SIMALAKAMA

Waktu terus berjalan dan tak pernah mau menunggu. Tanpa terasa Nikky sudah melahirkan seorang anak laki laki yang ganteng dan sehat. Para tetangga sampai dibuat iri akan kegantengan Rama. Namun kegantengan Rama yang mengundang kekaguman banyak orang justru mejadi semacam sembilu yang menyayat nyayat hati nenek.

Nikky tidak pernah menyadari bila setiap memandikan atau menggantikan popok Rama, nenek sering menitikkan air mata.

"Kenapa kamu harus menemui nasib setragis ini," gumam nenek sambil menimang nimang cucunya.

Setiap malam nenek menatap langit memperhatikan bulan semakin besar dan kalau tidak salah hitung empat hari lagi purnama. Nenek tidak dapat membayangkan lagi bagaimana bila saat purnama tiba. Apakah Jaka dan Nikky siap menghadapi kenyataan ini. Sejujurnya nenek sendiri tidak sanggup bila harus mengeksekusi Rama untuk membebaskan kutukan ini.

Dua hari jelang purnama, mnenek berdoa sebisanya agar terjadi keajaiban atas kuasa Tuhan.Nenek tidak peduli lagi ditertawakan diri sendiri karena pada akhirnya datang pada Tuhan meski pun selama ini ia hampir tidak pernah mengenal Tuhan.

Malam itu nenek memanggil Jaka dan Nikky, ia Ingin mengatakan apa yang selama ini dirahasiakan sehubungan dengan kutukan yang menimpa kakek dan anak cucunya.

"Jaka, Nikky, kalian sudah berkali kali menanyakan soal kutukan itu dan nenek sering mengatakan kalau kelak yang bisa membebaskan kutukan itu adalah anak kalian, Rama." ujar nenek terbata bata.

"Katakan saja nek, kami berdua kan sudah berjanji mau membantu apa pun yang terjadi," kata Jaka.

Nenek mengatakan nanti pada bulan purnama kakek dan ibu akan datang dalam wujud macan kumbang. Nenek dan Nikky pun akan berwujud macan kumbang. Saat bulan purnama tegak diatas kepala ritual itu akan dilakukan. Selanjutnya nenek menjelaskan bagaimana tata cara menjalankan ritual.

Nikky dan Jaka terperanjat setelah tau bagaimana ritual itu. Nikky menangis sambil memeluk Rama. Sedangkan Jaka hanya diam tertunduk tidak kuasa berkata apa apa.

Jauh jauh hari sebelum mereka menikah, keduanya sudah berjanji akan menyudahi kutukan yang menimpa keluarga dan Nikky sendiri, apa pun yang terjadi. Tapi setelah tau seperti apa ritual itu, dalam hati mereka berontak.

Semalaman Jaka dan Nikky merenung akhirnya mereka setuju menjalankan ritual tersebut meski pun jauh direlung hati mengingkari akan keputusannya tersebut.

Pukul delapan bulan purnama baru merangkak naik, nenek, Nikky dan Jaka menunggu dengan perasaan tak menentu dirumah nenek. Jaka tampak gelisah, keluar masuk rumah seraya menengadah memperhatikan bulan purnama. Nikky berkali kali mencium Rama, anak pertamanya yang ganteng dan membuat semua orang gemas. Nenek tidak kuasa melihat Nikky. Ia bisa merasakan bagaimana hancurnya perasaan Nikky.

"Nikky, bulan sudah mendekati porosnya," ujar nenek berat seraya bangkit dari duduknya. Mengambil tikar pandan, dupa dan beberapa macam kembang.

Nikky bangkit, air matanya menetes. Jaka berusaha menguatkan dengan mengusap usap punggungnya sambil menuntun keluar rumah lewat belakang berjalan menuju perkebunan karet.

Suasana desa sepi, lampu minyak dari rumah rumah warga hanya tampak dari celah celah dinding papan. Sementara cahaya rembulan menembus lewat celah dedaunan menimbulkan bayangan bayangan abstrak beragam bentuk menambah suasana mistis. Binatang binatang malam tidak terdengar suaranya seakan mereka tau kalau akan terjadi sesuatu yang mengerikan, sedangkan roh roh jahat penghuni hutang bersorak sorak kegirangan menunggu peristiwa yang menurut mereka tontonan paling mengasyikkan.

Nenek tengadah, satu derajat lagi rembulan tepat berada pada porosnya. Rama diambil dari pelukan Nikky kemudian diletakkan diatas tikar dekat baskom kecil berisi air dan kembang. Selanjutnya nenek membakar dupa setanggi diletakkan dekat baskom.

"Jaka, sebaiknya kamu nggak usah melihat, kamu tunggu dirumah aja," ujar nenek.

Jaka melangkah berat meninggalkan mereka.

Nenek mulai membakar dupa setanggi kemudian komat Kamit entah melafalkan apa.

"Nikky, ingat. Bagianmu adalah jantung Rama dan kamu yang pertama memangsanya, sisanya baru yang lain," kata nenek lirih.

Nikky mengangguk lemah.

Tiba tiba terdengar lolong anjing memecah kesucian malam membangkitkan bulu Roma. Jaka yang semula duduk di bangku belakang rumah nenek penasaran apa yang terjadi. Ia mengendap endap kembali ketempat dimana mereka melakukan ritual.

Nikky dan nenek mulai merasakan sekujur tubuhnya panas, selanjutnya berangsur angsur mereka berdua berubah menjadi macan kumbang, bersamaan dengan itu tiba tiba muncul beberapa macan kumbang lain siap memangsa Rama, anak Nikky dan Jaka agar segera terbebas dari kutukan.

"Lakukan Nikky sebelum purnama keluar dari porosnya!" seru Farida, ibunya Nikky.

"Cepat Nikky!" hardik kakek.

Nikky melangkah menghampiri Rama, yang lain maju selangkah demi selangkah mengerumuni tubuh mungil Rama yang masih merah untuk disantap beramai ramai.

Entah kenapa Jaka berubah pikiran, tiba tiba ia tidak rela anaknya dijadikan tumbal. Ia berniat kembali kerumah nenek mengambil tombak untuk mencegah mereka, namun langkahnya tertahan begitu mendengar keributan.

Jaka tercengang melihat Nikky dan yang lain terpental kebelakang begitu hendak memangsa Rama.

"Ini bukan anak Jaka. Apakah kamu sudah berhubungan dengan anaknya mas Harun?" tanya Farida.

"Maaf Bu, selalama saya di Semarang kami sering berhungan dengan mas Satria."

Farida marah, Nikky diserang. Nenek cepat bertindak membela Nikky. Kakek pun turun tangan melerai begitu juga macan kumbang lain. Pertarungan seru pun tak terelakkan tidak jelas siapa membela siapa sampai Jaka bingung membedakan Nikky dengan yang lain.

"Berhenti!" seru macan kumbang yang paling besar. Rupanya dia adalah macan paling tua.

"Tidak ada gunanya kalian bertengkar, biarkan Satria mengasuh Rama, kita berharap dari anaknya Rama kelak."

Setelah berkata begitu berangsur angsur mereka lenyap begitu juga Nikky dan nenek.

Jaka buru buru menggendong Rama yang sejak tadi tergolek ditikar tanpa pakaian. Jaka berlari kecil membawa Rama kerumah dinas. Sekujur tubuh dingin, bibir membiru.

Bebetapa menit setelah diselimuti dan menghangatkan tubuhnya, Rama baru bisa menangis minta susu. Untung Jaka sudah terbiasa menangani pasien sehingga tidak terlalu panik. Namun ia bertanya tanya dalam hati kenapa Nikky dan nenek lenyap juga bersama yang lain karena hakekatnya mereka berdua masih hidup. Apakah itu ketentuannya bila lahir seorang anak dari keturunan mereka maka orang tuanya lenyap. Jaka ingat lagi ucapan ketua macan kumbang tadi agar Rama diasuh oleh ayah kandungnya, yaitu Satria. Artinya Nikky dan nenek lenyap selamanya seperti kakek dan ibu.

Keesokan harinya Jaka menemui ustad Muntari sambil menggendong Rama. Warga bertanya tanya kenapa pak mantri menggendong anaknya seorang diri. Nenek dan Nikky kemana.

"Assalamualaikum pak ustad," ujar Jaka.

"Walaikum salam..... mas Jaka. Masuk mas."

Istri Muntari mengambil Rama dari pangkuan ayahnya.

Jaka kemudian bercerita panjang lebar mengenai Nikky, nenek, Harun, hingga kejadian malam tadi.

Muntari menghela nafas panjang. Sambil terus istighfar.

"Maaf mas Jaka, sebetulnya sejak awal saya tau siapa mbak Nikky sebenarnya. Tapi saya tidak berani bicara pada mas Jaka."

"Sekarang semua sudah terjadi, menurut pak Muntari bagaimana baiknya?"

Muntari tidak segera menjawab, ia berpikir keras untuk menyampaikan pendapatnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!