugaskan membagikan uang pada warga SP.4 yang berada di tambang emas Rengas 7, Timbang Titi. Masing masing warga mendapat 300 ribu. Menjelang pemilihan nanti akan ditambah lagi 300 ribu tapi dibagikan didesa.

Sejak kembali dari Semarang untuk menggelar pesta pernikahan empat hari lalu, ayam peliharaan Jaka sudah berkurang tiga ekor dimangsa Nikky setelah ia berubah jadi macan kumbang. Sekarang ayam yang tersisa tinggal dua ekor. Makanya Jaka bingung mencari ayam ke warga.

Entah kenapa di SP.4 warga tidak seorang pun yang bersedia menjual ayamnya pada Jaka. Apakah mereka memang sudah tidak punya ayam besar dan gemuk seperti yang diminta Jaka, atau warga sudah mencium keanehan yang ada pada suami istri tersebut karena ayam mereka banyak, tapi cepat habis padahal tidak sakit atau dipotong.

Jaka terpaksa mencari ke desa tetangga di SP.9, sekalian mencari parang untuk bersih bersih rumput di sekitar halaman rumah dinas. Di SP.9 ada tukang pande besi.

Jaka dan Nikky berangkat pukul duabelas siang. Setelah putar putar dan dapat lima ekor ayam besar dan gemuk, mereka singgah di pande besi.

"Pak Jaka mau beli senapan lantak?" tanya Wanas, pande besi yang mereka datangi.

"Senjata lantak, seperti apa itu?"

"Kaya punya Nusui," kata Nikky.

Jaka melihat lihat senapan lantak yang ditawarkan Wanas.

"Ini bikin sendiri pak?"

"Iya. Tapi saya tidak memproduksi banyak. Kalau ada pesanan aja."

"Pelurunya bikin sendiri?"

"Ya. Seperti ini pak."

Warga desa setempat dan sekitarnya banyak yang memiliki senjata rakitan atau lantak untuk berburu. Namun karena sering terjadi kecelakaan tehnis, saat ini penggunaan senjata rakitan tersebut mulai diawasi Babinsa setempat.

Ketika pamitan pulang, ban sepeda motor Jaka bocor, Untung di depan balai desa SP.9 ada tukang tambal ban dalam, meskipun sudah tutup namun tukang tambal masih mau melayani, apalagi setelah tau kalau Jaka petugas kesehatan.

Matahari tinggal sejengkal lagi tampak diatas rerimbunan hutan. Jaka dan Nikky pulang ke SP.4. Semakin lama hari makin gelap. Sepanjang jalan yang tampak hanya kegelapan hutan. Sesekali melintas seekor babi atau kadang pilanduk.

Jaka terkejut begitu seekor burung tekukur menabrak sepeda motornya dan terkapar ditanah dalam keadaan sekarat. Dalam keyakinan Jawa, ini sebuah pertanda buruk. Mental Jaka down seketika. Namun Nikky dengan tenang menyemangatinya.

Tiba tiba bulu kuduk Jaka meremang, ia merasa ada energi negatif yang mengikuti mereka. Jaka ingin tancap gas, namun jalanan berlubang lubang salah salah bisa jatuh. Akhirnya ia mengendarai dengan kecepatan sedang.

Siang tadi dari SP.4 ke SP.9 hanya sekitar satu jam. Tapi ketika pulang perasaan lama sekali dan tidak sampai sampai.

Mana perasaan tidak mau diajak kompromi, bawaannya takut aja bukannya happy.

Pada saat seperti ini biasanya manusia baru ingat akan Tuhan. Mohon perlindungan dan segala permohonan keselamatan. Begitu juga dengan Jaka, mulutnya komat Kamit melafalkan doa sebisanya entah doa makan, doa tidur atau doa sekenanya.

Tiba tiba sepeda motor mati mendadak, jantung Jaka serasa berhenti berdetak.

"Kenapa mas?"

"Nggak tau ini."

Jaka menyalakan senter hape. Memeriksa bensin, masih ada. Kemudian mengambil kunci busi.

"Pegang Nik," kata Jaka minta Nikky memegang hape. Sesekali Jaka memandang sekeliling, gelap gulita. Bintang gemintang pun enggan keluar, hanya sesekali mengintip dan mentertawakan Jaka kemudian bersembunyi lagi dibalik awan.

Berkali kali busi yang dibersihkan Jaka dengan ampelas terjatuh karena tangannya gemetar.

"Tenang aja kenapa mas, jangan grogi gitu,"ujar Nikky.

"Mana bisa tenang kalau begini."

"Lagian apa yang ditakuti. Kan ada aku disini."

"Hus! Nggak boleh ngomong gitu, pamali. Itu sama aja nantang."

"Nantang siapa mas. Disini cuma ada kita berdua."

Jaka takut karena bicara Nikky makin ngelantur. Tapi maklum aja karena ia penduduk pribumi yang sudah terbiasa menghadapai situasi seperti ini. Jangankan dijalan, masuk kebun karet jam 3 pagi aja sudah biasa.

Busi selesai dibersihkan dan dipasang kembali. Sebelum menstater motornya Jaka berdoa dan berhasil. Motor hidup, namun belum sempat Nikky naik dibelakang boncengan, Jaka terperanjat melihat dua ekor macan kumbang menghadang motornya. Jaka gemetar, sekujur tubuh lemah lunglai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!